Cari Blog Ini

Info-bendera-putih

Info-bendera-putih

Info-bendera-putih

Info-bendera-putih

Info-bendera-putih

Sabtu, 30 September 2017

Apresiasi Buat Panglima TNI dan Gerakan 29 September

CERITA fiktif tentang “kebangkitan PKI” yang didramatisasi sedemikian rupa oleh si penutur cerita seolah-olah hantu-hantu PKI bangun dari kuburnya pantas kita apresiasi.
Layak diapresiasi? Ya, sebab cerita fiktif yang didasarkan pada kisah nyata G30S/PKI lebih dari 50 tahun yang lalu itu telah memunculkan gerakan baru G29S/PK ….(silakan isi sendiri sesuai dengan selera, tafsir dan pemahaman Anda dengan aksi yang digelar sekelompok orang di Jakarta hari ini, Jumat 29 September).
Selain itu, gara-gara cerita fiktif PKI versi baru tersebut — saya lebih senang menyebut PKI milenial –, banyak orang, terutama mereka yang lahir sebelum 1960, tersadar dan mengingat-ingat kembali apa yang terjadi pada 1965 saat G30S/PKI meletus.
Saya membayangkan dan menafsir-nafsir, para tokoh dan aktivis PKI yang dulunya gagah-gagah itu, jika mereka masih hidup, usianya tentu sudah 100 tahun lebih. Faktanya, sosok mereka bukan lagi seperti lagunya Ebiet G Ade, “tampak tua dan lelah”, tapi benar-benar sudah “semakin tua dan tidak bisa apa-apa.”
Mereka sambil berbaring di tempat tidur hanya bisa berdoa: “Tuhan, bilakah Engkau memanggilku pulang? Segerakan, ya Tuhan.”
Andai pun para mantan anggota PKI itu berusia 20 tahun saat PKI berjaya di tahun 1965, berarti usia mereka sekarang 72 tahun. Manusia setua ini lazimnya sudah tidak punya nafsu untuk bangkit, berkuasa, apalagi menjadi presiden. Jika pun masih aktif, mereka hanya berpikir bagaimana sisa usianya dimanfaatkan untuk mengabdi kepada bangsa dan negara melalui aktivitas sosial dengan terus mendekatkan diri kepada Sang Pemilik Kehidupan.
Dilatarbelakangi fakta-fakta seperti itu, sungguh sesuatu yang tidak masuk akal dan melawan nalar jika ada fitnah yang menyebutkan (maaf) “Presiden Jokowi PKI” atau “Jokowi antek PKI”. Duh, jahat sekali mereka yang lihai mengarang cerita fiksi seperti ini.
Pada 1965, usia Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih 4 tahun. Jokowi lahir di Solo pada 21 Juni 1961. Ketika G30S/PKI meletus, Jokowi kecil mungkin masih senang berlari-larian di halaman rumah tanpa celana dan ingus bocahnya meleleh ke mana-mana.
Okelah, apa pun cerita fiktif tentang PKI milenial yang memotivasi para “penjaga moral” dan “penjaga pintu sorga” melakukan aksi G29S/PK …. di Jakarta hari ini, ternyata telah mendorong banyak pihak untuk menengok dan menelaah kembali sejarah 52 tahun yang lalu.
Lewat catatan ini, saya layak mengucapkan terima kasih kepada Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang melalui gerakan nonton bareng film Pengkhianatan G30S/PKI akhirnya memotivasi anak-anak muda generasi Y (milenial) untuk mencari tahu fakta-fakta tentang PKI dan pemberontakan G30S/PKI secara lebih komprehensif dari berbagai sumber. Ini tentu lebih baik daripada generasi X (lahir tahun 1960-1980) dan generasi sebelumnya yang mendapat pelajaran sejarah Indonesia, termasuk G30S/PKI, hanya dari satu sudut pandang.
Kita layak mengapresiasi Pak Gatot, juga para kaum sumbu pendek yang lewat aksi G29S/PK…, terus menggembar-gemborkan hantu PKI, sehingga anak-anak gaul sekarang (generasi milenial) tidak paranoia karena merasa dikejar-kejar hantu yang mereka bayangkan seperti yang sering mereka lihat di film dan sinetron: kuntilanak, pocong, manusia bertaring dan bertanduk, zombi atau drakula.
Gara-gara Panglima TNI, banyak teman memberikan info tentang apa, siapa dan bagaimana G30S/PKI dari sudut pandang berbeda kepada saya. Mereka juga memberikan buku digital (e-book) tentang G30S/PKI dari perspektif yang menurut saya lebih objektif.
Saya pun mendapat cerita/kesaksian orang-orang jadul yang ketika G30S/PKI merebak masih berusia belasan tahun, yang salah satunya saya tulis di sini sebagai penutup artikel ini:
“SAYA anak seorang pendeta. Pada tahun 1965 saya berumur 8 tahun dan bersekolah di sebuah SD Katolik (Xaverius) di Belitang, Sumatera Selatan. Belitang adalah kota kecamatan (kecil) yang pada tahun 1960-an belum tertera di peta Indonesia.
Kami tinggal di Belitang sejak tahun 1963. Saat kami pindah ke sini, Belitang banyak dihuni oleh orang Jawa (transmigran) dan orang Bali. Orang-orang Bali yang tinggal di Belitang ternyata adalah para transmigran (pengungsi) korban letusan Gunung Agung. Tahun ini (2017), Gunung Agung kembali bergejolak.
Saat kami pindah ke Belitang, sebagai seorang pendeta, ayah saya mendapat rumah dinas lumayan besar. Di sebelah kanan rumah ada empat kamar (semacam paviliun). Satu kamar dihuni oleh seorang bapak (namanya Basar) dengan satu putrinya seusia dengan saya.
Satu kamar lagi dihuni oleh seorang anggota tentara berpangkat kopral bernama Suprapto. Belakangan Suprapto kerap diminta ayah untuk mengemudikan mobil (Land Rover) saat ayah bertugas ke luar kota.
Waktu itu di Belitang belum ada listrik. Jalan beraspal juga masih langka. Saya dan saudara kandung saya terkagum-kagum jika saat bepergian ke luar kota seperti ke Palembang misalnya melihat jalan beraspal.
Informasi atau berita-berita yang terjadi di Jakarta hanya kami peroleh lewat radio (RRI), termasuk peristiwa G30S/PKI yang menghebohkan itu.

Saat pra dan paska-G30S/PKI, desas-desus tersebar ke segala arah meskipun saat itu belum ada media sosial. Boro-boro medsos, telepon pun langka. Telepon saat itu masih seragam berwarna hitam dan harus mengengkol dulu saat kita akan menggunakannya untuk berkabar.
Waktu itu kabar tentang PKI, entah benar entah tidak, sesuai fakta atau fiktif, fitnah atau kabar baik tersebar secara viral dari mulut lewat mulut (MLM). Terpola dalam pikiran saya yang masih bocah saat itu bahwa PKI dan anggotanya adalah penjahat kelas wahid semacam teroris di zaman sekarang yang siap membunuh siapa pun yang berbeda pandangan.
Kami sangat percaya bahwa sesuai dengan kabar yang kami dengar secara MLM, PKI adalah organisasi politik berideologi komunis yang anti-Tuhan, tidak percaya Tuhan dan membenci saudara-saudaranya yang beragama tanpa kecuali agamanya apa.
Kami semakin ketakutan sebab ada kabar PKI akan melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap tokoh ulama Islam, termasuk pendeta dan pastor. Saya membayangkan sebuah kengerian karena ayah saya juga akan dibunuh PKI, termasuk pastor Belanda yang setiap hari melintas berjalan kaki di jalan depan rumah kami. Saat melintas di depan rumah, pastor yang selalu mengenakan jubah putih itu, kami sering teriaki: “Wong Londo lewat!”
Saya membayangkan pastor Belanda itu juga akan dibantai PKI. Tapi, yang mengherankan mengetahui kabar menyeramkan seperti itu, ayah saya tenang-tenang saja. Ia tetap menjalankan tugas-tugasnya sebagai pendeta seperti biasa.
Begitu kabar pemberontakan G30S/PKI semakin membahana, ada perubahan di sekitar rumah kami. Tanggal 1 Oktober 1965, Pak Basar dan anak perempuannya yang bernama Yayuk tiba-tiba menghilang.
Ia dan anaknya pergi tanpa pamit kepada siapa pun. Sampai sekarang saya tidak tahu di mana keberadaan kedua orang itu. Dari Suprapto (ketika itu), kami memperoleh kabar Pak Basar melarikan diri bersama putrinya. Ia disebut-sebut anggota PKI. Hah? Saya tentu terkejut.
Sebagai bocah yang pastinya masih polos dan bodoh, saya hanya bisa membayangkan dan berkata di dalam hati, jangan-jangan Pak Basar yang disiapkan PKI untuk membunuh ayah saya, tapi kedoknya terlanjur dibongkar karena pemberontakan PKI di Jakarta digagalkan.
Namun, di luar bayangan itu, muncul keraguan, apakah benar Pak Basar anggota atau simpatisan PKI, sebab sehari-hari ia baik dan selalu mengumbar senyum manakala bertemu dengan kami anak-anak.
Beberapa bulan setelah G30S/PKI, situasi dan kondisi di Belitang biasa-biasa saja. Tak ada gejolak. Sekolah juga tidak diliburkan. Suatu hari saat pelajaran kesenian, guru kami (perempuan) meminta anak-anak menyanyi maju di depan kelas satu per satu.
Tiba giliran, saya menyanyi lagu yang saat itu populer, “Nasakom Bersatu”. Ketika saya melantunkan syair “Nasakom bersatu, singkirkan kepala batu” belum selesai, guru menegur saya: “Jangan nyanyikan lagu itu. Coba yang lain.”
Dengan polos, saya menyanyikan lagu berjudul “Bung Karno Jaya”. Lagi-lagi guru melarang saya menyanyikan lagu tersebut. “Nggak boleh. Yang lain saja,” kata Bu Guru.
Bertambah usia, akhirnya saya mengetahui bahwa PKI dengan embel-embelnya telah dilarang hidup di negeri ini. PKI telah menjadi barang haram jadah.
Belakangan rezim Orba memberlakukan program bersih lingkungan. Yang dimaksud dengan bersih lingkungan adalah jika ada seseorang yang mempunyai unsur atau pertalian persaudaraan dengan orang yang berafiliasi dengan PKI tidak boleh menjadi PNS, apalagi tentara. Bahkan menjadi wartawan pun tak boleh.
Tahun 1966 kami pindah ke Jakarta. Tahun 1970-an, banyak media cetak yang terbit di Jakarta yang masih memberitakan tentang pemburuan anggota PKI dilengkapi dengan foto-foto. Dari majalah Selecta — ayah membeli majalah bekasnya –, saya membaca tentara berhasil menangkap anggota atau tokoh PKI yang bersembunyi di bawah tanah untuk kemudian di-Pulau Buru-kan atau di-Nusakambang-kan tanpa proses pengadilan.
Berita-berita tentang bahaya laten PKI itu oleh pemerintahan Orde Baru rupanya telah di-agendasetting-kan dengan memanfaatkan pers sedemikian rupa secara terstruktur, sistematis dan masif.
Di satu sisi, apa yang dilakukan rezim Orde Baru bahwa ideologi komunis tidak boleh ada di negeri ini, memang telah membawa hasil. Yes, Pancasila adalah ideologi paling ideal buat bangsa Indonesia.
Namun, jika “hantu PKI bangkit lagi” dijadikan sebagai tunggangan untuk menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lain, lalu apa bedanya dengan PKI?”
Itulah kesaksian warga negara (seorang bapak) yang pernah mengalami tahun 1965 dan setelahnya.
Ya, jika aksi G29S/PK ….memiliki tujuan jangka pendek atau panjang ingin menggantikan Pancasila dengan ideologi lain, ya mohon maaf, silakan kalian meninggalkan Indonesia dan pindah ke negara lain yang memiliki ideologi seperti yang ada di batok kepala kalian.
Perppu Nomor 2 Tahun 2017 adalah upaya preventif negara untuk menangkal ideologi di luar Pancasila, seperti komunis dan ideologi lain masuk dan merasuki anak bangsa di negeri ini.
Lalu, jika kamu menolak Perppu tersebut, sesungguhnya kamu ini siapa sih? Bukankah kamu anti-Pancasila berlabel “PKI Bangkit” kalau tak sudi dicap PKI?

Jokowi Nobar G30S/PKI di Bogor Bersama TNI dan Polri, Skak Mat Jenderal Tua!


Seorang pecatur, tidak pernah mempertontonkan dan memamerkan strateginya. Untuk memenangkan sebuah pertarungan catur, butuh ketenangan dan konsentrasi yang tinggi. Mengenal musuh dan strategi musuh lebih utama daripada sekadar menjalankan strategi diri sendiri.
Membaca pergerakan lawan menjadi ciri khas dari seorang maestro catur. Di dalam permainan catur, ada banyak bidak-bidak yang digunakan. Mulai dari yang paling dianggap murahan, yakni pion, sampai kepada para menteri, benteng pertahanan, kuda, ratu dan akhirnya raja, menjadi pemakna dari permainan catur ini.
Permainan catur bisa dimainkan dengan sangat cacat dan asal-asalan, bisa juga dimainkan dengan sangat tenang, namun indah. Permainan catur yang indah, hanya sedikit yang bisa menguasainya. Gerakan-gerakan senyap dan mendadak menjadi sebuah ciri khas dari seorang pemain catur yang sudah banyak jam terbangnya.
Namun tidak perlu jam terbang yang terlalu banyak, sebenarnya permainan catur bisa dimainkan juga dengan indah. Semakin seorang pemain bisa membaca permainan musuh dan bergerak sesuai dengan ‘prediksi musuh’, semakin aduhai pula gerakan-gerakan yang akan dimunculkan. Serangan yang ‘tidak menyerang’, bertahan yang ‘tidak bertahan’, merupakan strategi-strategi jitu.
Selain strategi, dibutuhkan insting yang sangat tajam dan sangat akurat. Akurasi dari setiap gerakan dalam waktu dan tempat yang sulit dibaca, muncul dalam permainan ini. Sebagai pemain catur, saya pun terkadang tidak bisa menebak langkah catur Pak De Jokowi. Papan yang dimainkan Pak De tidak sekecil papan catur yang kita mainkan biasa. Papan catur perpolitikan di Indonesia lah menjadi papan permainan dari Pak De.
Setiap langkah yang ia lakukan, selalu tepat sasaran, bahkan ketika ia seperti berada di posisi terjebak, ia sebenarnya hanya ingin menunjukkan bahwa penjebak merasa berhasil menjebak Pak De. Seolah-olah memposisikan diri sebagai orang yang terjebak, ternyata ia malah menjebak si penjebak.
Sekali lagi, permainan indah dari percaturan politik Pak De sekarang sudah semakin terlihat profesional, dan sangat mengagetkan. Kita tahu bahwa pihak istana selama ini seolah diam mengenai kalimat Gatot Nurmantyo, Panglima TNI yang mewajibkan para tentaranya nonton bareng film G30S/PKI di tempat masing-masing.
Seolah pihak istana malah membuat jarak dengan Panglima, dengan klarifikasi isu pengadaan 5000 senjata dan wacana wajib nobar yang disampaikan langsung oleh Menkopolhukam, yang juga adalah mantan panglima TNI, Wiranto. Wiranto mengatakan bahwa isu mengenai 5000 senjata sudah diselesaikan dan tidak perlu diperpanjang.
Di dalam pemikiran saya secara awam, kita melihat bagaimana pihak Istana seperti memberikan lampu kuning terhadap panglima TNI. Apakah benar demikian? Sulit bagi kita untuk menjelaskan dan memisahkan antara hitam dan putih di dunia politik, karena sejatinya dunia politik adalah abu-abu. Jokowi sangat cerdas bermain di dalam situasi seperti ini.
Ketika media massa memberitakan bahwa ada orang-orang yang mulai menunjukkan oposisinya kepada Jokowi, tidak ada sedikitpun reaksi dari Jokowi. Paling banter, istana yang memberikan respon. Pecatur ulung ini cerdas melihat situasi yang ada, dan tahu bidak apa yang akan dipakai untuk bergerak.
Lantas apa strategi akhir dari Presiden Jokowi? Sebenarnya saya ada prediksi sendiri, yang menurut saya cukup akurat, namun rasanya tidak perlu saya utarakan disini. Secara umum, tujuan Pak De pada akhirnya adalah kepentingan rakyat. Ia adalah presiden yang disumpah untuk menjalankan amanat rakyat. Jadi sederhananya, apa yang dikerjakan Pak De Jokowi sekarang ini adalah mengamankan jalannya pemerintahan yang pro terhadap rakyat.
Bukan hanya pemerintahan, ekonomi pun juga harus berfokus kepada rakyat. Isu-isu PKI yang disematkan kepada dirinya, dibuang mentah-mentah oleh kehadiran Jokowi di tengah-tengah acara nobar G30S/PKI di Bogor. Ini adalah gerakan yang tidak terduga dari seorang presiden.
Presiden Joko Widodo nonton bareng (nobar) pemutaran Film G30S/PKI bersama ribuan warga dan anggota TNI serta Polri di Makorem 061/Suryakancana, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat malam.
Selama ini kita tahu bagaimana presiden diam dan tidak bereaksi ketika ia difitnah PKI. Mungkin ia sedikit bereaksi, namun rasanya itu hanya diwakilkan oleh orang-orang tertentu. Sekarang secara tubuh, ia hadir di sebuah acara nobar yang diadakan di Bogor, bersama dengan personel TNI. Kekaguman saya terhadap sosok Jokowi ini semakin menjadi-jadi, ketika tahu hal ini. Jokowi ini mahir dalam bermain. Sekali gerak, dapat mementahkan puluhan, bahkan ratusan strategi musuhnya. Lagi-lagi, mantan jenderal harus menemui kekalahan ke sekian kalinya semenjak 2014 lalu.

PKI Versi Baru ,Siapakah Dia Yang Sebenarnya ?

Kian ramai-ramai isu kebangkitan PKI di berbagai media, terutama di media sosial.    PKI yang dimaksud adalah Partai Komunis Indonesia.    PKI dulu memang adalah bahaya laten, sehingga wajib diberangus dan dienyahkan dari negeri tercinta ini.     Paham komunis atau komunisme sungguh bertentangan dengan ideologi Pancasila, di mana dalam sila pertama disebutkan “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
PKI hendaknya mengubah negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila menjadi negara sosialis seperti Cina , Kuba , Rusia. PKI terlalu berbahaya , sering melakukan pemberontakan melawan pemerintah.    Bukan 1 kali, sudah 4-5 kali pemberontakan PKI di berbagai daerah.    Pemberontakan PKI cenderung ibarat musuh dalam selimut.   Karena Tentara Indonesia (TNI) sibuk berperang melawan penjajah Belanda, kok ditikam dari belakang oleh PKI.    PKI kan orang- orangnya Indonesia sungguh berkhianat dan memanfaatkan kesibukan TNI berperang berusaha mengusir penjajah Belanda .
Untunglah TNI bergerak cepat memadamkan pemberontakan PKI yang terpusat di Madiun.    Gagal sudah rencana penjajah Belanda yang hendaknya memanfaatkan kekacauan yang dikarenakan pemberontakan PKI sekaligus menghancurkan TNI.
Penjajah Belanda marah dengan keberadaan TNI , karena adanya TNI membuktikan Indonesia berdaulat dan merdeka di mata internasional.    Seiring padamnya pemberontakan PKI, TNI sudah siap dan fokus penuh dalam menghadapi serangan Belanda.
Meletuslah perang , TNI manunggal dengan rakyat melawan penjajah Belanda.   Dan akhirnya Belanda mengakui kehebatan TNI dengan minggat dari Indonesia.
PKI belum sepenuhnya kalah.    Berkat kecerdikan Aidit, PKI berubah pradigma tidak lagi melakukan perlawanan / pemberontakan tetapi menyusup diam-diam ke institusi kemiliteran dan ke berbagai lembaga negara.    Berhasil , PKI menjadi partai politik yang diakui pemerintah , khususnya presiden Soekarno.
Berbekal dalil pembunuhan tujuh jendral TNI, PKI diberangus TNI di bawah pimpinan Soeharto sampai akar-akarnya.    Dikenal dalam sejarah yaitu peristiwa G 30 S/PKI.
Sampai sekarang, untuk sementara belum ada tanda-tanda kebangkitan PKI. Presiden Jokowi tegaskan bila ada PKI, langsung gebuk tanpa kompromi karena PKI atau paham komunis (komunisme) jelas-jelas bertentangan dengan ideologi Pancasila.    Apalagi dirunut dari sejarah, PKI sungguh mencederai Indonesia , juga tega mengkhianati Indonesia saat Indonesia lagi berusaha mempertahankan diri melawan Belanda.     Maka PKI atau paham komunis (komunisme) amat sangat tidak layak berada di Indonesia.
Dipertegas oleh pasal 107 UU 27/1999,dimana menyebutkan “upaya dengan lisan , tulisan maupun media apapun menyebarkan atau mengembangkan ajaran Marxisme,Komunisme,Leninisme dalam segala bentuk dan wujudnya dipidana dengan pidana paling lama 20 tahun penjara “.    Nah, sudah ada aturan jelas dan tegas dan tidak kompromi dengan kebangkitan PKI dan paham komunis (komunisme).
Kok masih ada berita-berita terkait kebangkitan PKI tersebar dimana-mana, terutama di media sosial.    Apalagi barusan ada “ demo / aksi 299 Bela Islam”.    Demo 299 hendaknya melanjutkan kesuksesan menjungkalkan Ahok.    Sekarang disasar demo 299 adalah pemerintah dan khususnya presiden Jokowi.
Demo 299 menuntut Perppu No: 2 dicabut dan tolak kebangkitan PKI.    Seolah-olah menuduh Jokowi Anti Islam karena membubarkan organisasi Islam.   Dan menuduh Jokowi adalah antek PKI karena membiarkan atau diam dengan kebangkitan PKI.    Padahal dua tuntutan tersebut terlalu dipaksakan .
Presiden Jokowi membubarkan organisasi (berbalut) Islam yang coba mengobok-obok Pancasila yang menjadi dasar Negara Indonesia.    Lalu mana PKI ?    Kalau ada tanda-tanda kebangkitan PKI,tinggal melapor dan menunjukkan bukti /tempat PKI…pasti presiden Jokowi langsung perintahkan polri dan TNI menghancurkannya.
Tetapi sampai sekarang mana bukti kebangkitan PKI ?    Cuma sebatas dari mulut ke mulut, tepatnya gossip ngawur.    Atau jangan-jangan cuma rekayasa .
Demo 299 cuma yang ada satu tujuannya yaitu mencongkel Jokowi.    Akan sulit mengalahkan Jokowi kalau pakai cara jujur dan fair.     Maka paling mungkin adalah melempar-lempar isu agama dan isu PKI secara terus menerus, terstruktur dan terorganisir , dengan harapan rakyat jadi antipati terhadap Jokowi.
Biarpun sedikit saja, toh tetap belum ada tanda-tanda kebangkitan PKI.    Yang ramai ada cuap-cuap kebangkitan PKI.   Isu Kebangkitan PKI sengaja dilemparkan kemana-mana agar trauma rakyat bangkit dan takut.    Sehingga rakyat yang takut akan marah kepada Jokowi dan menuntut Jokowi mundur.
Gampang kan ambil kesimpulan sederhana.    Demo 299 itulah yang sebenarnya adalah (mirip) PKI , cuma beda sedikit penampilannya karena berbalut gamis dan sorban.     Tetapi intinya yang sama yaitu mau menghancurkan Pancasila atau mengganti dasar negara kita yang tercinta .

Jumat, 29 September 2017

Bertentangan Dengan Pancasila, Kepala Bakesbangpol Loteng : Wajar HTI Dibubarkan


LOMBOK TENGAH, MetroNTB.com – Kepala Bakesbangpol Lombok Tengah, Masnun menyebut hari ini, Jum’at (29/9) ada gerakan 299. Gerakan ini menolak Perpu tentang Ormas yang telah dikeluarkan oleh pemerintah beberapa bulan lalu.
“Ada HTI yang dibubarkan, karena anti Pancasila. Makanya wajar pemerintah membubarkannya,” ujarnya di Praya, Jum’at (29/9)
Dia menjelskan, HTI ingin merubah Pancasila secara total dengan dengan system khilafah. Ini merupakan ancaman bagi NKRI.
“Maka, para genersi muda harus menjadi gerda terdepan melawan segala ancaman yang bisa menghancurkan NKRI,” imbuhnya.
Masnun juga mengingatkan bahwa Trisakti yang dicetuskn oleh Bung Karno yaitu Indonesia berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, berkepribadian kebudayaan Indonesia sudah terjadi pergeseran-pergeseran nilai dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Oleh sebab itu, penguatan nilai- nilai Pancasila hrus terus menerus ditinggkat sebagai langkah antisipasi paham yang bisa mengancam bangasa yang kita cintai ini,” tuturnya
Ia menambahkan, sekarang ini Presiden Jokowi memprogramkan revolusi mental yang menghasilkan nawacita.
“Saya kira itu yang penting untuk kita terus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republic Indonesia dari segala macam dan gangguan tindakan radikal dan paham radikalisme,” kata Masnun menambahkan

Do’a Bersama OKP Mataram Lintas Iman Untuk Kedamaian Rohingya Di Myanmar


MATARAM, MetroNTB.com – OKP lintas iman yang terdiri dari PC PMII, KMHDI, PMKRI, Ansor, Hikmahbudhi dan IPNU menggelar do’a bersama untuk kedamaian Rohingya di Myanmar, malam Kamis (7/9) lalu
Perwakilan PMKRI Kota Mataram dan Perwakilan Pemuda Katolik, Hendrikus Tipa mengungkapkan bahwa peristiwa Rohingya merupakan kejahatan kemanusiaan yang sangat kronis. Nilai kemanusiaan tidak dibatasi oleh Suku Ras maupun agama.
“Tragedi Rohingya membuat kita semua sedih. Semoga Do’a kita pada malam ini di dengar oleh Tuhan, untuk saudara- saudara kita di Myanmar. Kita berdo’a untuk perdamaian Rohingya dan dunia. Dan kita semua harus bisa menjaga perdamaian dunia,” ujarnya
Sementara, Ketua PMII Mataram, Muh Sholihin mengatakan, do’a malam ini sebagai salah satu bentuk langkah antisipasi untuk membendung isu SARA yang mungkin bisa terjadi di Indonesia, khususnya Kota Mataram.
“Soal Rohingya murni soal kemanusiaan bukan masalah agama. Jangan samapi akan terjadi persoalan yang di Rohingnya terjadi di Indonesia,” tegasnya
Lanjutnya, kader PMIIharus cerdas dalam menggunakan medsos. Jangan menjadi provokator soal rohingya.
“Tugas PMII dan kita semua adalah sebagai penjaga perdamaian. Jadilah pelopor kedamaian, mari kita menjalan hubungan yang baik dengan semua lain tanpa ada sekat, demi menjaga keutuhan NKRI,” imbuh Sholihin
Usai do’a bersam pembacaan pernyataan sikap PC PMII Mataram Bersama Kelompok Cipayung Kota Mataram.
Pertama, menyatakan keprihatian mendalam atas tragedi kemanusiaan yang menimpa kelompok Rohingya di Rakhibe Myanmar
Kedua, mendukung penuh langkah- langkah diplomatik pemerintah RI untuk menyelesaikan persoalan Rohingya
Ketiga, menyerukan dan mengajak kepada semua pihak agar menahan diri untuk mengeluarkan statemen dan prilaku provokatif yang dapat memperkeruh suasana
Kelima, Kami siap menjaga dan mengkawal kedamaian di Kota Mataram

FOMNUS NTB Gelar Dialog Penguatan Pancasila Dan Tangkal Radikalisme


LOTENG, MetroNTB.com – Dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila, Forum Masyarakat Nusantara (FOMNUS) NTB menggelar dialog penguatan ideology Pancasila sebagai ideologi negara dan upaya menangkal paham radikalisme demi menjaga keutuhan NKRI,bertempat di SMA I Praya, Lombok Tengah Jum’at (29/9)
Salah satu narasumber yang hadir dalam kegiatan dialog tersebut, Budayawan NTB Ahmad JD memaparkan, Pancasila dirumuskan oleh Soekarno 1 Juni merupakan puncak dari pemikirannya.
“Inti dari pemikiran Soekrno tersebut menginginkan Indonesia merdeka. Oleh karena itu pentingnya kita mengilhami spirit Pancasila dalam kehidupan kita sehari hari,” ujarnya
Ia menjelaskan, dalam pemahaman masyarakat Sasak ada tiga rumusan akhlak yang tidak di perbolehkan sebagai manifestasi Pancasila dalam suku sasak, yaitu dusta, jadah dan syirik.
“Pancasila bagi orang sasak itu jangan dusta, jangan jadah, jangan syirik,” jelsnya
Dikatannya, kecanggihan teknologi informasi menyebabkan nilai moralitas Pancasila orang sasak merosot.
“Bagi orang sasak, etika bangsa Indonesia yang paling tinggi adalah Pancasilais,” kata Ahmad
Sementara, Ketua Pemuda Pancasila Loteng, Samsul Qomar mengatakan bahwa peristiwa G30S/PKI merupakan sejarah kelam bangsa Indonesia.  PKI ingin menghancurkan keutuhan NKRI ini.
“Sehingga pada 1 Juni Soekarno mendekritkan Pancasila sebagai harga mati bagi bangsa kita,” katanya
Menurutnya, jiwa patriotisme anak muda sudah mulai menipis, anak muda lebih senang nongkrong di mall, nongkrong dikafe-kafe, selfie ke pantai-pantai daripada harus ke museum mencari tahu sejarah-sejarah bangsa.
“Dulu, kami kalau upacara bendera tidak berani tidak ikut. Kita tidak lagi patriotis saat ini hanya untuk mengikuti upacara bendera pun masih mencari tempat yang teduh,” sebutnya
“Hal yang harus kita bangga dalam diri kita adalah bahwa kita harus bangga jadi Indonesia,” imbuhnya
Sebgai salah satu upaya sederhana dalam menumbuhkan jiwa patriotisme bagi generasi muda adalah minimal menghapal nama – nama pahlawan bangsa Indonesia
“Karena anak muda hari adalah generasi pelanjut estafestasi kepemimpinan bangsa dan daerah,” tandas anggota DPRD Loteng ini.
Kepala Kesbangpol Loteng, Masnun menyebutkan, berdasarkan hasil survey dari 100 orang hanya 18 orang tidak tahu judul lagu kebangsaan. Dari 100 orang hanya 24 orang yang tidak hapal Pancasila dan 53 persen orang Indonesia tidak hapal lirik lagu kebangsaan Indonesia.
Kondisi ini menjadi refleksi bersama dalam memberikan pemahaman kebangsaan bagi generasi bangsa ini. Tidak hapal lagu kebangsaan dan hapal Pancasila tidak ada di ruangan ini.
“Karena sejak Soekarno memproklamasikan bangsa Indonesia, sejak itulah semua elemen bangsa Indonesia sepakat dengaa  empat konsesus dasar berbngsa dan bernegara yaitu, Pancasila sebagai dasar Negara, Pancasila sebagai falsafah bangsa, Pancasila sebagai ideologi bangsa,” terang Masnun
Menurutnya, banyak sekali ujian kelahiran Pancasila mulai dari pembrontakan 30 S/PKI dan berbagai pembrontakan lainnya.
Konsesus kedua yaitu Undang Undang Dasar Negara 1945. Ketiga, NKRI harga mati, sebagai negara kepulauan memang rentan dengan konflik dan ancaman.
“Keempat, Kebhinekaan merupakan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia, tentu itu harus dijadikan sebagai modal hidup yang lebih baik bagi seluruh bangsa ini, dan itu perlu dijaga sebagai kekayaan bangsa,” pungkasnya

Ketua Veteran NTB: Pelajari Sejarah untuk Mencegah Bahaya Laten Komunis



 Pemateri sekaligus pelaku sejarah, Ketua Veteran NTB, H Abdul Kadir (pegang piagam)
seusai acara dialog Menangkal Bahaya Laten Komunis



kicknews.today – Beberapa pekan terakhir, pro kontra pemutaran film G30S-PKI terus menjadi perbincangan hangat di semua kalangan.
Namun, bagi mantan pejuang kemerdekaan RI yang kini menjadi Ketua Veteran Nusa Tenggara Barat (NTB) H Abdul Kadir, justru tidak ingin hal yang sudah lama terjadi itu diungkit kembali. Dia lebih ingin memberikan cara mencegah bahaya laten paham komunis, yakni dengan mempelajari sejarah tentang bahaya komunis dan sejarah perjuangan bangsa.
“PKI itu sangat kejam, maka paham komunis ini jangan sampai muncul lagi. Tidak ada ruang bagi komunis di Negara ini. Tugas kita adalah bagaimana mencegah dan memberikan penguatan nilai Pancasila bagi generasi muda agar tidak terbawa arus paham komunis ini,” ungkapnya pada acara dialog Publik PC PMII Mataram yang bertema ‘Menangkal Bahaya Laten Komunis dan Penguatan Nilai-Nilai Pancasila bagi Generasi Muda’ di Aula PGRI NTB, Kamis (28/9).
Dia mengatakan, kalau mengingat keberadaan PKI, dinilainya sangat kejam, sehingga tidak perlu lagi diungkit, lebih baik kuburkan dari ingatan dan lebih perkuat nilai Pancasila.
Binmas Polda NTB, AKBP H Zamroni, SH., S.Ag. memaparkan, ideologi komunis atau komunisme merupakan perlawanan besar pertama dalam abad ke-20 terhadap sistem ekomomi yang kapitalis dan liberal.
Dimana, komunisme adalah sebuah paham yang menekankan kepemilikan bersama atas alat-alat produksi (tanah, tenaga kerja, modal) yang bertujuan untuk tercapainya masyarakat yang makmur. Masyarakat komunis tanpa kelas dan persamaan terhadap semua orang. Komunisme ditandai dengan prinsip sama rata sama rasa dalam bidang ekonomi dan sekularisme yang radikal, tatkala agama digantikan dengan ideologi komunis yang berseifat doktriner.
“Jadi, menurut ideologi komunis, kepentingan-kepentingan individu tunduk kepada kehendak partai, negara dan bangsa atau kolektivisme,” paparnya.
Perwakilan Bakesbangpoldagri NTB Amrin menuturkan bahaya bangkitnya komunis yang jika sampai terjadi akan menjadi sangat genting karena dapat merusak bangsa.
“Komunis ini sangat bahaya kalau kita belajar dari Karl Mark bahwa, yang disebut dasar komunis itu sendiri adalah agama, merupakan duri dalam daging,” tuturnya.
Dia mengakui, paham komunis di Indonesia masih ada meskipun tidak memunculkan diri, karena ideologi itu masih tetap hidup sampai hari ini.
Karenanya semua pihak harus tetap berhati-hati terhadap paham komunis ini, karena sangat berbahaya bagi keutuhan NKRI
Di satu sisi, Ketua Cabang PMII Kota Mataram, Muh Shalihin menyampaikan bahwa kegiatan ini sengaja digelar, sebagai upaya memberikan pemahaman bagi PMII Cabang Mataram dalam memahami bahaya laten komunis yang pernah menjadi sejarah pahit bangsa Indonesia.
Oleh sebab itu sebagai generasi penikmat yang hanya bisa mengetahui bahaya laten komunis melalui buku- buku dan referensi lainnya, dialog ini diharapkan bisa memberikan pembelajaran kepada seluruh masyarakat sesuai penjelasan pelaku sejarah. (prm)

PMII Mataram Suarakan Kewaspadaan PKI

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) melakukan unjuk rasa di depan Istana Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (20/10).
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) melakukan unjuk rasa di depan Istana Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (20/10)

 REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Puluhan massa aksi dari Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Mataram mendatangi Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Kesbangpoldagri) NTB. Aksi dilakukan untuk mewaspadai kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). "Hari ini kita disentak lagi dengan informasi kebangkitan kembali PKI," ujar Koordinator Lapangan PMII Mataram Kusnadi di Kantor Bakesbangpoldagri NTB, Jumat (29/9).

Kusnadi menambahkan, PKI menyisakan luka kelam bagi bangsa Indonesia yang pada sejarahnya telah mengganggu, bahkan mencoba mengambil alih kepemimpinan negara. PMII Mataram mengimbau semua elemen yang mencoba menggangu ideologi Indonesia, Pancasila.

"Kami menolak masuknya faham komunis di NTB, menolak segala bentuk faham anti-Pancasila di NTB, meminta pemerintah tegas terhadap ormas anti-Pancasila," kata Kusnadi.

Sekretaris Bakesbangpoldagri NTB Kataruddin menyambut baik kedatangan para mahasiswa tersebut. Katarudin mengaku akan meneruskan aspirasi para mahasiswa ini. Katarudin sependapat dengan aspirasi mahasiwa terkait ideologi komunis yang tidak diterima di NTB. "Soal ideologi komunis ini sudah tidak bisa lagi ditolerir, bahwa komunis ini merupakan musuh bangsa," kata Katarudin.

Pemuda Harus Jadi Garda Terdepan Menangkal Faham Komunis

Pemuda Harus Jadi Garda Terdepan Menangkal Faham Komunis

MATARAM - Generasi muda harus menjadi garda terdepan dalam menangkal bangkitnya kembali faham komunis dan faham lainnya yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga (Kadispora) Kota Mataram, Amran, saat membuka acara dialog yang digelar oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Imdonesia (PMII) Cabang Kota Mataram, pada Kamis 28 September 2017.

Menurut Amran, keterlibatan pemuda itu sudah terbukti dalam sejarah, dimana pemuda atau generasi menjadi garda terdepan. "Apa yang dilakukan oleh teman-teman PMII saat ini, sudah sangat tepat dalam menangkal faham komunis di Indonesia", ucapnya.

"Melalui kegiatan ini, kita semua diajak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap tumbuh berkembangnya faham komunis yang tidak diperbolehkan untuk berkembang di Indonesia", ujarnya.

Karena itu, mantan Camat Mataram mengajak untuk harus selalu waspada. Sangat keliru kalau kita mengatakan mereka habis. Walaupun mereka tidak dalm bentuk orgamisasi saat ini, namun karena mereka nanti kalau sudah kuat maka tidak menutup kemungkinan akan memberikan perlawanan dan jangan sampai kita menyesal.

"Karena begitu sangat berbahayanya fahan komunis, baik dilihat dari sisi agama, maupun sisi ideologi, maka kita harus terus menanamkan nilai-nilai Pancasila", ujarnya.

Ketua PMII Kota Mataram, M. Salihin mengatakan, PMII sebagai salah satu organisi kemahasiswaan ingin mengingat sebagai generasi muda dan karena itu kita ingin mendengar langsung terkait dengan bagaimana faham komunis dan pergerakan dari PKI.

"Kita juga ingin mengetahui bagaimana cara dan kiat kita dalam menangkal bahaya PKI dan bagaimana penguatan nilai-nilai Pancasila bagi kita generasi muda," ucapnya.

Dialog yang mengangkat tema "Menangkal bahaya laten komunis dan penguatan nilai-nilai Pancasila bagi generasi bangsa" tersebut, menghadirkan pemateri dari Kesbangpoldagri NTB, Direktorat Binmas Polda NTB dan dari Legian Veteran NTB dengan peserta dari mahasiswa dan pemuda dari OKP Cipayung Plus.

(mn-07/r3)
 
 

Kamis, 28 September 2017

Aliansi Kebhinekaan "PANCA SERUAN KEBANGSAAN"

Perppu ormas resmi berlaku setelah ditandatangani oleh presiden Joko Widodo pada senin (10/07/2017) lalu. Mendukung Perppu ormas adalah sebuah keniscayaan dalam konteks perwujudan komitmen kami untuk menjaga keutuhan NKRI.

Dalam aspek penguatan perppu, kami mendorong segenap pihak dan elemen, khususnya DPR RI dengan kewenangannya untuk segera  membahas, menyepakati dan mengesahkan Perppu Ormas, kami tidak ingin DPR sebagai salah satu lembaga tinggi negara bisa ditekan dan diintervensi oleh kelompok-kelompok tertentu untuk menolak pengesahan Perppu Ormas yang kami anggap penting karena menyangkut keberlangsungan, eksistensi dan keutuhan NKRI

Melihat situasi politik bernegara kita akhir-akhir ini terlihat kurang begitu kondusif dan menimbulkan beberapa potensi ancaman, baik dari eksternal ataupun internal. Terkhusus dari dalam negeri, dimana negara kita saat ini rentan disusupi faham dan ideologi radikal yang sejauh ini terlihat liar serta berpotensi melawan pemerintah dimana mereka terang-terangan menolak pancasila sebagai ideologi negara yang sudah final.

Bukan hanya itu, akhir-akhir ini muncul lagi isu kebangkitan PKI yang sengaja dihembuskan ditengah masyarakat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, dimana isu PKI bisa membangkitkan luka lama dan berpotensi menimbulkan disharmonisasi masyarakat.  Padahal kita semua sudah sama sama memahami, mengetahui dan bahkan menjalankan rekonsiliasi secara alamiah antar anak bangsa.

Oleh karena itu, Apapun itu bentuk kelompok, golongan, dan organisasi yang mengarah kepada bentuk penyebaran paham dan ideologi yang merongrong keutuhan NKRI serta merusak tatanan kehidupan sosial bangsa Indonesia yang sejuk  ditengah kemajemukan, wajib untuk ditindak dan dibubarkan karena tidak sesuai dengan identitas kebangsaan kita yang plural.

Selanjutnya, Perppu Ormas harus didukung penuh untuk difungsikan sebagai pencegahan awal bertumbuh kembangnya faham dan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, berangkat dari hal tersebut kami menyerukan, mendorong dan mendukung penuh pemerintah untuk konsisten dan tegak lurus menjalankan Perppu Ormas untuk menindak tegas ormas ormas yang berfaham kontra dengan Pancasila, baik itu komunis maupun ormas yang mengatasnamakan agama agama tertentu.

Daripada itu kami meminta pemerintah untuk menegakkan supremasi hukum ditengah derasnya isu politisasi dan keberpihakan hukum yang sejauh ini cenderung tebang pilih. Pemerintah wajib menempatkan hukum sebagai instrumen fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kemudian momentum Hari Tani Nasional (HTN) diharapkan juga Pemerintah tidak melupakan pentingnya dibidang pertanian, kesejahteraan petani dan memberikan terus perhatian ekstra kepada sektor agraris mengingat potensi pertanian kita amatlah luar biasa guna mencapai swasembada pangan dan mensejahterakan Petani.

Berangkat dari apa yang sampaikan diatas, kami kami ALIANSI KEBHINEKAAN yang terdiri dari 6 OKP (PMII, GMNI, PMKRI, GMKI, KMHDI, HIKMAHBUDHI) mengemukakan Panca Tuntutan , diantaranya:

1. Mendorong Pemerintah jalankan perppu No. 2 tahun 2017 tentang ORMAS
2. Tegakkan Supremasi hukum
3. Agar seluruh elemen masyarakat indonesia dan pemerintah bersama-sama menjaga nilai-nilai perstuan dan kesatuan nasional sebagai identitas bangsa & negara indonesia yang majemuk.
4. Menghimbau kepada masyarakat untuk kritis terhadap lalu lintas isu dan arus informasi agar tidak cepat terhasut dan terprovokasi.
5. Pemerintah Perhatikan sektor pertanian demi meningkatkan kesejahteraan petani dan swasembada pangan serta laksanakan reforma agraria sejati.

Berikut Link publikasi terkait Konpers tersebut :
1) http://okelah.id/2017/09/28/perppu-ormas-dinilai-sebagai-upaya-penegakkan-pancasila/
2) https://suara4.com/2017/09/28/aliansi-kebhinekaan-panca-seruan-kebangsaan/
3) https://www.beritatimoer.com/2017/09/28/aliansi-kebhinekaan-mengemukakan-panca-seruan-kebangsaan/
4) http://mediaindonesiaraya.com/2017/09/28/inilah-isi-dari-panca-seruan-kebangsaan-aliansi-kebhinnekaan/ 
5) http://m.globalindonesianews.com/berita-9097-aliansi-kebhinekaan-panca-seruan-kebangsaan.html.
Merdeka...Merdeka...Merdeka

Percuma MUI Imbau Tidak Ikut Aksi 299 Dan PKI Sudah Mati, Karena PKI Akan Hidup Hingga 2019

Hari Jumat akan segera tiba, tinggal satu hari lagi. Setiap hari Jumat selalu dijadikan hari untuk melakukan aksi tiga angka. Memang tidak setiap Jumat, tapi kebanyakan aksi tersebut diadakan pada hari Jumat. Mungkin lama-lama orang akan memplesetkan hari Jumat sebagai hari demo. Lihat saja sudah berapa kali demo dilakukan, mungkin sudah lebih dari 10 kali. Hampir semuanya jatuh pada hari Jumat.
Pada pada tanggal 29 September, akan ada aksi 299 yang digagas dengan tujuan menolak penerapan Perppu Ormas dan menolak kebangkitan PKI. Dan dengar kabar sih, katanya 50 ribu orang akan hadir untuk meramaikan, lebih tepatnya memacetkan jalan. Dan mudah-mudahan jumlah yang hadir hilang satu nolnya.
Ada yang bilang, menolak aksi 299 berarti mendukung kebangkitan PKI. Ini benar-benar logika yang sangat bodoh. Beda lho antara menolak PKI dengan menolak aksi 299. Saya hanya bingung atas dasar apa mereka melakukan aksi 299? Apa mereka tak bosan terus melakukan aksi tiga angka? Sepertinya tidak bosan kalau ada titik-titiknya, you know I know lah. Kalau tak ada itu, mana bisa adakan demo.
Menolak aksi 299 bukan berarti mendukung PKI, hanya saja tidak setuju dengan caranya yang sedikit-sedikit bikin aksi. Entah sudah berapa miliar uang buat pengamanan demo dan kerugian akibat kemacetan dan stres pengguna jalan. Mikir dong.
Demo ingin protes Perppu ormas sangat tidak ideal karena ada mekanisme melalui Mahkamah Konstitusi (MK). Turun ke jalan dengan mobilisasi massa takkan membatalkan Perppu, melainkan malah bikin pengguna jalan stress dan geram. Bikin macet, tahu? Demo karena menolak kebangkitan PKI? Isu basi yang terus dipanaskan paksa agar bisa dikonsumsi lagi.
Sebelumnya simak dulu statement dari ketua MUI, Ma’ruf Amin. Dia mengimbau agar umat Islam tidak mengikuti aksi 299 karena isu ganyang PKI sudah tidak lagi relevan. “Sebenarnya sudah tidak perlu lagi ada demo-demo itu. PKI sudah mati semua itu,” kata Ma’ruf Amin seperti diberitakan Liputan6. Dia juga mengimbau agar tidak perlu risau dengan isu tersebut. Bila ada bukti, masyarakat bisa melaporkan ke polisi.
Sudah jelas, kan? PKI sudah game over. Tapi seperti biasa, apakah mereka mau dengar kata ketua MUI? Sepertinya hanya akan masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Tak akan digubris dan demo lanjut terus. PKI sudah mati, tapi bagi kaum sebelah, PKI hidup lagi (mungkin dihidupkan dengan bantuan naga Dragon Ball). Ada dua kemungkinan, mereka yang mabuk sehingga berilusi kalau PKI masih hidup atau mereka menciptakan kesan seolah PKI masih hidup.
Lagian lucu, apakah demo teriak hancurkan PKI atau koar-koar ganyang PKI akan membuat PKI (dengan asumsi PKI bangkit versi mereka) lenyap? Yang paling rasional itu adalah laporkan aktivitas atau pelaku yang terkait. Bukan teriak sambil macetkan jalanan. Entah kenapa aksi kali ini tampak jelas muatan politisnya. Isu First Travel yang nyata saja tidak sampai dibikin aksi tiga angka. Ini isu kebangkitan PKI yang simpang siur malah dibikin aksinya.
Karena rencana aksi 299 sudah clear, imbauan saja takkan cukup. Percuma. Mau bilang PKI sudah game over pun sia-sia karena ada sekelompok orang yang ingin menyampaikan pesan kalau PKI masih hidup. Kalau memang PKI nyata seperti kata mereka, sungguh aneh kalau mereka tidak memberikan bukti konkrit ke publik. Mereka seperti ingin menanamkan kesan bahwa PKI masih hidup. Melalui aksi 299, mereka ingin menciptakan kesan bahwa situasi sedang genting, padahal biasa-biasa saja tuh.
Jika mau berspekulasi lebih jauh, mereka mungkin sedang ingin menanamkan kepercayaan kalau PKI akan hidup hingga tahun 2019 nanti. Anda pasti sudah tahu maksudnya. Jika ada kaitan dengan permainan politik, maka isu ini akan dihembuskan hingga tahun 2019, dengan tujuan untuk memperlemah pemerintah, untuk menciptakan kesan kalau rezim sekarang gagal selama memimpin negara ini, sehingga sang lawan akan muncul bak pahlawan kesiangan yang dielu-elukan dengan kharismanya yang penuh topeng fiktif.
Sang lawan sadar tak bisa berhadapan langsung, sehingga harus menjatuhkan pemerintah dengan cara murahan sekali pun agar nilai tawarnya naik. Orang seperti ini layak tidak jadi pemimpin? Silakan nilai sendiri.
Aksi tiga angka yang biasanya identik dengan bela agama terkait kasus Ahok, sekarang kok malah makin melenceng. Jelas sekali ingin menggembosi pemerintah. Masuk akal kalau ada unsur politik yang bermain.
Bagaimana menurut Anda?

Aksi 299: Bukti Keputusasaan Islam Radikal dan Tersingkirnya Prabowo dari Kancah Politik

Apa makna polkitik di balik demo atau aksi 299? Islam radikal bangkrut. Prabowo tersingkir dari kancah politik. Itu benang merahnya. Publik tak paham tentang aksi 299 ke DPR itu. Yang jelas dan nyata kelihatan di mata publik yang masih waras adalah para pelakunya ya itu-itu saja. Orang dan organisasi dan gerombolan para pembenci Jokowi, para pembenci Pancasila, para biang kerok pencinta kisruh negeri, para bekas pendemo dan manusia apkiran. Semua bermuara pada manusia monumen capres abadi: Prabowo.
Bukti bahwa aksi ini didukung oleh kalangan Islam radikal adalah partai agama PKS akan menerima perwakilan demo di DPR. Lainnya, Fadli Zon telah bertemu dalam rangka persiapan menyambut manusia apkiran politik yang tak bermanfaat bagi Indonesia Amien Rais, Gatot Khattath, dan manusia Bumi datar. Gemboran dan omongan mendatangkan 50,000 orang hanyalah omong kosong belaka. Kenapa tidak 7 juta sekalian? (Mahal membiayai nasi bungkus dan biaya transport tentu.)
Cari Nasi Bungkus
FUI, FPI – yang pentolannya, si Rizieq tersangka chat mesum berlendir dengan Firza dibuang ke negeri onta pusat Islam puritan Wahabi, Saudi  – dan GNPF adalah para manusia keblinger yang selalu mencari dan memanfaatkan momentum untuk berdemo. Demo bagi mereka adalah kegiatan, pekerjaan, passion, kebanggaan disorot kamera, kesempatan mengeruk nasi bungkus dan uang sumbangan sana-sini.
Tanpa demo mereka kehilangan aktivitas unjuk gigi membela kepentingan politik yang membiayai mereka – atas nama umat dan sebagainya, padahal muaranya ke kelompok Prabowo – yang bersatu dengan SBY untuk pada akhirnya saling tikam kepentingan. Demo 299 hanyalah alat untuk mencari nasi bungkus, duit transportasi, uang beli bendera, fulus seragam, semua dibiayai oleh kelompok yang sama selalu.
Islam Radikal Putus Asa
Tujuan demo 299 pun tidak berbeda dengan demo lainnya: anti Jokowi. Bungkus yang mereka tawarkan pun adalah pelintiran dan pembelokan esensi tentang PKI. Isu PKI yang semestinya akan dibawa sampai Pilpres 2019 pun gagal di tengah jalan. Isu kebangkitan PKI itu dipreteli, dikuliti, dibuang, dicampakkan, dan dikubur secara sistematis.
Cara agitasi, propaganda, kampanye yang dilakukan oleh kelompok Islam radikal dibantai dengan strategi perlawanan yang tak terbayangkan sebelumnya. Yang menjadi sasaran justru penjerumusan Gerindra dan PKS menjadi identik dengan FPI, FUI, dan GNPF. Identifikasi ini menghantam jantung kekuatan politik dan mengubah arah serta konstelasi politik.
Upaya polarisasi dan mengadu domba antar umat Islam dengan isu PKI mengalami kegagalan. Muhammadiyah yang biasanya dengan corong mulut bulat manis Din Syamsuddin dan Simanjuntak tiarap. Tiarapnya mereka adalah mengatur strategi arah politik. Sehabis demo berjilid-jilid yang berakhir dengan pemetaan dan membuka kedok berbagai pentolan Islam, termasuk kecenderungan ideologi, dan aliansi dengan Islam radikal, Muhammadiyah dengan cerdik tiarap. Kenapa?
MUI yang ditunggangi kelompok Islam radikal, yang nota bene NU seperti Ketum MUI Ma’ruf Amin, secara sadar menarik diri dari pusaran Islam radikal dan kembali ke pelukan Islam rahmatan lil alamin. Demo berjilid telah menghasilkan peta bahwa Muhammadiyah lebih dekat dengan Islam radikal karena mendukung aksi-aksi demo bersama FPI, FUI, GNPF yang menelanjangi mereka. NU dengan cerdas memainkan jebakan dengan sebentar melepas Ma’ruf Amin ke gelanggang Islam radikal.
Dengan tidak ada dukungan dari NU, dan MUI maka gerakan Islam radikal hanya memanfaatkan momen G30S/PKI untuk berdemo. Juga untuk kepentingan mereka sendiri Perppu Ormas yang menghancurkan gerakan Islam radikal perusak NKRI seperti HTI dan lain-lain. Praktis mereka telah bangkrut dan putus asa.
Prabowo Tersingkir dari Kancah Politik
UU Pilpres 2019 yang sangat merugikan Prabowo dan SBY sesungguhnya akar strategis penyingkiran Prabowo. SBY sesungguhnya yang diuntungkan. Aliansi semu antara keduanya akan berakhir dengan tersingkirnya Prabowo dari kancah  politik nasional, bahkan dipastikan tidak akan bisa maju menjadi calon presiden.
Perhitungan politik secara apa pun tidak akan menunjukkan kekuatan nyata Gerindra dan Prabowo. Publik tidak bisa menunjukkan kenyataan kekuatannya. Nihil. Tidak ada. Nol besar. Partai? Gerindra kecil. Modal sosial dan prestasi hanya pernah dipecat, malah dituduh menculik segala. Modal uang? Pada 2014 ternyata tidak juga menentukan. Ketokohan? Bukan siapa-siapa sama sekali. Zero dan zonk.
Maka, untuk membuat dirinya naik dan maju ke permukaan, satu-satunya jalan adalah menggunakan politik identitas Islam radikal. Berhasilkah upaya ini? Plan B yakni menggunakan Islam radikal sebagai mitra pun gagal. Kenapa?
Prabowo sebagai wakil nasionalis digiring oleh Fadli Zon menjadi partai yang sama dengan PBB, partai yang sama dengan gerombolan FPI. Prabowo salah dalam menunjuk corong politik bekas PBB, yang ternyata membuat Gerindra dan Prabowo justru tersingkir oleh kekuatan yang mereka jadikan kendaraan politik: Islam radikal.
Naiknya Anies dan Sandi Uno alias ASU di DKI Jakarta yang menjadi wujud kesuksesan kolaborasi dan aliansi Islam radikal dan parpol seperti partai agama PKS, Geri ndra, PAN, dan Demokrat, pun tidak akan menjadikan kelompok Islam radikal dan Prabowo berhasil menjadi penguasa Indonesia. Justru dia kehilangan sebagian besar pendukung yang nasionalis. Ini jelas menghantam dan merusak dukungan kepadanya.
Gambaran survei yang menempatkan Prabowo tetap jauh tertinggal dari Jokowi. Digandengnya Islam radikal justru memunculkan para calon capres alternatif selain Prabowo.  Anies jika dikipasi oleh FPI yang mendukung Demokrat pasti akan membelot dan mengkhianatinya. Dari Demokrat tentu Agus akan didorong nyapres atau wapres. Gatot Nurmantyo dan bahkan Moeldoko pun akan membuat kesempatan Prabowo maju tinggal kenangan. Kenapa?
Karena kini praktis Prabowo hanya ditinggal sendirian dengan Gerindra. Tidak cukup 20/25% angka untuk mengusung capres. PAN, Demokrat, tentu akan mendukung  Agus. Bagaimana dengan partai agama PKS, tentu partai tersangkut korupsi sapi ini lebih nyaman dengan Demokrat yang memiliki banyak duit dan pernah memberi kesempatan mengeruk uang. Partai ini tentu mulai meninggalkan Prabowo.
Kesimpulan Akis Demo 299
Lalu apa kesimpulan aksi demo 299? Kesimpulannya, aksi 299 nomer togel silakan pasang ini, adalah wujud keputusasaan untuk menjatuhkan dan mendelegitimasi Jokowi. Juga selain alat untuk mencari nasi bungkus yang gagal menarik perhatian umat Islam rahmatan lil alamin yang tidak mau dibodohi para pekerja dan karyawan perusahaan demo dan aksi nomor togel.
Dan, yang lebih penting demo ini semakin membuktikan Prabowo memang tersingkir, tereliminasi dari kancah politik Indonesia. Demo dengan kaki tangan Islam radikal ini satu-satunya alat untuk menunjukkan eksistensi Prabowo di kancah politik. Penyebabnya adalah karena munculnya alternative dan konstelasi politik yang menghancurkan Gerindra dan Prabowo.
Ini disebabkan oleh munculnya kesadaran publik dan kalangan politikus bahwa Prabowo bukanlah siapa-siapa, dan dia tidak bisa dijadikan sandaran kekuatan politik lagi. Mereka tidak mau mengulangi kesalahan mendukung pecundang. Demikian the Operators. PS: Tidak perlu dibesar-besarkan semua hal telah diantisipasi dan digembosi. Salam bahagia ala saya.