Setelah hampir kehilangan Mosul yang telah diduduki selama 3 tahun, ISIS juga semakin terdesak di Raqqa, Suriah. Keberhasilan pasukan koalisi menembus tembok yang mengelilingi Kota Tua Raqqa adalah sebuah kemajuan besar dalam upaya merebut kembali wilayang tersebut dari genggaman ISIS.

“Pasukan koalisi AS yang didukung pasukan SDF berhasil menerobos masuk ke Raqqa dengan menghancurkan dua celah kecil pada Tembok Rafiqah yang mengelilingi Kota Tua,” kata Komando Milter Pusat AS (Centcom), Selasa (4/7).
Tembok Rafiqa membentang sepanjang 5 kilometer di pusat kota Raqqa dengan tinggi sekitar 3,8 meter dengan ketebalan 1 meter.
Tembok bersejarah itu pertama kali dibangun sekitar abad ke-8 saat Dinasti Kekalifahan Abbasiyah berkuasa di bawah Abu Ja’far ‘Abdallah bin Muhammad al-Mansur. Saat itu Mansur memerintahkan untuk membangun kota baru bernama Rafiqa, yang berarti pendamping, di samping Kota Raqqa.
Dia menugaskan putranya yang kemudian menjadi suksesornya, Al-Mahdi, untuk mengawasi pembangunan dinding yang terbuat dari batu bata lumpur tersebut. Kemudian, anak Mahdi, Harun al-Rasyid, melakukan renovasi tambahan pada tembok tersebut.
Dahulu, Tembok Rafiqa berfungsi sebagai kota garnisun di perbatasan Kekaisaran Bizantium untuk melindungi wilayah Abbasiyah. Tembok ini juga terletak di persimpangan jalur pertemuan Sungai Efrat dengan Sungai Khabur.
Semula, rencana pembangunan kota Rafiqa yang berbentuk seperti tapal kuda tertutup terinspirasi dari Kota Baghdad, Irak.
Tembok bersejarah ini menjadi saksi bisu pertempuran sengit pasukan koalisi AS yang saat ini berupaya merebut kembali Raqqa dari genggaman ISIS.
Meski harus menghancurkan tembok bersejarah tersebut, namun dilaporkan sebagian tembok bersejarah tersebut masih berhasil dilindungi oleh koalisi Amerika Serikat. Raqqa memang merupakan salah satu kota yang memiliki banyak situs-situs bersejarah di Suriah. Kota ini merupakan kota terpenting ISIS setelah Mosul di Irak.
“Bagian yang menjadi target penghancuran adalah sepanjang 25 meter dan akan membantu melestarikan dinding yang tersisa sepanjang 2.500 meter,” tutur Centcom.
Pasukan koalisi AS berhasil menerobos masuk Raqqa dan benteng pertahanan ISIS dari bagian selatan kota itu untuk pertama kalinya pada Minggu (2/7), dengan meyebrangi Sungai Efrat.
Pasukan SDF juga telah berbulan-bulan lamanya berjuang memasuki benteng ISIS dan baru berhasil memasuki bagian timur dan barat kota untuk pertama kalinya pada Juni lalu.
Centcom mengatakan, pasukan SDF menghadapi perlawanan berat di wilayah itu, di mana militan ISIS telah menanam banyak ranjau dan alat peledak lain untuk bertahan.
“Meluncurkan serangan pada bagian kecil dari tembok tersebut memungkinkan pasukan koalisi dan mitra menerobos masuk ke Raqqa, melawan ISIS yang menggunakan ranjau dan alat peledak lain,” bunyi pernyataan Centcom.

“Ini juga membukitkan bahwa kami berhasil menjaga keamanan pasukan SDF dan melindungi sebagian besar dari tembok di Kota Tua itu,” bunyi pernyataan Centcom tersebut seperti dikutip AFP.
Raqqa menjadi terkenal lantaran kekejaman kelompok ISIS di wilayah itu. Sejumlah eksekusi dan pemenggalan secara publik dipertontonkan militan teroris itu di kota ini.
Sementara Irak tengah bersiap-siap merayakan kemenangannya di Mosul. Setelah mesjid Al Nuri berhasil direbut kembali oleh Irak, area yang dikuasai oleh ISIS di Mosul semakin mengecil. ISIS semakin terdesak di Mosul dan pembebasan total Mosul akan terjadi dalam waktu dekat.
Tentu ini kabar gembira bagi kita semua dan saudara-saudara muslim kita di Irak dan Suriah sana. Namun perlu diwaspadai bangkitnya ISIS di Indonesia. Seperti yang terjadi di Marawi di Filipina yang hingga saat ini masih dikuasai oleh ISIS cabang Filipina ini.
Apalagi di Indonesia mengingat ada indikasi jumlah simpatisan teroris ISIS disini cukup banyak. Ada juga tokoh-tokoh maupun ormas-ormas yang terindikasi bersimpati pada “perjuangan” ISIS selama ini,. Artinya mereka bisa saja membawa para tentara ISIS ke Indonesia, menyelundupkan mereka dan melindungi mereka di Indonesia untuk kemudian menjadi kekuatan yang siap digerakan suatu saat.
Oleh karena itu, segara sahkan undang-undang anti teror yang hingga saat ini masih mangkrak di DPR. Adapun pembahasan RUU Pemberantasan Terorisme, sejak tahun lalu, terus mengambang karena sebagian isinya dianggap bermasalah. Salah satunya, perihal Pasal 43a di mana penyidik atau penuntut umum diperbolehkan mencegah dan menempatkan orang yang diduga teroris di suatu tempat selama enam bulan dalam rangka penanggulangan terorisme.
Pasal itu dianggap berbahaya oleh sejumlah penggiat HAM karena berpotensi karet. Apa yang mereka takutkan adalah aparat penegak hukum, yang dalam hal ini adalah Polri dan TNI akan menyalahgunakan pasal itu untuk menahan orang-orang yang belum tentu berbahaya seperti di masa orde baru.
Wiranto menegaskan bahwa UU Pemberantasan Terorisme harus segera diwujudkan. Semakin lama aturan itu mengambang, menurut dia, akan terbatas langkah penegak hukum menindak aksi terorisme.
“Banyak kejadian tatkala aparat melakukan langkah represif, maaf maksud saya preventif, dituduh melakukan pelanggaran HAM. Begitu ada peristiwa teror, disebut kecolongan. Kami ingin RUU Pemberantasan Terorisme segera dituntaskan,” ujarnya mengakhiri.
Selama ini aparat kepolisian kerap menjadi korban dan pegiat HAM diam saja. Sudah waktnya aparat diberikan perlindungan dan kekuatan lebih mengingat terorisme semakin mengancam masyarakat.

Begitula kelelawar

sumber:
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20170703143244-120-225426/irak-bersiap-rayakan-kemenangan-atas-isis/
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20170704175449-120-225731/hancurnya-tembok-pertahanan-isis-di-suriah/?utm_source=twitter&utm_campaign=cmssocmed&utm_medium=oa
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20170704115731-120-225622/koalisi-as-berhasil-tembus-benteng-pertahanan-isis-di-raqqa/
https://nasional.tempo.co/read/news/2017/05/27/078879115/pemerintah-menjamin-revisi-uu-anti-terorisme-tak-langgar-ham