Indonesia adalah negara yang majemuk,
beragam dalam arti yang sebenar-benarnya. Pesona kemajemukan atau
keberagaman ini menjadi buah bibir di dunia internasional. Banyak turis,
pun para peneliti berbondong-bondong datang ingin melihat lebih dekat
apa arti hakiki kerukunan dalam sangkar kepelbagaian itu di Indonesia
ini, yang dibingkai manis dalam genggaman cakar burung Garuda.
Semangatnya adalah semangat “Bhinneka Tunggal Ika”
Banyak pemimpin dan kepala negara dari
berbagai belahan dunia yang mengagumi kemampuan Indonesia mengelola
kerukunan dan keberagaman. Ini bukan cerita baru barang baru. Ini sudah
turun temurun, maka jangan coba-coba kita rusak.
Nah, Presiden Jokowi tercinta kembali
bersuara. Suara yang gaungnya menggema sampai ke pelosok negeri,
menghantam siapa saja yang tak pernah mau menerima perbedaan dalam
keberagamaan, sesuatu yang sebetulnya adalah rahmat Tuhan yang tiada
mungkin didustakan. Menolak perbedaan dan keragaman sama artinya menolak
Tuhan sang Maha Pencipta yang telah menciptakan semuanya sempurna
sesuai kehendak-Nya.
“Indonesia bisa sebagai rujukan, menjadi contoh, menjadi role model bagi negara lain,”
kata Presiden Joko Widodo ketika memberikan sambutan pada Pembukaan
Halaqah Nasional Alim Ulama di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis 13 Juli
2017.
Presiden meyakini bahwa kekaguman dunia
pada kerukunan yang terjadi di Indonesia karena kemampuan umat Islam
Indonesia dalam menerapkan Islam yang rahmatan lil alamin. Semuanya itu
dapat dapat terwujud karena peran alim ulama yang terus menerus berperan
aktif dalam memberikan tuntunan kepada seluruh ummat.
“Tuntunan untuk mewujudkan Islam yang Wasathiyah, yang moderat, yang santun dan bukan Islam yang keras, bukan Islam yang radikal. Islam radikal bukan Islamnya Majelis Ulama Indonesia. Islam yang radikal bukan Islamnya bangsa Indonesia,” kata Presiden. Ini sudah amat Jelas dan crystal clear.
Jadi tatkala ada yang mengajarkan umat kekerasan. Mengajarkan umat untuk “bunuh… bunuh… gantung…. gantung”, maka Anda dapat menilai sendiri jenis macam apa orang-orang yang bicara itu, siapapun dia.
Beberapa bulan lalu hati saya begitu miris dan sedih menyaksikan ada sekelompok anak kecil yang teriak sambil nyanyi “bunuh…bunuh….Ahok”
Entah setan siapa yang mengajarkan mereka seperti itu. Rasa-rasanya
yang ngajar mereka pasti bukan manusia biasa, tetapi setan utusan iblis.
Itulah sebabnya, pesan penting Presiden
Jokowi menjadi begitu penting, harus disimak baik-baik, ditelaah, dan
dilakukan. Jangan hanya melongo dan bengong kayak orang bego. Bahwa
betapa pentingnya kita menjaga kerukunan sembari menghormati
keberagaman.
Presiden mengharapkan agar para alim ulama
dapat berperan aktif menuntun ummat mempererat tali silaturahim,
mempererat kerukunan dan bukan hanya kerukunan di antara umat Islam
sendiri. “Tapi juga Ukhuwah Wathaniyah, antar anak-anak bangsa dalam semangat persatuan.”
Sungguh luar biasa Presiden kita ini. Pandangannya jauh ke depan.
Pernyataan-pernyataannya menyentuh nurani paling dalam di hati setiap
insan manusia.
Tak lupa Presiden Jokowi juga mengingatkan
bahwa sudah menjadi kodrat bangsa Indonesia selalu ditantang dalam
mengelola keberagaman, dalam mengelola kemajemukan dan dalam mengelola ke-Bhinneka-an.
“Dan dalam kehidupan bernegara
kita yang bhineka, kita beruntung memiliki Pancasila, ideologi negara
dan pandangan hidup bangsa. Pancasila yang menjadi panduan kita bersama
dalam menjalani langkah, dalam menempuh perjalanan sejarah sebagai
sebuah bangsa yang majemuk, bangsa yang beragam,” kata Presiden penuh semangat.
Pancasila dengan Islam bukan untuk
dipertentangkan, bukan pula untuk dipisahkan. Pancasila itu dasar
negara. Islam itu akidah yang harus kita pedomani.
“Kita harus pegang komitmen
kebangsaan kita. Tidak boleh lagi di antara kita ada yang mempunyai
agenda lain, ada yang memiliki agenda politik yang tersembunyi maupun
yang terang-terangan untuk meruntuhkan NKRI yang berbhinneka tunggal
ika. Tidak boleh lagi di antara kita, ada yang memiliki agenda mengganti
Negara kita dengan sistem pemerintahan dan kenegaraan yang
bertentangan dengan Pancasila” — Jokowi, 2017
Kata-kata Presiden ini amat sangat
menohok, sampai ke ulu hati dan kena dikit di jantung, terutama
jantungnya para radikalis. Untuk mengawal semangat ini, tentu tak
berlebihan Presiden telah mengeluarkan PERPPU yang ‘mengatur’ serta
‘mengawasi’ ormas-ormas. Sudah sangat tepat.
Pengalaman Saya di New York || Ada beberapa bagian di kota New York yang membuat tempat ini diistilahkan sebagai ‘Melting Pot’, merupakan
bentuk penggambaran betapa padat dan beragamnya kota ini, saya
melihatnya tak ubah Jakarta dalam hal keberagamaanya, hanya saja di sana
pendatangnya dari berbagai negara di dunia.
Bagaimana dengan bahasanya? Menakjubkan.
Sekitar 800 bahasa dipakai dan dipergunakan di New York, menjadikannya
sebagai kota yang memiliki bahasa paling beragam di dunia. Walaupun
tentu saja bahasa Inggris tetaplah menjadi bahasa utama di sana, bahasa
kedua terbanyak digunakan (bahasa resmi kedua) adalah Spanish. Namun bahasa Cina, Jepang, Italia, dan Perancis juga cukup banyak digunakan.
Perkembangan penduduk di New York memang
terlihat cukup cepat. Lihat saja data statistik mereka, populasi
penduduk pada tahun 1990 adalah sekitar 7 juta orang, hanya berselang 10
tahun (2010) sudah bertambah sebanyak 1 juta orang menjadi lebih dari 8
juta orang. Penambahan penduduk secara eksponensial ini tentu
meningkatkan densitas ‘kota termahal’ di dunia ini.
New York sendiri adalah sebuah kota multiethnic dan multicultural.
Hampir 40% penduduknya adalah kumpulan para pendatang. Menjadikan kota
ini sebagai salah satu di antara beberapa kota di Amerika yang dihuni
oleh bangsa pendatang terbanyak. Di banding kota-kota lain di Amerika,
New York bertengger di nomor urut satu sebagai kota dengan terbanyak
pendatangnya.
Para pendatang yang mendominasi New York
antara lain datang dari China, Jamaica, Mexico, Russia, Ecuador, Haiti,
dan masih banyak lagi. Bagaimana dengan agamanya? Oh, sudah pasti sangat
beragam. Menurut data statistik yang ada di departemen kependudukan New
York , terlihat jelas bahwa jumlah penduduk Muslim di Amerika Serikat
meningkat tajam dalam satu dekade terakhir.
Jumlah umat Muslim di negeri Paman Sam itu
bahkan mengalahkan jumlah pertambahan warga Yahudi untuk pertama
kalinya, di sebagian besar daerah Midwest. Ada salah satu
Mesjid di New York yang rupa-rupanya menjadi tempat favorit bagi para
pendatang dari Indonesia, yaitu Mesjid Al-Hikmah.
Banyak pemimpin mesjid di Amerika yang
mengatakan bahwa mereka mengambil pendekatan yang fleksibel terhadap
Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad dengan tentu saja mempertimbangkan
kehidupan modern Amerika masa kini.
Setelah peristiwa September 11, ternyata
mendorong Mesjid untuk lebih aktif lagi menunjukkan interaksi dengan
agama lainnya di Amerika. Walapun ada pengketatan terhadap setiap
pendatang baru dan terhadap orang-orang muslim yang mau masuk Amerika,
tetapi untuk kalangan intern Amerika maka jelas terlihat bahwa keeratan
Islam dan agama-agama lain justru makin meningkat.
Saling menghargai itu ternyata bukan hanya
mimpi dan fatamorgana belaka. Rupa-rupanya itu semua masih bisa kita
lihat selagi kita masih hidup di dunia ini, asal kita semua mau dengan
kerendahan dan ketulusan hati membuka diri dan membuka hati, membuka
pikiran untuk hal itu.
Mesjid yang terbesar di Amerika, kalau saya nggak salah, sampai saat ini rekornya masih dipegang oleh Islamic Center of America yang berlokasi di Dearborn, Michigan. Mesjid ini dapat menampung lebih dari 3.000 jamaah.
Populasi penduduk yang beragama Kristen di
New York sendiri mencapai 70% dengan jumlah gereja diperkirakan
sebanyak 2000 bangunan gereja. Tapi ada juga gereja yang ‘hanya’
menggunakan community halls atau tempat-tempat pertemuan lainnya yang jumlahnya juga sudah mencapai ribuan banyaknya.
Di kota ini juga berdiri megah gereja terbesar di New York State, dan bahkan mungkin yang terbesar di Amerika yaitu the Episcopal of St John the Divine. Di tempat yang sama ini hidup berdampingan mereka yang beragama lainnya, termasuk Budha, Hindu, dan Yahudi.
Saya pernah melihat di depan sebuah mesjid yang sementara dibangun terpampang indah tulisan yang isinya begini, “Help us build the House of Allah and He will build one for you in Jannah.” Hanya beberapa lorong setelahnya ternyata ada gereja yang sementara membangun juga, dan ada spanduk bertuliskan, “Help us build this house of worship and He will repay you in Heaven.” Berdampingan secara rukun ternyata indah!
Kura-kura saja bisa rukun dan damai, masak manusia nggak…? Think!
(Sumber Data Pidato Presiden: Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden)
0 komentar:
Posting Komentar