Apa benar sih, Din Syamsuddin itu anak ideologis Amien Rais?
Kok model dan gaya berpikirnya punya kemiripan yang eksklusif. Sebutlah
pada kasus Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang harus menghadapi Perppu
Nomor 2 Tahun 2017 atas Perubahan UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan.
Politisi renta PAN yang belum penuhi nazar
jalan kaki Jogja-Jakarta membela HTI dengan mengatakan bila HTI
dibubarkan Jokowi melakukan kesalahan fatal.
Dengan segala bumbu pemanis mulut dan
berpikir keras, HTI jelas-jelas mengusung ide khilafah. Suatu Negara
Islam. Mendukung demokrasi tetapi tidak demokratis, karena tidak
menerima eksistensi keberagaman sebagai tiang penyangga demokrasi.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
azas dan dasar Pancasila tidak bisa khilaf dan harus waspada terhadap
kekhilafahan. Lagi pula, menurut tokoh-tokoh Muslim seperti Kyai Aqil
Shiradj, Yenni Wahid, Pancasila itu sudah Islami. Nilai-nilai dan dakwah
Islam sudah terkandung dalam Pancasila.
Mengamalkan Pancasila adalah pengamalan terhadap Islam yang rahmatin lil ‘alamin.
Kurang ciamik apa, Pancasila? Sebagai pecinta dan pengguna motor
berhijab yang berasap yang menurut saya sudah syar’i, juga tidak
dilarang di bumi Pancasila. Dengan ide khilafah saya justru khawatir
motor saya yang sudah berhijab itu malah dilarang, karena produk kafir!
Kalau sampai terjadi ini kan penistaan terhadap motor berhijab kepunyaan
saya.
Entah mengapa mBah Amien Rais tetap
memperlihatkan otot leher dengan mendukung HTI sembari ketakutan pada
hantu PKI. Padahal, demi memenuhi nazar kalo mau merevisi jalan kaki
Jogja-Jakarta dengan naik motor berhijab saya tidak keberatan motor saya
dipinjam mBah Amien dengan posisi olie samping full.
Sekarang membahas anak ideologis Amin
Rais, Din Syamsuddin. Sebenarnya membincang Pak Syamsu akan lebih nikmat
dengan tarikan asap Dji Sam Soe, sayang saya bukan perokok terbaik di
kampoeng halaman. Apa boleh buat, perbincangan dengan andalkan berita
dari Metrotvnews.com saja.
Sepintas, Pak Syamsu kelihatannya hendak
mendukung HTI sebagaimana gurunya, Professor Dr. Amien Rais. Mengingat,
tokoh Muhammadiyah ini Din menilai cita-cita wacana pendirian negara
khilafah oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tak perlu direspon
pemerintah dengan menuding mereka sebagai kelompok anti-Pancasila.
Mari dicerna, wacana pendirian negara
khilafah oleh HTI bukan anti Pancasila. Apa-apaan maksud Pak Syamsu ini.
Mari berpikir ala ahli fikir dadakan. Apa yang hendak dijelaskan tokoh
gemuk mantan ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
Masya Alloh, ternyata menurut Din Syamsu
(bukan: Dji Sam Soe), khilafah bagi umat Islam layaknya eksistensi
Vatikan yang menjadi kiblat umat Katolik di seluruh dunia. Sekali lagi,
masya Alloh. Ini kan menyudutkan HTI dengan cara yang nista. Masak,
khilafah yang syar’i dibandingkan dengan ‘kekafiran’ ala Vatikan. (Maaf,
saya tidak bermaksud mengatakan Katolik kafir loh ya. Dengan menyebut
kekafiran ala Vatikan, saya mencoba berusaha mengikuti logika HTI dengan
kelompok sejidatan dan sedasteran yang gampang mengkafirkan).
Kira-kira perasaan kelompok HTI bagaimana
ya, ide cemerlangnya tentang khilafah hanya disamakan dengan Vatikan.
Pasti terasa perih dan sakit sekali kelompok HTI. Ngapain susah-susah
mengusung khilafah kalau hanya dianggap sama dengan Vatikan.
Belum lagi, dalam teologi Vatikan ada
garis tegas perbedaan negara dan agama berkat refleksi mendalam dari
sekularisasi. Vatikan tidak menolak sekularisasi, demokrasi dan
pluralitas agama dan budaya. Kalau HTI?
Ketika Din Syamsu menyamakan cita-cita
khilafah dengan gagasan Vatikan, selain tidak tepat ini juga
membahayakan akal sehat. Ujung-ujungnya kasihan HTI. Sangat mungkin akan
merasa disudutkan dan tambah sakit. Ide dari kafir kok jadi rujukan.
Maka, ketika Din Samsu menjelaskan, dengan
cita-cita seperti itu, (maksudnya cita-cita khilafah) pemerintah
seharusnya tak terlalu cepat melabeli HTI sebagai kelompok
anti-Pancasila, logika yang terpakai sudah salah. Apalagi kata-kata
berikutnya: “Tak berarti umat Katolik di Indonesia yang patuh ke Vatikan
anti-Pancasila. Saya memahami posisi pemikiran HTI itu.” Sebuah
perbandingan yang berbeda bagaikan bumi dan langit.
Intinya, kasihan HTI. Ide khilafah
akhirnya didegradasi, diremehkan sedemikian oleh Din Syamsu karena
disamakan dengan Vatikan dengan teologi Katoliknya. Masya Alloh, maksud
hati membela HTI, Din Syamsu malah menjerumuskan.
Referensi:
- https://m.detik.com/news/berita/d-3558053/amien-rais-hti-dibubarkan-tapi-pki-di-depan-mata-dibiarkan
- http://m.metrotvnews.com/news/hukum/GNGLrAxb-din-ide-khilafah-hti-mirip-eksistensi-vatikan
0 komentar:
Posting Komentar