Tadi saya mendapat kiriman dari grup
telegram. Ya, saya masih menggunakan aplikasi telegram. Saya
memanfaatkan teknologi sebaik mungkin dengan tidak merugikan orang lain.
Dan ya, saya suka dan nyaman menggunakan telegram. Dan saya katakan YA,
saya setuju seribu persen (1000 %) kalau Pemerintah dan Menkominfo
ingin memblokir telegram, saya tidak keberatan sama sekali kalau hal itu
bisa memblokir, mengurangi, menahan laju perkembangan sel-sel ISIS di
Indonesia.
Masih banyak media chatting alternatif
lain yang bisa digunakan, terlebih Kapolri Tito Karnavian sudah
mengeluarkan pernyataan resmi bahwa ternyata telegram merupakan saluran
komunikasi paling favorit oleh kelompok teroris. Kasus-kasus yang
terjadi selama ini, mulai dari bom Thamrin sampai bom Kampung Melayu,
terakhir teror di Masjid Falatehan, di Bandung, ternyata komunikasi yang
mereka gunakan semuanya menggunakan telegram,” terangnya.
Terlepas apakah pemerintah hanya
menggertak telegram supaya bersedia bekerjasama, atau memang serius
ingin menutup, saya setuju dan mendukung keputusan pemerintah. Terbukti
Pavel Durov pun langsung tergopoh-gopoh membalas email dan mengajukan 3
solusi terkait wacana pemblokiran telegram di Indonesia ini. Seperti
yang kita ketahui bersama, entah ini prestasi yang membanggakan atau
sebaliknya, tapi pengguna media sosial di Indonesia adalah yang paling
cerewet, paling aktif, paling bawel. Pasti Durov pun tak ingin hengkang
begitu saja dari market yang menggiurkan di Indonesia. Hah!
Kembali ke kiriman foto yang saya terima tadi. Tepatnya rangkaian screen shots
tentang betapa masif dan nyatanya ancaman ISIS di Indonesia, terbukti
dari chatting dalam grup simpatisan ISIS. Ada anak berusia 14 tahun
yang sudah bersumpah setia menjadi pengikut ISIS. Masa akhil balik, baru
puber, mungkin kencing saja belum lurus! Kelas 2 SMP (atau kelas 8)
kemungkinan, masa di mana hormonnya sedang deras merestrukturisasi
tubuhnya, masa ketika jerawat bermunculan, masa –masa awal mulai
merasakan ketertarikan kepada lawan jenisnya. Jelas, bukan masa yang
dilewati dengan meluncurkan sumpah melaknat dan bersedia menerima azab
atas dirinya dan seluruh anggota keluarganya kalau terbukti berkhianat
dan hanya memata-matai gerombolan dajjal itu di telegram!

Ada yang berisikan ajakan atau seruan
untuk meracuni makanan di restoran dan kafe di dalam makanan kaum
Salibis. Tulisan dalam bahasa Inggrisnya adalah Crusaders yang berarti
Tentara Salib, perang yang sudah lawas di abad 11-13 Masehi kenapa
dibawa-bawa lagi. Berdasarkan penelusuran singkat, ternyata
Salibis/Tentara Salib mengalami peyoratif (pergeseran makna menjadi
lebih buruk atau lebih menghina dari makna sebelumnya) menjadi Orang
Kristen atau yang beragama Kristen, entah hanya di Indonesia saja atau
sudah global, saya belum jelas. Slide foto berikutnya bertuliskan
kalimat “Darah Orang Kafir itu HALAL Bagimu, Maka Tumpahkanlah”.

Juga ada screenshot tentang rencana mereka untuk melakukan serangan teror tanggal 17 Agustus 2017 nanti, dengan sasarannya barisan anshor thogut almurtaddin.
Halaaah! Siapa yang thogut? Siapa yang murtad? Kelakuan kalian itu
jelas-jelas kelakuan dajjal yang nyata! Belum cukup, saya meringis ngeri
melihat slide yang berisi ajakan untuk menusuk polisi dan militer. Ini
saya ketikkan ulang sesuai foto aslinya:
Media Acheh SumatraPantau terus kegiatannya anggota POLISI dalam perjalanan dinasnya. Tikam dari belakang, atau tendang keretanya dari belakang. Biarkan mereka tersungkur ke tanah, hidup atau mati. Tanpa pandang bulu. Lumpuhkan kinerja polisi #SEGERA. Akhiri.Itu yang kita mampu, lakukan dengan TENANG.Dalam Aksi lakukan penyamaran, bila perlukan cukur jenggot buat penyamaran serangan. Rubah penampilan kita untuk aksi kapanpun.Marwan Cobra
Team Lintas Sumatra

Apa salah polisi-polisi itu? Polisi yang
kalian incar itu sedang berjihad menjaga keamanan di bumi NKRI, mereka
berjihad mencari nafkah untuk keluarganya, mereka adalah seorang
suami/istri, seorang ayah/ibu, dan juga seorang anak bagi kedua
orangtuanya. Dasar Kamvrettt!
Yang membuat saya geram, murka dan
mendidih adalah mereka menggunakan bahasa Indonesia, mereka berdomisili
di wilayah Indonesia, mereka hidup dan dilindungi, dijamin hak-haknya
oleh pemerintah Indonesia, mereka lahir di Indonesia, besar di
Indonesia, mencari makan di Indonesia, dan kemungkinan mereka juga akan
mati di Bumi Pertiwi. Di mana rasa nasionalismenya?!?
Bukannya bersama-sama dengan pemerintah
membangun Indonesia ke arah yang lebih baik, menjadikan Indonesia
sejajar dengan negara-negara tetangganya di Asia bahkan memimpin Asia
terutama dalam bidang ekonomi. Saya punya cita-cita, atau katakanlah
harapan, yang besar kepada pemerintahan sekarang. Dengan presiden yang
terbaik yang pernah saya rasakan, Presiden Joko Widodo yang nyata
KERJAnya, saya merasakan nasionalisme saya bangkit dan menggelora. Saya
meresapi target Nawacita mulai terlaksana, demokrasi, keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali dari Sabang sampai
Merauke. Saya melihat Pancasila bersinar, semangat toleransi bergaung,
dan empat pilar kebangsaan ditegakkan. Saya tinggal di bumi yang bulat,
kalau kalian tidak bisa melihatnya mungkin kita hidup di bentuk belahan
bumi yang berbeda.
Presiden Jokowi bukan manusia super,
beliau manusia biasa yang terus-terusan berusaha dijatuhkan dan dijegal
oleh banyak pihak. Saya sebut saja musuh-musuh utama bangsa Indonesia
adalah (1) koruptor dan mafia, (2) narkoba, (3) politikus dan pengusaha
korup, (4) para teroris dan simpatisan. Dan kita tidak boleh hanya diam
berpangku tangan, abstain, dan bersikap Golput saat 2019 nanti.
Indonesia bisa kembali ke masa kegelapan kalau bukan Jokowi yang
terpilih di 2019. Serius. Sekarang saatnya silent majority untuk bangkit, dan LAWAN.
Saya bukan Jokower. Saya hanya pro kepada
orang-orang yang baik yang duduk di pemerintahan dan yang jelas bekerja
membangun Indonesia. Saya pro kepada kewarasan. Saya pro kepada
agen-agen toleransi di Indonesia. Saya pro kepada mereka yang masih
memiliki kebanggaan dan kecintaan kepada NKRI. Saya pro kepada mereka
yang bekerja demi kepentingan rakyat banyak.
Saya tidak ingin mimpi buruk saya jadi
kenyataan, saya pernah bermimpi lima puluh tahun dari sekarang, generasi
saat itu melihat lembaran sejarah dan memaki kita sekarang. “Lihat,
tahun 2017-2019 adalah masa di mana kehancuran Indonesia seharusnya
dapat dicegah, kalau saja para leluhur kita saat itu tidak bersikap
apatis dan apolitis”. Malu. Miris. Menyedihkan. Memilukan. Saya harap mimpi buruk saya tidak terwujud.
Saya ingin mewariskan Indonesia yang lebih
baik untuk anak dan cucu saya kelak. Saya bayar ‘harganya’ sekarang.
Saya ingin ikut ambil bagian menjaga Indonesia. Menjaga Negara Kesatuan
Republik Indonesia supaya tetap berdaulat. Menjaga Indonesia tetap
toleran, dengan semangat gotong royong, dalam kebersamaan, dengan
keberagaman dan keberagamaannya, dengan kemajemukan dan pluralismenya,
dengan 17.504 pulau, 1.340 suku bangsa, dan sekitar 1.200 bahasa
daerahnya.
Tentukan di mana posisimu berdiri. Di
belahan bumi mana kau hidup. Apakah kau ingin aktif membangun dan
bekerja untuk Indonesia yang lebih baik? Atau hanya diam dan nyinyir,
merusak dan membodohi sekelilingmu? Posisi saya jelas dan tegas. Dan
saya serukan dukungan untuk Pemerintah, Polri, TNI dan instansi-instansi
yang terkait supaya tidak ragu mengambil langkah yang tegas demi
menjaga keutuhan NKRI, menjaga Pancasila sebagai dasar negara kita.
Jangan ragu memblokir telegram, kalau itu memang bisa mencegah meluasnya
paham radikal dan takfiri. Jangan ragu untuk mengesahkan Perppu 2/2017
untuk mempercepat pembubaran ormas yang radikal dan ingin menodai
Pancasila. Jangan ragu mencopot kewarganegaraan orang yang sudah
terbukti berbaiat ke ISIS, tendang saja mereka keluar dari Indonesia.
Dan jangan terima kembali mereka yang sudah terbukti meninggalkan
Indonesia untuk bergabung dengan ISIS. Termasuk 435 orang WNI anggota ISIS yang tertangkap di Turki.
Rayalah, Indonesiaku.
0 komentar:
Posting Komentar