Papua
adalah saudara kita. Saudara sebangsa dan sesama manusia di negeri
Indonesia. Papua banyak menyumbangkan kesejahteraan Indonesia, tapi
dirinya sendiri begitu menderita. Sungguh ironis melihat kenyataan pahit
seperti ini.
Cerita tentang keindahan dan kekayaan
Papua kita kenal saat masih bangku sekolah dasar. Di papua ada banyak
spot (tempat) yang indah tiada bandingannya dengan negara lain bagi para
para penikmat keindahan khsusunya untuk para Travelers. Akan tetapi
sejak era Soeharto sampai SBY, selama masa kepresidennya Soeharto hingga
SBY, daerah Papua hanyalah dianggap sebagai manusia purba, budak untuk
para elite penguasa untuk mengeruk kekuasaan dan kekayaan.
Saya sendiri merasa sedih hingga
meneteskan air mata saat melihat—menonton kehidupan saudara sebangsa
yang hidup di tanah Papua. Meskipun Indonesia sudah merdeka puluhan
tahun, nyatanya orang-orang Papua tak pernah mengenal dan merasakan
kehidupan yang merdeka. Sedikit pun tidak sama sekali.
Makanan yang terbatas, kehidupan tanpa
pakian yang layak sebagai manusia, harga BBM yang mahal, bahan logistik
yang terbatas, dan berbagai hal yang jauh dari nilai kata sejahtera dan
merdeka. Sungguh, ini adalah kenyataan pahit bagi kita sebagai sesama
manusia yang hidup di Indonesia.
Mungkin, jika kita mengajukan kepada orang
yang punya kewenangan proyek-proyek di Papua, mereka akan menjawab
dengan santai, “karena mereka(orang-orang Papua) adalah orang yang
bodoh,”. Sungguh, jawaban yang sangat ringan sekali namun menyakitkan.
Saat menonton TV di channel MetroTV yang
mengisahkan relawan pergi ke Papua untuk menjadi tenaga Pendidik di
Papua, hati saya bergetar hebat dan merinding sekali. Saya seketika
menyadari tentang jati diri saya sendiri. Siapaka saya sekarang ini? Apa
yang saya berikan untuk negeri saya tercinta ini? Sudah berapa banyak
dedikasi dan pengabdian saya untuk negeri ini? Dan berbagai pertanyaan
yang berkecamuk dan bergejolak di dalam kepalaku.
“Ada banyak pemikiran yang bercampur aduk
di dalam diriku. rasa kekufuran saya selama ini membelenggu hidup saya
sendiri karena saya lupa akan pentingnya mencintai, bersyukur, dan
bangga dengan negara Indonesia”.
ketika tengah timbulnya peperangan
dalam pemikiran yang ada di kepala saya, saya kembali mendapat
“hidayah”. Hidayah yang saya maksud disini adalah kesaaran untuk kemabli
bersyukur akan nikmat sang maha Pencipta. Iya, bersyukur. Saya pun
teringat Firman Allah yang terdapat di dalam kitab suci Al-Qur’an,
menyebutkan bahwa apabila kita beryukur maka nikmat kita akan bertambah
banyak.
Lalu yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah “cukupkah kita bersyukur dengan hanya menjadi orang yang baik biasa saja tanpa adanya sebuah gerakan dan karya untuk anak bangsa dan negeri kita tercinta? Tentu jawabannya adalah belum cukup.
Kita harus kembali meng-aktif-kan diri
untuk ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bukan hanya untuk diri
sendiri, bukan hanya untuk golongan sendiri, bukan hanya di pulau Jawa,
akan tetapi kita harus memajukan wilayah Indonesia secara umum.
khususnya daerah Papua.
Ambisi, mungkin kata dan keinginan untuk “memajukan Indonesia secara umum” terkesan sangat berambisi sekali, bahkan hingga sejuta kali. Yah, ditengah keinginan yang terkesan berambisi, saya teringat pesan guru saya. Guru saya tersebut mengatakan bahwa “Kita sebagai manusia sangat diperbolehkan berambisi, tapi harus realistis terhadap sesuatu yang menjadi prioritas hidup kita sebagai manusia biasa”. Beliau juga menasehati saya agar selalu berjuang sesuai dengan posisi yang saya miliki. “berjuanglah sesuai posisimu, karena para Nabi dan Rasul-Nya dulu juga begitu. Kalau belum jadi pemimpin yang baik, maka taati dan dukung-lah Pemerintahan yang sudah bagus”.
Makjleb, itulah pesan guru saya yang masih
ingat sampai saya besar, hingga saya duduk di bangku perkuliahan
sekarang ini. Lalu saya berpikir mengenai posisi saya. Posisi saya
sekarang ini masih Mahasiswa dan minat saya adalah saya ingin menjadi
ahli sebagai Jurnalis. Maka saya akan bersungguh-sungguh dalam mencari
ilmu dan belajar serta mendukung Pemerintahan sekarang, yaitu
pemerintahan masanya pak Jokowi-JK.
Disini, saya mencoba belajar dan membantu
serta menyambung diri sebagai “penyambung lidah” atau pengantar pesan
kebenaran yang berasal dari pemerintahan Jokowi-JK untuk masyarakat
Indonesia. Tak lain lagi adalah dengan mengenalkan perjuangan,
dedikasi, prestasi, dan kerja pak dhe Jokowi, dan membantu memecahkan
problem masyarakat sebisa mungkin dengan ilmu yang telah saya pelajari.
Publik dan amsyarakat awam non-digital
masih mengira bahwa Papua hanya dijajah oleh PT. Freeport saja. Padahal
bukan hanya perusahan PT. Freeport saja yang telah memerkosa tanah dan
keindahan, kekayaan serta kemolekan daerah Papua.
Alam Papua, kita ibaratkan sebagai seorang
perawan kembang desa yang begitu cantik, seksi, kaya, polos, dan lugu.
Sehingga semua orang, negara lain berencana untuk mengawini alam Papua.
Dengan berbagai cara. Istilah keren yang terkesan religiusnya adalah
“menghalalkan” segala cara.
Jokowi adalah Solusi Bagi Papua
Dengan adanya kedekatan Jokowi terhadap
siapapun—khususnya Jurnalis–, hal ini menjadikan pak dhe Jokowi bisa
memantau setiap peristiwa yang sangat penting, genting dan mendesak. Itu
bisa kita tengok saat ada kasus “Papa Minta Saham”, yang mana tokoh
utamanya (baca: pelaku) adalah sedang dalam keadaan tersangka oleh KPK.
Tak lain lagi adalah Setya Novanto.
Dari kasus papa minta saham, kita belajar
bahwa PT. Freeport tidak boleh kembali dipegang oleh orang-orang picik
dan ruwet seperti Setnov yang senang bermain dengan cara menikam dari
belakang.
Dengan adanya gebrakan dari pak dhe
Jokowi, kita sudah bisa mulai bernafas lega karena saudara kita di Papua
sudah diperhatikan secara serius oleh pak dhe Jokowi. Orang Papua sama
seperti kita, mereka layak hidup normal seperti manusia biasa dengan
merasakan nikmatnya arti sebuah kemerdekaan di negara Indonesia
tercinta.
Kini, Papua sudah dirangkul oleh pak
Jokowi. Sesuai dengan janjinya untuk membangun Papua dengan harapan
terwujudnya generasi yang unggul dari Papua demi Indoensia yang maju di
masa depan.
Berikut jumlah data prestasi dan dedikasi Jokowi yang berhasil saya rangkum dari infonawacita.com.
- Peresmian 6 proyek kelistrikan di Papua: PLTA Orya Genyem (2x10MW), PLT Mikro Hidro Prafi Manokwari (3MW), Saluran Udara Tegangan Tinggi 70 KV Genyem-Waena-Jayapura, SUTT 70 KV Holtekamp-Jayapura, Gardu Induk Waena-Sentani 20 MVA, dan Gardu Induk Jayapura 20 MVA.
- Target 90 persen elektrifikasi di Papua sampai tahun 2020, saat ini capaian baru menjangkau 47 persen dari total wilayah.
- Membuat kebijakan satu harga BBM di Indonesia, termasuk Papua. Selama ini harga BBM di Papua sangat tinggi dengan alasan mahalnya ongkos distribusi. Sebagai contoh harga bensin di Jawa hanya Rp 6.450 dan Pertamax di kisaran Rp 7.000, di wilayah Mulia, Puncak Jaya, bensin bisa mencapai Rp 100.000, atau Rp 60.000-70.000 per liter di Wamena Kabupaten Jayawijaya. Pemerintah saat ini menyediakan pesawat BBM Air Tractor AT-802 untuk mengangkut BBM bersubsidi keliling Papua.
- Membangun Bandar Udara Nop Goliat di Dekai, Kabupaten Yahukimo. Dengan bandara tersebut, pesawat pengangkut BBM akan mampu menerobos daerah-daerah yang sebelumnya sulit dan hampir tidak mungkin mendapat suplai BBM langsung dari Pertamina.
- Melakukan percepatan pembangunan jalan Trans Papua, Wamena-Nduga-Mumugu yang akan menjadi lokasi jalur darat distribusi BBM ke wilayah pegunungan tengah Papua.
- Menyiapkan pembangunan dermaga sungai dan depot Pertamina di Kampung Mumugu, Distrik Sawa Erma, Kabupaten Asmat. Dengan dermaga tersebut, distribusi BBM bisa dilakukan melalui sungai.
- Pembangunan infrastruktur pariwisata di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Dengan insfrastruktur yang memadai, diharapkan wisatawan yang datang ke Papua Barat meningkat tajam, sehingga akan memberikan pemasukan bagi masyarakat lokal.
- Pembukaan sawah 1 juta hektare di Merauke, Provinsi Papua.
- Merevitaslisasi pelabuhan-pelabuhan yang sudah ada, menyiapkan depot-depot Pertamina agar masyarakat di Papua bisa langsung mendapatkan BBM dari Pertamina
Kini, hembusan udara kemerdekaan sudah
mulai berhembus menyebar di setiap jiwa seluruh Indonesia. Kita tentu
tidak ingin saudara kita merasakan penderitaan yang tiada hentinya.
apalagi jika mereka meninggal sebelum mengenal dan merasakan Indonesia
merdeka yang begitu indah.
Terakhir, marilah kita merenung sejenak.
Membangunkan dan membuka hati nurani kita. Kita harus mengakui bahwa
orang Papua adalah saudara kita sebangsa dan se-tanah air Indonesia.
Tanpa Papua, Indonesia merdeka hanyalah omong kosong dan sia-sia belaka.
Sumber :
Siaran MetroTV yang bercerita tentang relawan yang menjadi pahlawan di tanah Papua.
0 komentar:
Posting Komentar