Cari Blog Ini

Sabtu, 22 Juli 2017

Tindakan tegas Pemerintah Memerangi Terorisme: Enggak Usah Pulang, Berjuang saja sampai Mati di sana

“Enggak usah balik lagilah. Kalau mau berjuang, ya berjuang saja di sana sampai mati!”
“Daripada ngerepotin, biarin sajalah di sana!”
“Alasan itu alasan klasik!”
Sumber: kompas.com
Aku suka pernyataan keras Menteri Ryamizard Ryacudu ini. Pernyataan keras dan tindakan tegas terhadap simpatisan ISIS memang sangat diperlukan. Mengingat ISIS sudah tumbang di negara asalnya. Ditambah lagi, tetangga dekat Indonesia, Filipina, sudah dimasuki ISIS. Bahkan salah satu kota di Filipina sudah dikuasai ISIS. Maka bahaya ISIS mungkin saja akan mengarah ke Indonesia.
Pemerintah harus tegas
Fakta membuktikan bahwa aksi-aksi teroris di Indonesia dilakukan oleh orang-orang yang memang sengaja belajar ke teroris di Timur Tengah. Setelah mereka mendapat pelatihan, mereka lalu melaksanakan misi-misi mematikan di negara ini. Akan sangat disayangkan bila kita membiarkan orang-orang seperti ini berkembang di Indonesia.
Bisa saja mereka mengaku bahwa mereka sudah sadar atau pun tobat, karena ternyata kenyataannya tidak seperti yang mereka bayangkan. Itu sah-sah saja. Tetapi pemerintah jangan lengah. Sebagaimana beribu cara mereka untuk melancarkan aksi teror, bahkan sampai mereka mau mati bunuh diri, seperti itu pula mereka akan mencari cara apa pun agar kembali ke Indonesia.
Mengapa pemerintah harus bersikap tegas?
Pertama, tumbangnya ISIS di negara asalnya akan memaksa anggotanya pun juga simpatisannya, mencari tempat untuk melanjutkan perjuangannya. Mereka akan menyebar ke mana pun yang memungkinkan mereka dapat survive atau untuk melanjutkan misi yang mereka emban.
Kedua, simpatisan ISIS dari Indonesia adalah orang yang sudah melalui proses cuci otak. Jadi bukan lagi hanya sebatas kagum kepada ISIS, melainkan sudah menjadi bagian dari ISIS. Maka sekuat apa pun pemerintah mengubah cara pandang mereka, tetaplah tidak akan berubah.
Memang mungkin kita masih berharap bahwa mereka ini kembali ke pangkuan ibu pertiwi dengan seluruh jiwa dan raganya. Tetapi pengalaman menunjukkan bahwa itu sangat kecil kemungkinannya, bahkan bisa dikatakan mustahil.
Ketiga, mereka sudah memilih untuk menjadi lawan Indonesia. Terima atau tidak, mereka bukan warga Indonesia lagi secara ideologis. Sekalipun mereka secara administratif masih berstatus warga negara Indonesia, tetapi pandangan mereka bukan lagi ideologi Indonesia. Mereka sudah menolak Indonesia dari dirinya sendiri.
Bukan hanya sebatas menolak Indonesia, melainkan ingin ikut menghancurkan Indonesia. Ingat bahwa bagi ISIS pemerintahan yang sah ini haram hukumnya dan harus diperangi. Maka mereka ini sebenarnya musuh bangsa yang harus dihadapi sebagaimana musuh yang mengancam keutuhan NKRI ini.
Keempat, mereka bukan warga negara Indonesia yang kebetulan berada di sana dan menjadi anggota atau simpatisan atau bagian dari ISIS. Mereka sengaja dan mau dengan hati yang polos bodoh datang ke sana untuk menjadi bagian dari ISIS. Maka dapat dipastikan bahwa mereka pulang dengan terpaksa. Mereka hanya pulang jika ISIS sudah hancur di sana, melaksanakan misi, dan melaksanakan misi-misi terror.
Apakah kita mau menerima ini dengan dalih mereka sudah bertobat? Saya kira tidak semudah itu. Menjadikan orang jadi jahat itu sangat mudah. Tetapi menginsafkan orang bukan perkara mudah. Kalau mudah, sudah semua manusia saat ini jadi baik semenjak agama, yang membawa misi kebaikan, ada di bumi ini, khususnya Indonesia ini. Jadi alasan sudah bertobat bukan alasan untuk kembali ke Indonesia.
Apa yang harus dilakukan pemerintah?
Pertama, membiarkan mereka berada di sana sampai mati. Tindakan ini tindakan paling mudah dan tidak merugikan apa-apa. Mudah karena mereka akan menghadapi persoalan mereka sendiri. Tidak merugikan apa-apa karena negara tidak mengeluarkan biaya apa-apa. Sementara soal pembiaran tidak termasuk dalam tindakan kriminal sebab bukan negara yang mengirim mereka ke sana, melainkan mereka sendiri.
Pembiaran ini juga mau mengajarkan kepada anak-anak bangsa ini bahwa membenci negara sendiri adalah tindakan berbahaya, apalagi dengan menjadi warga negara lain dan ikut mau menyerang Indonesia. Kita harus mengajarkan kepada generasi bangsa ini bahwa mencintai NKRI itu wajib hukumnya, tidak bisa ditawar-tawar.
Kedua, menerima dan mengajari mereka kembali menjadi manusia Indonesia. Memang terkesan utopis, tetapi tindakan ini menjadi tindakan suatu negara yang besar, negara berkeadaban. Tindakan ini juga menunjukkan bahwa negara ini tidak sama dengan negara mana pun. Negara ini mencintai rakyatnya, seburuk apa pun dia.
Kita boleh marah, kecewa, dan benci, tetapi jangan lalu menjadi sama dengan mereka yang penuh kebencian, kemarahan, dan kekecewaan. Sejahat apa pun mereka, tetaplah mereka dilahirkan bangsa ini. Sekejam apa pun mereka, tetaplah mereka dibesarkan bangsa ini. Sebinatang apa pun sifat mereka tetaplah mereka manusia-manusia hina dari Indonesia.
Mungkin memang negara akan rugi, lelah, letih dan dicerca oleh sebahagian bila masih memelihara eks ISIS. Tetapi kerugian itu tidak setimpal dengan kebaikan yang akan didatangkannya. Kelelahan, keletihan dan dicerca itu tidak sebanding dengan menyelamatkan anak-anak bangsa ini.
Terakhir. Dari kemarahan dan kekesalan saya yang paling besar, saya ingin mereka dibunuh, ditembak mati, dibasmi dan dimusnahkan dari atas bumi ini. Ini serius. Tetapi dari lubuk hati yang terdalam, saya tidak mendukung negara ini membiarkan mereka terlunta-lunta di negeri orang. Tetapi juga saya tidak mendukung jika pemerintah memfasilitasi mereka ke Indonesia dan membiarkan mereka begitu saja berkeliaran tanpa pengawasan dan pembinaan.
Salam dari rakyat jelata
.

Sumber

0 komentar:

Posting Komentar