Ahok adalah fenomenal. Ahok memang pion yang harus dikorbankan. Pengorbanan yang dilakukan oleh Ahok bukan sekedar pengorbanan biasa. Pengorbanan yang dillakukan oleh Ahok akhirnya memelekkan mata hampir seluruh rakyat Indonesia.
Sejak Ahok menjadi Gubernur DKI
menggantikan Jokowi, seluruh ular beludak mulai keluar dari
persembunyiannya. Ular-ular yang mengatasnamakan agama tertentu.
Ular-ular yang mengatasnamakan kemiskinan. Ular-ular yang
mengatasnamakan demokrasi dan ular-ular yang mengatasnamakan
perikemanusiaan, membela orang-orang yang terpinggirkan.
Demonstrasi besar-besaran terus
dikumandangkan untuk melakukan penolakan kepada Ahok. Tanpa dasar yang
jelas berbagai organisasi yang berafiliasi dengan agama tertentu
berupaya merongrong dan menjatuhkan Ahok.
Bukan Ahok sebenarnya yang hendak
dijatuhkan mereka tetapi adalah Jokowi, Presiden Republik Indonesia yang
terpilih oleh rakyat Indonesia. Jokowi dan Ahok dianggap sebagai
orang-orang yang akan menghambat pergerakkan beberapa ormas tertentu
untuk memaksakan kehendaknya.
Tapi apa boleh dikata, Jokowi akhirnya
terpilih secara aklamasi sebagai Presiden RI. Melalui Ahok, Jokowi
berhasil memancing keluar para ular beludak yang selama ini
sembunyi-sembunyi melakukan pergerakkannya.
Salah satu ormas yang secara
terang-terangan melakukan perlawanan terhadap Negara Indonesia adalah
HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). HTI telah banyak ditolak oleh beberapa
negara untuk tinggal dan melakukan pergerakkan apapun. Uniknya di
Indonesia justru HTI bisa disahkan oleh Kemenkumham pada tahun 2014.
Mengapa HTI yang jelas-jelas sudah ditolak
oleh beberapa negara tetapi di Indonesia disambut dengan tangan terbuka
bahkan disahkan oleh Kemenkumham pada tahun 2014 ? Hanya Kemenkumham
yang tau mengapa HTI diberi ruang di Indonesia.
Ketegasan dari pemerintah Jokowi akhirnya
berhasil membubarkan HTI. Setelah dibubarkan HTI merespon dengan
melakukan perlawanan melalui pengadilan. Pengacara yang mereka sewa
adalah pakar tata negara Yusril Izha Mahendra.
Banyak organisasi dan masyarakat yang pro
dan kontra pembubaran ormas HTI ini. Mereka yang pro diduga adalah
mereka hendak menggunakan kekuatan ormas HTI ini untuk kepentingan
politiknya terkait Pilkada tahun 2018 dan Pilpres tahun 2019.
Keberhasilan merebut DKI Jakarta dengan
cara yang tidak elegan dan mengatasnamakan agama adalah satu contoh
konkrit. Keberhasilan ini hendak ditiru oleh orang-orang yang haus akan
jabatan dan kekuasaan.
Setelah HTI dibubarkan, banyak orang yang
merasa dirinya politikus tampak lemas. Hal ini dikarenakan praktis tidak
bisa mengusung agama dalam proses Pilkada dan Pilpres lagi.
Melalui kasus Ahok dalam Pilkada DKI
Jakarta, Jokowi berhasil memancing ular beludak dari semak-semak muncul
ke permukaan. Ketika mereka sudah muncul ke permukaan, Jokowi yang
dilengkapi dengan Perpu no. 2 tahun 2017 tinggal menggebuk mati para
ular beludak ini.
Pembubaran HTI akhirnya memaksa ormas lain
yang bertentangan dengan Pancasila untuk kembali tiarap kehabitatnya
yaitu semak-semak, hahahahahaha…..
Sungguh Jokowi sangat piawai dalam
perpolitikkan di Indonesia. Jokowi sangat piawai dalam bermain mematikan
pergerakkan orang-orang yang berseberangan dengan Nawacita yang
didengungkan oleh Jokowi.
Patut disyukuri, keberadaan Ahok dan
Jokowi sedikitnya banyak membuka banyak mata rakyat Indonesia mengenai
perilaku para politikus, pejabat rakus, mantan pejabat yang hendak
merongrong, menjual Indonesia tanpa memperdulikan harga diri bangsa
Indonesia.
Melalui Jokowi dan Ahok masyarakat
Indonesia semakin berani menyatakan pendapatnya, melakukan perlawanan
terhadap birokrasi yang korup, pejabat yang korup dan bersatu mematikan
organisasi yang bertentangan dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia.
Salam ular beludak, kasus ditutup
0 komentar:
Posting Komentar