Sungguh aneh tapi nyata. Itulah Amien
Rais. Pernyataannya pada hari Jumat (21/7/2017) bertolak belakang dengan
apa yang telah Amien Rais perbuat selama ini. Amien Rais menyatakan
bahwa radikalisme dapat memecah belah bangsa. Ada apa dengan Amien Rais?
Amien Rais selalu berseberangan dengan
pemerintah. Apa pun yang diperbuat oleh Presiden Jokowi selalu salah
menurut pandangan Amien Rais. Oleh karena itu, Amien Rais terlihat
bergabung dengan kelompok-kelompok yang bertentangan dengan pemerintahan
Jokowi.
Sebut saja Amien Rais terlihat selalu
bersama dengan GNPF, FPI mau pun kelompok-kelompok yang melakukan
demo-demo sampai berjilid-jilid itu. Pernyataan-pernyataan yang keluar
dari mulut Amien Rais selalu bertentangan dengan Presiden Jokowi.
Kelompok-kelompok radikal terlihat selalu berada di pihak Amien Rais
yang terus mencari panggung untuk kembali ke kancah politik. Siapa tahu
ada yang melirik dirinya untuk dijadikan calon Presiden.
Amien Rais baru-baru ini juga berseteru
dengan KPK, dimana pada sidang tipikor yang melibat mantan Menteri
Kesehatan Siti Fadilah Supari menyebutkan bahwa ada aliran dana sebesar
Rp600 juta ke rekening Amien Rais yang ditransfer dari Yayasan Sutrisno
Bachir. Sedangkan Yayasan Sutrisno Bachir diduga menerima aliran dana
dari korupsi pengadaan Alkes tersebut.
Walau pun dugaan tersebut telah dibantah
langsung oleh Sutrisno Bachir bahwa aliran dana sebesar Rp600 juta yang
diterima oleh Amien Rais adalah dana operasional Amien Rais yang
diberikan oleh Yayasan Sutrisno Bachir. Tetapi KPK tetap akan mengusut
aliran dana tersebut, apakah memang benar murni dari Yayasan Sutrisno
Bachir dan bukan dari dugaan kasus korupsi Alkes yang melibatkan mantan
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari tersebut.
Amien Rais yang selalu bersuara lantang
mengkritik pemerintahan Jokowi ini, tiba-tiba berbicara tentang
radikalisme. Tentu saja ada yang aneh. Karena kita tahu bahwa Amien Rais
selama ini senantiasa berada di kelompok radikal yang ingin
melengserkan Jokowi dengan menggerakkan kekuatan massa. Tetapi kali ini
Amien Rais justru berbicara tentang radikalisme yang dapat memecah belah
bangsa. Dan saya pun bertanya-tanya ada apa dengan Amien Rais?
Apakah pengesah RUU Pemilu menjadi
Undang-Undang telah mengubah pola pikir dari Amien Rais? Undang-Undang
Pemilu yang mensyaratkan ambang batas pemilihan presiden sebesar 20%
dari kursi DPR atau 25% suara sah nasional pemilu legislatif itu telah
mengubah pola pikir Amien Rais?
Dengan ambang batas pemilihan Presiden
sebesar tentu kans bagi Amien Rais untuk maju menjadi calon presiden
menjadi pupus. Tak akan ada harapan lagi bagi Amien Rais untuk
mengajukan diri menjadi calon presiden mau pun wakil presiden. Karena
PAN sebagai lokomotif dari Amien Rais untuk maju menjadi calon presiden
tentu tidak punya hak untuk mengajukan calon presiden sendiri.
Dan kenapa PAN ngotot tetap mempertahankan
ambang batas pemilihan presiden sebesar 0% walau harus mengkhianati
Presiden Jokowi (karena Ketua Umum PAN sudah berjanji akan berada
dipihak pemerintah). Kemungkinan besar adalah ingin mengajukan Amien
Rais sebagai calon presiden. Karena dengan ambang batas pemilihan
presiden sebesar 0%, maka partai mana pun bisa mengajukan calon
presidennya sendiri, begitu juga dengan PAN. Tapi apa lacur, koalisi
pemerintah ternyata sangat solid (minus PAN) sehingga UU Pemilu disahkan
dengan ambang batas pemilihan presiden sebesar 20% dari kursi DPR atau
25% dari suara sah nasional pemilu legislatif.
PAN yang tidak lagi bisa mengajukan
sendiri calon presidennya, tentu membuat galau banyak pihak oposisi.
Sebut saja Prabowo dengan partai Gerindranya, AHY dengan partai
Demokratnya, Hari Tanoe dengan partai Perindonya yang sama-sama tidak
bisa mengajukan calon presiden sendiri. Maka pupuslah harapan mereka
untuk dapat menjadi orang nomor satu di Indonesia, begitu juga dengan
Amien Rais.
Setelah merasa dirinya tidak lagi
mempunyai kesempatan untuk mencalonkan diri pada pemilihan presiden
tahun 2019 nanti, Amien Rais mulai mencari muka terhadap pemerintah.
Pernyataan Amien Rais bahwa radikalisme dapat memecah belah bangsa
mengisyaratkan hal tersebut. Karena kita tahu bahwa pemerintahan
sekarang sedang gencar-gencarnya memerangi radikalisme, karena
pemerintahan sekarang tidak ingin NKRI menjadi terpecah belah oleh adu
domba sesama anak bangsa.
Amien Rais pun mulai mencari muka terhadap
pemerintahan Jokowi. Pernyataan Amien Rais yang tidak setuju dengan
radikalisme seakan-akan membela pemerintah. Amien Rais mulai memainkan
peranannya berada di pihak pemerintah. Dengan harapan, suatu saat nanti
Jokowi akan melirik dirinya untuk dijadikan sebagai pendamping dalam
pemilihan presiden tahun 2019 nanti. Siapa tahu khan? Namanya juga
usaha. Daripada pupus sama sekali, khan lebih baik mencari kesempatan di
pihak lain.
Ya sudahlah…. saya kira begitu saja.
0 komentar:
Posting Komentar