Kehadiran Presiden Joko Widodo KTT G20
ini, memiliki peranan penting yang diharapkan oleh dunia. Dunia telah
memahami bahwa Indonesia adalah Negara dengan muslim terbesar di dunia,
juga Negara demokrasi terbesar ke tiga di dunia. Sebagai Negara
demokrasi terbesar, Indonesia memiliki banyak sekali titik ‘rawan’
terorisme.
Apalagi terorisme yang merajalela dan
mengancam dunia sekarang, berbaju keagamaan Islam, maka lengkaplah sudah
unsur-unsur terjadinya kekacauan seperti di Timur Tengah, yang jika
dibaca dengan kacamata Negara lain khususnya barat. Akan tetapi hal itu
tidak bisa terjadi di Indonesia, maka Indonesia menjadi istimewa di mata
dunia.
Memang, jika dunia berbicara tentang
terorisme dengan Indonesia, harus lebih banyak pasang telinga, bukan
pasang kuda-kuda. Negara lain bisa mengatakan perang (dalam makna perang
fisik) terhadap terorisme. Tapi di Indonesia, perang terhadap terorisme
adalah perang melawan kebodohan, perang melawan ketidakwarasan.
Dalam akun fanpage Presiden Joko
Widodo beliau sedikit menjelaskan kepada kita tentang apa yang
disampaikannya di hadapan para pimpinan Negara di KTT G20. Beliau
mengatakan “Hanya 3 dari 560 bekas aktor teroris di Indonesia yang berkeinginan kembali melakukan aksi terorisme”, demikian adalah buah dari suatu program yang bernama ‘deradikalisasi’.
Kebanyakan teroris yang ada di Indonesia
adalah hasil dari usaha tim pencuci otak kelompok radikalis ekstrimis di
Indonesia. Maka sangat tepat, program deradikalisasi lebih diutamakan
dalam mengatasi terorisme daripada mengambil jalan perang fisik.
Selain dari pada itu, kesadaran tingkat
‘dewa’ yang dimiliki rakyat Indonesia yang sangat memahami kemajemukan
kondisi bangsanya, juga menjadi unsur yang paling utama dalam
menanggulangi terorisme, tidak menunggu sikap pemerintah. Meskipun
beberapa bulan yang lalu, sempat Negara ini dibikin ketar-ketir oleh
kelompok semacam itu.
Presiden juga mengatakan, keberadaan dua
organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Muhammadiyah dan Nahdhatul
Ulama, juga memiliki peran penting untuk menyebarkan perdamaian dan
ajaran Islam yang toleran.
Deradikalisasi adalah bentuk soft power
yang memiliki dampak lebih mengena. Sejarah telah mengatakan kerusakan
akibat perlawanan dalam bentuk senjata memiliki dampak yang lebih besar,
dan reaksi Negara untuk menggunakan kekuatan senjata dalam memerangi
terorisme adalah memang diharapkan oleh kelompok radikal tersebut.
Kehadiran Indonesia yang diharapkan dunia
untuk turut megambil peran penting dalam pemberantasan terorisme yang
merajalela di dunia, ditegaskankan oleh menteri luar negeri Retno
marsudi “Presiden sudah diminta untuk bicara sebagai lead speaker untuk isu penanggulangan terorisme (di G20)”, disampaikan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (3/7/2017).
Pada bagian akhir yang ditulis Presiden di fanpage-nya, beliau mengatakan, bagaimana seharusnya G20 berperan terhadap ancaman terorisme:
Pertama; meningkatkan pengawasan terhadap aliran dana kepada jaringan kelompok radikal dan teroris.
Kedua; dengan kemampuan teknologi dan
informasi, G20 harus menjadi kekuatan pendorong dalam penyebaran
kontra-naratif dengan penekanan pada gerakan moderasi dan penyebaran
nilai-nilai damai dan toleran.
Ketiga; mencari solusi akar masalah yang
timbul akibat dari ketidaksetaraan dan ketidakadilan dengan memperkuat
pemberdayaan ekonomi inklusif.
Keempat; kerjasama dalam bidang pertukaran intelijen, penanganan ftf (foreign terrorist fighters), dan pengembangan capacity building.
Pesan tersebut adalah pesan untuk dunia,
kita sebagai warga dunia tentunya harus lebih bangga bahwa pesan itu
disampaikan oleh Presiden kita. Sudah seyogyanya kita bersama-sama
merasakan bahwa pesan tersebut adalah terkhususkan sebagai intruksi
Presiden Joko Widodo kepada rakyat Indonesia. Lalu kita bersama-sama
dibelakang Presiden Joko Widodo untuk menjadi guru Negara-negara lain
dalam menghadapi ancaman terorisme.
Kalau Pakdhe sudah dianggap guru oleh
dunia, lantas adakah alasan lagi untuk kita tidak berdiri samping
beliau. Kekacauan yang terjadi hanyalah sebuah akibat dari kesempitan
kita dalam berfikir dan bereaksi, yang kemudian menjadi sebab
musuh-musuh dapat merong-rong kedaulatan Negara kita.
Saya sangat optimis tidak perlu menunggu
lama lagi Indonesia dengan berbagai keunikan kelebihannya, akan menjadi
mercusuar perdamaian dunia, dunia akan berguru kepada Indonesia. Maka
ayo bersama-sama bertindak sebagai calon guru yang baik, yang rajin
belajar dan meluaskan pemikiran dan hati, agar tidak terjerumus pada
pemikiran-pemkiran yang cekak.
Ya! Meskipun kita sedikit harus bersabar
untuk merelakan derajat intelektual kita turun sementara, untuk
menyadarkan kaum bumi datar. Perkiraan saya begitu!
0 komentar:
Posting Komentar