JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menjadi pembicara pada Leader’s Retreat Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok Negara 20 atau G20 sesi I mengenai terorisme di Hamburg, Jerman, Jumat (7/7/2017) siang waktu setempat.
Dalam kesempatan itu, Jokowi menyampaikan keberhasilan Indonesia dalam menangani masalah terorisme dengan program deradikalisasi.
Dengan progam ini, Presiden mengatakan bahwa hanya 3 dari 560 mantan aktor teroris, atau hanya 0,53 persen yang berkeinginan melakukan aksi terorisme kembali.
"Sejarah telah mengajarkan kita bahwa senjata dan kekuatan militer tidak bisa memberantas terorisme. Pikiran sesat hanya bisa dikoreksi dengan cara berpikir yang benar," kata Jokowi seperti dikutip dari Setkab.go.id, Sabtu (8/7/2017).
Pemerintah Indonesia, lanjut Presiden, juga telah merekrut para pengguna akun sosial media berpengaruh untuk menyebarkan pesan perdamaian.
"Yang kedua adalah dengan kemampuan teknologi informasi, G20 harus menjadi kekuatan pendorong dalam penyebaran kontra-naratif dengan penekanan pada gerakan moderasi dan penyebaran nilai-nilai damai dan toleran," ujar Presiden.
Jokowi mengatakan, Indonesia adalah sebuah negara majemuk, dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Indonesia juga merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.
Dengan posisi yang unik dan strategis ini, ucap Presiden, Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian dari upaya global untuk memberantas terorisme serta menyebarkan perdamaian dan toleransi.
"Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama juga berperan penting dalam menyebarkan perdamaian dan ajaran Islam yang toleran," tutur Presiden.
Dalam KTT G20, yang turut mendampingi Presiden Jokowi dalam sesi I adalah Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala BKPM Thomas Lembong.
0 komentar:
Posting Komentar