Jokowi saat meninjau infrastruktur listrik di Papua (sumber: tempo)
Selama memimpin
dalam tiga tahun belakangan ini, Jokowi sudah melakukan berbagai macam
gebrakan. Pada masa kepemimpinannya, ia banyak membangun infrastruktur
untuk meratakan kesenjangan antarwilayah di Indonesia. Berbagai sarana
seperti pelabuhan, bandara, jalan tol, jalur kereta api, hingga
pembangkit listrik dibangun.
Pembangkit listrik contohnya. Saat ini,
Jokowi sedang menggalakan pembangunan pembangunan pembangkit listrik di
Indonesia. Ia serius ingin membuat kelangkaan listrik di Indonesia dapat
teratasi, wilayah yang selalu gelap gulita pada malam hari menjadi
terang. Maka dari itu pada bulan Mei 2015 ia mencanangkan program
pembangunan pembangkit listrik sebesar 35.000 MW.
Dua tahun kemudian, dari 35.000 MW
tersebut sebesar 10.442 MW (29%) sudah masuk tahap konstruksi dan 639 MW
sudah beroperasi secara komersial (Commerical Operation Date/COD)
Sementara 7.533 MW sedang dalam tahap perencanaan, 8.217 MW sudah berada dalam tahap pengadaan, 8.806 MW sudah kontrak Power Purchase Agreement (PPA), akan tetapi belum masuk ke tahap konstruksi.
Program pembangunan pembangkit listrik sebesar 35.000 MW ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya ada Fast Track Program (FTP)
yakni program listrik 10.000 MW yang terbagi ke dalam dua fase yakni
fase pertama pada periode 2006-2011 dan fase kedua yakni pada tahun 2010
hingga tahun 2014. Masing-masing fase menargetkan pembangunan
pembangkit listrik sebesar 10.000 MW dalam jangka waktu lima tahun.
Hanya saja hingga tahun 2014, masih banyak
pembangkit listrik yang belum selesai. Dayanya mencapai 7.000 MW.
Bahkan 34 diantaranya mangkrak. Proyek pembangkit listrik tersebut
mangkrak karena berbagai macam alasan seperti karena persoalan lahan,
kesalahan saat feasibility studies (FS), kontraktor pemenang lelang kehabisan uang ditengah jalan, perubahan kebijakan APBN, dan sebagainya.
Dari ke-34 proyek mangkrak tersebut,
terdapat tujuh belas proyek yang telah dilanjutkan dan sudah ada jalan
keluarnya, enam proyek diputus kontraknya lalu diambil alih oleh PLN
untuk dilanjutkan, dan sebelas proyek diterminasi alias dibatalkan.
Proyek pembangkit listrik tersebut
terdapat lima di Pulau Sumatera, sepuluh di Pulau Kalimantan, empat
belas di daerah Pulau Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara, dan lima
proyek pembangunan di Kepulauan Maluku dan Papua.
Diantara banyaknya pembangkit listrik yang
telah dibangun oleh pemerintah, 37 diantaranya telah resmi beroperasi.
Total daya dari ke-37 pembangkit listrik tersebut adalah 743 MW dengan
mayoritas berbahan bakar energi bersih.
Selain membangun pembangkit listrik,
Jokowi juga memutuskan kebijakan untuk mencabut subsidi bagi pelanggan
900 VA yang dianggap atau masuk ke dalam kategori warga mampu. Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengatakan bahwa
pencabutan subsidi ini bertujuan untuk mengalokasikan dana dari subsidi
tersebut kepada 2.500 desa yang belum menikmati listrik sama sekali dan
10.000 desa yang menikmati listrik ala kadarnya.
Namun sayang banyak saya temui di media
sosial, masyarakat yang nyinyir terhadap kebijakan pemerintah ini.
Padahal dana subsidi uang dicabut dari mereka ini digunakan untuk
membangun pembangkit listrik di daerah-daerah yang belum menikmati
listrik ataupun minim pasokan listrik. Sayangnya mereka tidak pernah
mengerti maksud dari pemerintah. Ataupun mereka masih juga merasakan
sindrom gagal move on karena jagoannya gagal menang Pilpres tiga tahun silam.
Perkembangan terakhir dari megaproyek
Jokowi ini sangatlah menggembirakan. Karena dari 35.000 MW yang menjadi
target Jokowi, banyak yang sudah masuk ke dalam tahap konstruksi.
Menurut data PLN yang dilansir dari detik, 4.090 MW telah masuk
ke dalam tahap perencanaan, sementara 1.859 MW telah masuk ke dalam
tahap pengadaan, dan sebesar 5.140 MW telah masuk ke dalam tahap
konstruksi. Dan 167,5 MW telah beroperasi secara komersial.
Sementara dari data swasta menunjukkan
bahwa sebesar 2.880 MW sudah masuk ke dalam perencanaan, 3.496 MW sudah
masuk ke dalam tahap pengadaan, sebesar 8.150 MW sudah teken kontrak
tapi belum konstruksi, 9.453 MW sudah dikonstruksi, dan 590 MW sudah
beroperasi.
Dari pembangkit listrik yang telah beroperasi tersebut, beberapa diantaranya telah diresmikan oleh Jokowi yakni:
- Pembangkit Listrik Bergerak – Jeranjang, Lombok, NTB dengan daya 2×25 MW yang telah beroperasi sejak tanggal 27 Juli 2016.
- PLB Air Anyir, Bangka dengan daya 2×25 MW yang mulai beroperasi pada tanggal 13 September 2016.
- PLB Tarahan, Lampung dengan daya 4×25 MW yang mulai beroperasi pada tanggal 29 September 2016.
- PLB Nias, Sumatera Utara dengan daya 1×25 MW yang mulai beroperasi pada tanggal 31 Oktober 2016.
- PLB Pontianak, Kalimantan Barat dengan daya 4×25 MW yang mulai beroperasi pada tanggal 8 November 2016.
- PLB Balai Pungut, Riau dengan daya 75 MW yang mulai beroperasi pada tanggal 13 November 2016.
- PLB Suge, Belitung dengan daya 1×25 MW yang mulai beroperasi pada tanggal 22 November 2016.
- PLB Pasir Raya, Medan dengan daya 75 MW dan mulai beroperasi pada tanggal 9 Desember 2016.
Jokowi menjadikan pembangunan pembangkit
listrik sebesar 35.000 MW ini ke dalam program utamanya. Ia merasa
prihatin karena di Indonesia banyak daerah yang belum dialiri listrik.
Jokowi juga mengatakan bahwa selama 71 tahun Indonesia merdeka, negeri
ini hanya punya pembangkit dengan kapasitas 53.000 MW padahal wilayah
NKRI ini sangat luas maka dari itu ia ingin menbangun pembangkit listrik
dengan daya 35.000 MW di seluruh Indonesia.
Selain itu Jokowi juga mengatakan bahwa
pembangunan pembangkit listrik dapat menambah stok listrik di Indonesia,
sehingga dengan adanya ketersediaan listrik, ekonomi Indonesia bisa
lebih cepat pertumbuhannya.
Papua menjadi salah satu daerah yang amat
diperhatikan Jokowi, selain membangun jalan Trans Papua yang panjangnya
mencapai hampir 5000 kilometer, Jokowi juga membangun berbagai
pembangkit listrik untuk menerangi Bumi Cendrawasih. Salah satu
rencananya adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas
(PLTMG) di Jayapura yang diharapkan menambah pasokan listrik di Papua
sebesar 50 MW.
Perhatian Jokowi terhadap pembangunan
pembangkit listrik di Indonesia sangatlah beralasan. Beliau ingin
menerapkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dimana seluruh
warga negara Indonesia dapat menikmati listrik dengan baik dan tidak ala
kadarnya.
Maka ia mencanangkan megaproyek 35.000 MW
yang dinilai sebagian kalangan adalah proyek yang ambisius. Akan tetapi
hal itu harus dilakukan karena secara infrastruktur Indonesia sudah
tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Adalah hal yang masuk akal melihat masih
banyaknya daerah yang belum menikmati listrik dan juga banyaknya proyek
mangkrak pada era pemerintahan sebelumnya. Jokowi sudah membuktikan
bahwa ia adalah bapak pembangunan yang membangun Indonesia dari Sabang
sampai Merauke sehingga tidak ada lagi kesenjangan antardaerah.
Sebagai masyarakat yang menginginkan
negara ini lebih baik, maka kita harus mendukung pemerintah untuk
menuntaskan janji-janjinya.
Salam satu tanah air Indonesia!!
0 komentar:
Posting Komentar