Pembaca yang budiman tentu sudah membaca
berita mengenai pak Din Syamsudin yang menyamakan HTI dengan eksistensi
Vatikan. Bagaimana reaksi pembaca? Kaget? Atau biasa saja?
Bagi yang kaget, sama, saya juga kaget.
Kaget karena penyamaan ini dilakukan oleh orang sekelas Din Syamsudin.
Salah satu tokoh muslim Indonesia yang sudah pernah ke Vatikan dalam
forum dialog antar agama, lintas iman. Bahkan berkali-kali. Tapi
gara-gara pernyataan pak Din ini saya jadi bertanya, apa yang dilakukan
pak Din di Vatikan? Apa mungkin hanya minum kopi trus rokokan di kafe di
sekitaran Vatikan?
Kalau begitu ya jadi wajar kalau pak Din
ini tidak paham sama sekali pada apa sih Vatikan itu. Apakah Vatikan ini
lembaga atau ideologi tak penting. Yang penting nyruput capucino de
italiano, papa. Wes, itu tok. Yang lain tidak perlu diketahui.
Bagi yang biasa saja. Mari saya jelaskan
sedikit mengenai hal ini. Agar kita semua kemudian menjadi kaget, kok
bisa HTI dengan Khilafah era modernnya disamakan dengan Vatikan oleh pak
Din.
Jadi begini; Negara Kota Vatikan, demikian
Vatikan biasa disebut. Vatikan berfungi tidak lebih dari sekedar tempat
bagi sebuah badan atau lembaga pemersatu umat katolik diseluruh dunia.
Jadi umat katolik itu tidak taat kepada Vatikan tetapi kepada Bapa Paus.
Paus adalah kepala dari ormasdun (organisasi kemasyarakatan dunia) umat
katolik yang mengepalai lembaga yang bermarkas di Vatikan itu.
Gampangannya, Vatikan itu rumahnya Paus. Dan Paus itu ikan, eh maksudnya
Kepala umat katolik sedunia. Kebetulan saja kalau rumah Bapa Paus itu
ada di Vatikan, Roma, Italia, yang juga menjadi rumah bagi para
pejabatnya yang 100% klerus atau rohaniwan itu.
Tentu saja pemilihan Vatikan sebagai pusat
kekatolikan dunia itu juga dilatarbelakangi oleh sejarah panjang kenapa
diputuskan bahwa Vatikan menjadi kota pusat administrasi umat katolik
sedunia. Dan mau Vatikan ini di Jawa Barat juga boleh. Tidak begitu
penting. Yang penting bagi umat katolik adalah peran dan eksistensi Bapa
Paus sebagai penerus dari Rasul Petrus.
Sedangkan Khilafah sendiri adalah
ideologi. Ideologi ini bersumber dari ajaran Islam. Tetapi banyak dari
para cendikiawan muslim yang tidak sepakat dengan ideologi ini.
Sampai disini jelasnya ya pak Din
perbedaan antara Khilafah dan Vatikan. Yang satunya ideologi. Dan yang
satunya lagi rumah atau lembaga atau badan.
Yang harus pak Din samakan adalah Islam
dengan Katolik, yang sama-sama merupakan agama yang diakui oleh seluruh
rakyat indonesia dan dunia.
Jadi kalau anda menyamakan HTI dengan ide
Khilafahnya dengan Vatikan, berarti dalam pengertian pak Din bahwa
Vatikan itu ideologi. Itu salah pak Din. Salah besar. Percuma bolak
balik Vatikan kalau gitu aja kagak ngerti. Vatikan itu negara, pak Din.
Bukan ideologi.
Dan Vatikan tidak pernah menawarkan
ideologi negara Vatikan kepada setiap pemeluk agama katolik di seluruh
dunia, utamanya di Indonesia. Bahwa di negara yang bobrok moralnya harus
diganti dengan negara Vatikan yang dirahmati Tuhan. Pemeluk katolik di
Indonesia tidak pernah teriak-teriak “Vatikan adalah solusi”. Berbeda
dengan HTI yang terus saja memasarkan ide Khilafahnya.
Yang terjadi justru Vatikan “membantu”
negara-negara yang dimana umatnya tinggal untuk taat pada pemerintahnya.
Taat dengan tingkah laku moral yang baik. Yang mencintai Tuhan yang
diimani dan mencintai negara yang ditinggali, dengan memberikan kepada
Tuhan apa yang menjadi hak Tuhan dan memberikan kepada negara apa yang
menjadi hak negara. Ini adalah dua hal yang dituntut oleh Vatikan agar
berjalan beriringan dalam harmoni budaya-sosial setempat dalam negara
yang ditinggali.
Sedangkan HTI, dengan sangat jelas
menawarkan paham Khilafah dan dengan tegas menolak demokrasi. Yang
konsekuensinya adalah menganti ideologi bangsa Indonesia yaitu
Pancasila. Ideologi yang telah disepakati oleh para bapak bangsa kita.
Paham Khilafah ini pun tidak jelas dan
cendrung sekterian. Artinya paham Khilafah yang menurut mereka saja.
Mengapa saya bilang Khilafah menurut mereka. Karena dikalangan negara
muslim HT menjadi kanker yang terus ditolak. Arab saudi, Mesir, Turki
adalah beberapa negara yang menolak organisasi politik berbaju agama
ini.
HT bercita-cita menyatukan umat Islam
dalam suatu negara Islam dengan Khilafahnya. Tetapi jika kemudian di
negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam saja HT ditolak,
kita harus kritis bertanya “HT ini ingin menyatukan umat Islam yang
mana dan Islam model apa?”
Di Indonesia sendiri ada 13 organisasi
Islam yang menolak HTI. Lalu jika NU dan 13 ormas Islam sudah menolak
HTI dengan sangat tegas, umat Islam model apa yang masih mendukung HTI
dengan dalih melanggar hak berserikat, menciderai demokrasi dan tidak
konstitusional?
Ormas yang punya visi dan misi yang
sejalan dengan ideologi bangsa indonesia tetap eksis dan berkembang
dengan baik. NU dan Muhammadiyah contohnya. Pemerintah memberikan hak
berserikat, berdemokrasi tapi sesuai dengan UU dna hukum yang berlaku.
Kalau ormas yang sudah menggrogoti ideologi bangsa, sikat saja,
musnahkan!
NU dan 13 organisasi Islam yang lurus saja
menolak ajaran Islam yang bengkok, berarti yang mendukung HTI adalah
umat Islam yang bengkok
Jadi, pak Din, jelas ya beda antara HTI
dengan Khilafahnya dan eksistensi Vatikan. Khilafah dan Vatikan sangat
bertolak belakang. Dengan tujuan dan fokus yang berbeda pula. Pahami
kedua-duanya dengan baik. Karena Khilafah tidak pernah bisa sama dengan
konsep ke-vatikan-an katolik.
Khilafah mengandaikan dan mengharuskan
penganutnya di seluruh dunia tunduk dan patuh pada hukum syariat. Dan
tentu saja hanya hukum syariat yang berlaku di dalam pemerintahan
Khilafah. Lalu bagaimana jika penganut Khilafah itu tinggal di negara
yang sudah punya hukum dan konstitusi kenegaraan? Jadi tumpang tindih
hukum dan aturankan jadinya. lalu pertanyaan lainnya,Khilafah yang
bercita-cita menyatukan umat Islam sedunia ini mau berdiri dimana? Punya
lahan kosong yang mau dibangun pemerintahan Khilafah?
Berbeda dengan Kepemimpian Paus di Vatikan
yang hanya menyerukan agar umat katolik beriman dan bermoral baik,
mengimani Tuhan dalam khazanah budaya lokal negara yang menjadi tempat
tinggal. Vatikan hanyalah menjadi tempat untuk menjamin orisinilitas
iman dalam dogma dan sejarah guna menghindari kesesatan beriman.
Di Indonesia tentu tidak ada ruang untuk
HTI dan Khilafahnya. Ideologi Indonesia menjadi pijakan dan pemersatu
bagi banyak suku, ras, bahasa, dan tentu saja agama. Dan kekayaan itulah
yang menjadikan Indonesia indah. Dan itu sudah paten dan tidak dapat
digangu gugat lagi.
100% Islam 100% Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar