Genap sudah
keinginan saya agar pemerintah mengambil sikap terhadap HTI seperti
artikel saya berapa bulan sebelumnya
https://seword.com/sosbud/awas-gp-ansor-terbangun-karena-lalat-kecil-hti-pemerintah-jangan-mau-telat/ Melihat
HTI dibubarkan, rasanya seperti melihat dua sisi mata uang. Disatu sisi
ada perasaan senang, disisi lain ada perasaan was-was. Senang bahwa
pemerintah hadir dalam penegakan hukum.
Was-was karena
apa yang tidak terlihat dipermukaan. Seperti kita ketahui, anggota HTI
sudah ada (katanya) jutaan di Indonesia. Ditambah lagi setelah terbitnya
perpu kemarin mereka langsung bergabung dengan ormas lainnya dan para
penghianat bangsa. Mereka mengadakan demo penolakan dan beberapa aksi
lain.
Indikasi HTI Masih Eksis
Kemarin saya membaca bahwa kantor HTI di kawasan Tebet Jaksel sudah tidak beroperasi lagi. Mereka sepertinya sudah menduga ini sebelumnya. Namun apakah mereka tinggal diam? Rasanya tidak.
Kemarin saya membaca bahwa kantor HTI di kawasan Tebet Jaksel sudah tidak beroperasi lagi. Mereka sepertinya sudah menduga ini sebelumnya. Namun apakah mereka tinggal diam? Rasanya tidak.
Lihat saja
mereka langsung menunjuk pakar hukum kawakan untuk mengajukan uji materi
perpu itu ke Mahkamah Konstitusi. Entah berapa rupiah mereka membayar
orang ini. Entah kemana integritas penegak hukum ini. Seperti bunglon,
berubah warna kemana saja, berubah posisi sesuai siapa yang berani
membayarnya.
Kemarin saya
juga menonton cuplikan video perwakilan HTI di acara ILC. Juru bicaranya
(saya lupa namanya, karena tidak penting) mengatakan bahwa mereka sudah
melakukan sumbangsih bagi negara kepada anak muda dan beberapa sektor
ekonomi. Ini menunjukan bahwa HTI sudah memiliki massa yang militan.
Kata anak muda ini artinya mereka sudah merasuki sekolahan, kampus,
pesantren, kampung. Mengerikan.
Kenapa mereka
banyak menyasar anak muda (dari remaja)? Karena mereka akan bertumbuh
dan menjadi pejuang potensial yang akan digunakan disuatu saat. Dan saat
mereka dewasa mereka akan menguasai banyak lini dan siap bela ideologi ngawur itu.
Markas ISIS di
Irak sudah direbut militer pemerintahan Irak dan mereka akan menempel
pada indung lain. Pengaruh mereka di Timur Tengah sepertinya sudah
berakhir. Mereka sudah masuk ke rumah warga Marawi Filipina (daerah yang
juga ada berpaham garis keras), pastinya mereka sudah memasuki
Indonesia.
Lihat saja ada
ratusan WNI simpatisan ISIS di Timur Tengah. Bagaimana caranya WNI
sebanyak itu berjuang bersama ISIS? Karena memang sudah ada kantong
wahabisme di Indonesia (dalam hal ini HTI). Bayangkan bisa jadi sebagian
dari mereka balik ke Indonesia. Apa yang akan terjadi? Memang Menteri
Pertahanan tegas mengucapkan untuk jangan kembali lagi. Namun tidak
cukup disitu. Perlu langkah praktis untuk menampung mereka dan mendowngrade kembali pikiran mereka.
Jutaan anggota
HTI ini perlu diwaspadai. Tidak mudah untuk mengawasi manusia dalam
jumlah jutaan. Belum lagi pihak-pihak yang terhubung dengan mereka (FPI,
ormas lainnya, pengusaha busuk, politik rakus). Ini sungguh pekerjaan
rumah yang tidak gampang.
Sebab itu simpan dalam benak kita bahwa
HTI belum berakhir. Ini adalah rahasianya. Jangan merasa diatas angin.
Lihat siapa dibelakang mereka? Apa tujuan utama mereka? Ingat Indonesia
adalah negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia.
HTI tidak berbahaya, Ideologinya itu yang berbahaya
Kita perlu jelas tentang apa itu HTI dan apa itu wahabisme. HTI adalah wadahnya, sedang isinya adalah wahabisme. HTI sudah dibubarkan namun wahabisme belum berakhir. Kalau wadahnya pecah, mereka hanya tinggal mencari wadah baru.
Kita perlu jelas tentang apa itu HTI dan apa itu wahabisme. HTI adalah wadahnya, sedang isinya adalah wahabisme. HTI sudah dibubarkan namun wahabisme belum berakhir. Kalau wadahnya pecah, mereka hanya tinggal mencari wadah baru.
Pemerintah
sudah memecahkan wadahnya. Namun apakah pemerintah sudah mengatasi
isinya yang sangat beracun itu? Saya rasa belum. Wahabisme ini merupakan
ideologi. Ideologi yang akan menegakan suatu negara dengan paham garis
keras. Membunuh merupakan cara yang sah dan mati adalah terhormat bagi
mereka.
Persoalan
disini adalah bagaimana mengatasi wahabisme yang adalaha ruh dari HTI
ini? Caranya adalah dengan menanamkan ideologi baru bagi penganut
wahabisme. Karena wahabisme adalah ideologi, jadi cara mengatasinya
adalah dengan ideologi juga.
Ideologi
adalah suatu bagian dari manusia yang masuk dari pikiran (melalui
ajaran) dan menjadi jalan hidup seseorang. Pertanyaannya disini adalah
sampai dimana pemerintah bisa mengontrol ulama/ penceramah/ habib yang
diindikasi membawa ajaran yang bertentangan dengan Pancasila?
Ini memang
sulit. Tapi harus dicoba. Seperti awal Presiden Jokowi yang akan
membangun Indonesia. Awalnya sulit. Paradigma kita sudah puluhan tahun
membeku dan apatis, apakah bisa? Buktinya, belum genap 3 tahun
pemerintahan, Jokowi sepertinya sudah menyusul pencapaian presiden yang
mengabdi 30 tahun lalu.
Siapa yang
harus bertanggungjawab? Sebenarnya Menteri Agamalah yang harus lembur
dan bekerja 25 jam satu hari untuk mengatasi wahabisme ini. Namun sudah
dua kali menteri agama zaman Jokowi belum bisa meraih ini. Kalau tidak
bisa, mundur saja. Simple kan.
Ide sederhana
untuk mengatasi wahabisme ini misalnya Menteri Agama membuat lisensi
resmi bagi setiap penceramah. Dibuat persyaratan yang harus dipenuhi.
Tanpa lisensi ini tidak boleh berceramah dimanapun di negeri Indonesia.
Ini juga termasuk bagi penceramah dari luar negeri.
Lalu beri
ruang kepada ulama senior kita yang berasal dari NU untuk pilot project
pencanangan Islam Nusantara. Melalui pelajaran agama, melalui ceramah
disetiap televisi yang ada Indonesia, dan celingsia (ceramah keliling Indonesia).
!! Harus dengan sikap awas!!
Pemerintah jangan santai, walau dengan pembelaan sedang membangun infrastruktur. Infrastruktur tanpa manusia yang dibaharui pola pikir dan mentalnya akan sangat timpang. Harus ada langkah taktis dan praktis setelah pembubaran ini. Siapa saja pengurus, donatur, jaringan HTI yang akan mendirikan wadah baru, harus ditolak secara prematur dan dibumihanguskan. No compromi, yes indomie.
Pemerintah jangan santai, walau dengan pembelaan sedang membangun infrastruktur. Infrastruktur tanpa manusia yang dibaharui pola pikir dan mentalnya akan sangat timpang. Harus ada langkah taktis dan praktis setelah pembubaran ini. Siapa saja pengurus, donatur, jaringan HTI yang akan mendirikan wadah baru, harus ditolak secara prematur dan dibumihanguskan. No compromi, yes indomie.
Dengan rendah
hati saya menghimbau kepada Menteri Agama, Menteri Komunikasi dan
Informasi, Menteri Pendidikan untuk bekerja lebih keras dari yang
lainnya. Kalau menteri lain bisa 100%, kalian harus bisa 110%. Apakah
kalian tidak ingin kerja kalian dipuji Presiden dan masyarakat kita?
Sudah kita
lihat beberapa polisi yang dibunuh, kantor polisi diteror, korban
pengeboman dan banyak lainnya. Jangan tambah lagi bilangannya. Cukup.
Bagaimana bila korban itu adalah anggota terdekat kita?
Kita juga sebagai masyarakat biasa, harus membantu pemerintah. Lewat menshare
berita-berita positif di medsos kita dan melaporkan sesuatu yang
mengarah kepada aksi teror dan mengancam NKRI. Apakah anda rela
Indonesia menjadi Suriah jilid kedua?? Pikirkanlah itu.
Sepertinya cukup dahulu. Sudah pegal memegang hp sambil merenung. Istirahat siang baik sepertinya pada waktu weekend. Ah mana si butet mana??
Sumber:
https://nasional.tempo.co/read/news/2017/07/18/063892400/hti-resmi-gugat-perpu-ormas-yusril-ihza-sebut-pasal-multitafsir
https://kumparan.com/indra-subagja/situasi-markas-hti-di-tebet-setelah-resmi-dibubarkan-pemerintah
google.com
https://nasional.tempo.co/read/news/2017/07/18/063892400/hti-resmi-gugat-perpu-ormas-yusril-ihza-sebut-pasal-multitafsir
https://kumparan.com/indra-subagja/situasi-markas-hti-di-tebet-setelah-resmi-dibubarkan-pemerintah
google.com
0 komentar:
Posting Komentar