![](https://seword.com/wp-content/uploads/2017/07/Paus-Vatikan.jpg)
Paus Fransiskus memberkarti umat di halaman St. Petrus Vatikan (Foto:www.facebook.com/Tuang Kopong Msf)
Gubrakkk…!!!Tamparan Rohaniwan
Katolik yang juga aktivis Gusdurian Kepada Din Syamsudin Lantaran
Samakan HTI dengan Vatikan: Sakitnya Tuh di Sini! – Tatkala
seorang Ahok yang Protestan berbicara di Pulau Seribu menyinggung ayat
Al-Maidah 51, sekelompok orang bereaksi marah. Lalu mereka memobilisasi
massa untuk berdemo atas nama umat Islam. Demontransi pun
berjilid-jilid. Jakarta dibuat banjir manusia. Mengusik aktivitas
masyarakat ibukota. Ahok pun gagal dalam Pilkada. Penjara pun
menantinya.
Ketika pemerintah membubarkan Ormas Islam,
Hizbur Tahir Indonesia (HTI), seorang cerdas atau kaum cendekiawan
Islam membawa-bawa nama Vatikan sebagai dalil untuk membela HTI. Umat
Katolik tidak langsung berekasi keras apalagi sampai demo
berjilid-jilid.
![](https://seword.com/wp-content/uploads/2017/07/soekarno-vatikan.jpg)
Ir. Soekarno (Sumber: soekarnonkri.blogspot.co.id)
Vatikan bukan hal yang tabu untuk
dibicarakan. Siapa saja boleh berbicara asalkan dia memahaminya dengan
sungguh tapi bukan dengan setengah hati. Tapi, dalam konteks ini, tidak
tepat juga seorang sekelas Din Syamsudin membandingkan Vatikan dengan
HTI.
Karena itu Din Syamsudin diprotes dari
semua kalangan agama manapun yang masih berpikir waras. Protes juga
datang dari tokoh Katolik sendiri. Serangan balik yang paling menohok
dan menampar kepakaran Din berasal dari seorang rohaniwan Katolik di
wall Facebook-nya. Tuan Kopong Msf, demikian nama aktivis
Gusdurian Kalimantan Timur ini, mempermalukan Din dengan judul tulisan
yang sangat menyayat; Gagal Paham Din Syamsudin Memahami Posisi Vatikan.
![](https://seword.com/wp-content/uploads/2017/07/soeharto-vatikan.jpg)
Soeharto (Sumber: http://www.mirifica.net)
Di awal tulisan tersebut, Tuan Kopong
mengapresiasi Din Syamsudin sebagai tokoh toleran di Indonesia.
Pengakuan ini tidak main-main dari Vatikan sendiri. Karena itu Din
diundang beberapa kali untuk ikut hadir dalam dialog lintas agama dan
kepercayaan yang diselenggarakan di Vatikan bersama perwakilan semua
agama di Indonesia.
Tapi, satu hal yang disesalkan oleh
rohaniwan yang sangat vokal ini, Din belum bisa memahami posisi Vatikan
dan agama Katolik sebagaimana pernyataan yang menyamakan Khilafah
Modern dan Vatikan (Tribunners, Sabtu 15 Juli 2017). Karenanya ia mencap
mantan ketua PP Muhammadiyah ini masuk kelompok atau golongan gagal
paham. Sementara ia seringkali diundang oleh Vatikan untuk berdiskusi
tentang toleransi dan dialog antar agama dan kepercayaan. Ironis, khan?
![](https://seword.com/wp-content/uploads/2017/07/Gusdur-vatikan.jpg)
Gus Dur (Sumber: http://24hoursworship.com)
Melalui tulisannya, Tuang Kopong hendak
menyadarkan Din Syamsudin dari ketidakpahamannya tentang Vatikan dan
agama Katolik. Juga supaya ia tidak dianggap sebagai kaum intoleran
yang dikenal dengan julukan kaum bumi datar dan sumbuh pendek.
Pertama, umat Katolik tidak patuh pada Vatikan tetapi pada Sri Paus sebagai pemimpin umat Katolik seluruh dunia.
“Vatikan itu “kebetulan” menjadi tempat atau pusat agama Katolik dimana Santo Bapak berkedudukan di sana. Bahwa kemudian pilihannya Vatikan-Roma itu tentuk terkait dengan sejarah panjang perkembangan agama Katolik di Roma yang berhubungan dengan Dekrit Milano saat itu. Seandainya Pusat Agama Katolik waktu itu di Jerman atau di negara Eropa lainnya, apa pendapat Anda?”, urai Tuan Kopong.
Kedua, Katolik itu agama, sedangkan Khilafah adalah ideologi (paham).
“Kiranya Anda harus paham bahwa Katolik itu agama yang diakui sama seperti agama Islam dan lainnya oleh semua bangsa. Sedangkan Khilafah meski merupakan salah satu ajaran dari agama Islam, Khilafah bukan agama tapi Ideologi, yang juga Anda tahu betul bahwa sebagian umat Islam juga menolak berdirinya paham ini.” Jelasnya.
Menurut rohaniwan muda ini, jika Din
hendak menyamakan Vatikan dengan Khilafah, dengan demikian ia melihat
Katolik termasuk Vatikan sebagai ideologi, bukan agama. Secara sadar,
ia sedang menyebarkan sikap intoleransi yang selama ini ia sembunyikan
demi nama besarnya sebagai seorang yang toleran.
Ketiga, Katolik itu bersifat satu, universal dan terbuka.
Kepatuhan umat Katolik kepada Sri Paus
sebagai Pemimpin Tertinggi umat Katolik seluruh dunia terkait dengan
sifat Katolik yang adalah satu.
“Dalam rangka menjaga kesatuan sebagai Satu Gereja (Katolik), maka kami taat pada satu pimpinan yaitu Sri Paus yang merupakan pengganti Santo Petrus. Kesatuan Gereja Katolik menjadi begitu kuat dan mengikuti satu komando bukan karena Vatikan, melainkan Sri Paus.”
Dari penjelasan di atas, maka terlihat
kedangkalan berpikir Din dalam hal menyepadankan Vatikan dengan
Khilafah. Yang harus dipahami Din adalah kesatuan umat Katolik bukan
soal tempat yang bernama Vatikan, melainkan kedudukan Santo Bapa yang
umat Katolik terima dan akui sebagai pengganti Petrus, Pemimpin
tertinggi umat Katolik sedunia.
![](https://seword.com/wp-content/uploads/2017/07/megawati-vatikan.jpg)
Megawati Soekarnoputri (Sumber: www.24hoursworship.com)
Lebih lanjut ia menjelaskan arti sifat
Katolik yang Satu namun bersifat Universal dan Terbuka. Sifat terbuka
diartikan Gereja Katolik membangun kerjasama dengan setiap orang dan
bangsa yang berkehendak baik demi kebaikan bersama (apapun suku dan
agamanya).
Keempat, keberadaan agama Katolik di setiap bangsa dengan keberadaan Kedutaan Besar Vatikan, menegaskan bahwa Agama Katolik bersifat Universal.
“Universalitas agama Katolik adalah dalam rangka membangun dialog dan kerjasama, tidak pernah memaksakan paham dan ajaran Katolik pada bangsa lain. Keberadaan Duta Vatikan yang mewadahi keberadaan umat Katolik adalah dalam rangka menyampaikan seruan moral untuk menjaga kedamaian dan persatuan yang merupakan ajaran Universal semua agama.”“Katolik itu agama dan bukan ideologi. Ketaatan umat Katolik yang memperlihatkan makna Katolik adalah Satu bukan pada Vatikan melainkan pada Sri Paus yang “kkebetulan” berkedudukan di Vatikan-Roma.”
Tuan Kopong menghimbau kepada Din
Syamsudin untuk belajar mengenal lebih dalam keyakinan agamanya, karena
hal itu akan mendatangkan kejernihan pemahaman tentang agama lain
daripada dicap masuk golongan gagal paham.
Salam Seword, sewot gitu loh…
0 komentar:
Posting Komentar