Cari Blog Ini

Kamis, 20 Juli 2017

Terima Kasih HTI, Sampai Jumpa di Akherat!


Akhirnya tamat sudah riwayat Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Perppu No. 2 tahun 2017 tentang pembubaran ormas yang bertentangan dengan ideologi dan dasar negara menjadi malaikat pencabut nyawa bagi HTI yang dianggap sebagai senyawanya khilafah dan ISIS di Indonesia. Rabu, 19 Juli 2017 pemerintah secara resmi membubarkan HTI dengan mencabut SK Badan Hukum organisasinya yang tercatat di Kemenkumham pada 2014 silam.
Memang HTI sedang berusaha melawan dengan mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi. Tapi upaya itu hanya seperti geliat orang yang sedang meregang nyawa. Dibantu dokter ahli sekelas Yusril Ihza Mahendra sekalipun, nyawa HTI bisa dipastikan tidak akan tertolong.
Konsekuensi pencabutan SK Badan Hukum HTI tidak main-main. Terhitung dari tanggal pencabutan SK tersebut semua aktivitas publik maupun internal HTI dianggap ilegal sampai ada keputusan hukum sebaliknya. Jadi kalau masih ngotot dan ngeyel mempertahankan organisasi dengan segala misinya silahkan menempuh jalur hukum. Tidak usah bawa-bawa umat ke Jakarta dan menggelar aksi bela HTI. Tidak ada manfaatnya. Tidak perlu juga sowan ke Fadly Zon atau Fachry Hamzah. Mereka mungkin hanya akan menumpang di atas isu pemerintahan represif yang kalian usung. Lebih baik temani Yusril Ihza Mahendra berperkara di Mahkamah Konstitusi. Anggap saja ini sebuah kuliah hukum praktis di negeri yang menjunjung tinggi hukum sebagai panglima. Jangan juga sesumbar menuduh Jokowi sebagai diktator, karena beliau hanya menjalankan amanat mengamankan negara.
Sekarang baiklah kita sampaikan kata-kata perpisahan kepada HTI, ormas yang getol memperjuangkan khilafah dan terus mengutuk pemerintahan Indonesia sebagai thogut, dan mencap masyarakatnya sebagai kafir. Tak apalah. Karena kini sikap semena-mena HTI itu mendapatkan ganjaran setimpal. Maka sebelum HTI masuk liang lahat, mari ucapkan terima kasih kepadanya.
Pertama, terima kasih kepada HTI karena berkat kelantangannya menyuarkan khilafah, ia telah membakar semangat nasionalisme dan kecintaan kita kepada Pancasila sebagai dasar negara. Terima kasih karena meski dipropagandakan dengan pendasaran ayat suci, konsep negara khilafah justru membuat masyarakat semakin sadar dan paham bahwa Pancasila adalah dasar negara yang paling kokoh untuk republik bernama Indonesia. Khilafah yang diperjuangkan HTI membangunkan warga mayoritas yang selama ini diam karena tidak menginginkan kegaduhan mengusik kedamaian Indonesia. Dan HTI keliru besar menilai sikap diam masyarakat sebagai ekspresi ketakutan atas aksi demo dengan pengerahan massa. Bersama FPI dan ormas-ormas yang sehaluan dengannya HTI kebablasan meneriakkan misi yang jelas-jelas bertentangan dengan ideologi dan dasar negara. Mungkin mereka ngelunjak setelah sukses menumbangkan Ahok. Seruan-seruan melawan negara secara terang-terangan mereka lontarkan di mana pun mereka beraksi.
Kedua, terima kasih kepada HTI karena upaya mereka mengoyak sikap toleransi di negeri ini justru melahirkan gerakan solider dan anti intoleransi. Masyarakat Indonesia yang terdiri dari 700-an suku menganggap HTI sebagai musuh bersama sehingga organisasi itu layak dan pantas dibinasakan dari bumi pertiwi. Masyarakat yang sejak negara ini berdiri sudah hidup dengan keyakinan dan agama berbeda yakin hakul yakin, bahwa HTI tidak bisa dibiarkan beranak pinak di Indonesia. Sebab adalah dungu jika keberagaman yang sudah dirajut sekian lama tiba-tiba dibuyarkan oleh kehadiran HTI di Indonesia yang masih bau kencur.
Ketiga, terima kasih kepada HTI karena sikap radikal berbalut jubah agama dengan segala alasan sucinya justru membuat masyarakat berbalik membenci mereka secara masif. Masyarakat Indonesia yang cinta damai sudah sangat terganggu dengan pernyataan-pernyataan provokatif mereka. Misi mulia HTI membangun khilafah telah menjadi bumerang bagi keberadaannya sendiri. Provokasi menentang pemerintah, dibalas masyarakt dengan sikap menentang HTI itu sendiri.
Ini bukan negara radikal bung! Belajarlah berdemokrasi dan pahamilah butir-butir pengamalan pancasila. Kalau itu kalian lakukan, yakinlah semua anggota HTI bakal dihadiahi sepeda oleh Jokowi. Kalau tidak mau, ya sudah tau diri saja dan silahkan membubarkan diri.
Akhirnya, selamat tinggal HTI. Sampai jumpa di akherat, adios para siempre! Di sana semua manusia akan menghadapi pengadilan Agung Sang Pencipta. Kita semua akan dihadapkan pada pertanyaan, sudahkah kamu mengamalkan prinsip amar ma’ruf nahi munkar? Apakah islam yang kamu amalkan sudah menjadi islam yang rahmatan lil alamin? Sang Hakim Agung di akherat itu tidak perduli berapa khilafah yang sudah terbentuk. Sebab buat apa mendirikan khilafah jika harus mengorbankan nyawa manusia yang adalah ciptaan-Nya yang paling mulia? Itulah saat di mana semua perkataan dan perbuatan kita diberi nilai dengan seadil-adilnya, dengan sebenar-benarnya.

0 komentar:

Posting Komentar