Cari Blog Ini

Minggu, 30 Juli 2017

Pembangunan Pembangkit Listrik: Bukti Jokowi Ingin Pemerataan Pembangunan


Jokowi saat meninjau infrastruktur listrik di Papua (sumber: tempo)

Selama memimpin dalam tiga tahun belakangan ini, Jokowi sudah melakukan berbagai macam gebrakan. Pada masa kepemimpinannya, ia banyak membangun infrastruktur untuk meratakan kesenjangan antarwilayah di Indonesia. Berbagai sarana seperti pelabuhan, bandara, jalan tol, jalur kereta api, hingga pembangkit listrik dibangun.
Pembangkit listrik contohnya. Saat ini, Jokowi sedang menggalakan pembangunan pembangunan pembangkit listrik di Indonesia. Ia serius ingin membuat kelangkaan listrik di Indonesia dapat teratasi, wilayah yang selalu gelap gulita pada malam hari menjadi terang. Maka dari itu pada bulan Mei 2015 ia mencanangkan program pembangunan pembangkit listrik sebesar 35.000 MW.
Dua tahun kemudian, dari 35.000 MW tersebut sebesar 10.442 MW (29%) sudah masuk tahap konstruksi dan 639 MW sudah beroperasi secara komersial (Commerical Operation Date/COD)
Sementara 7.533 MW sedang dalam tahap perencanaan, 8.217 MW sudah berada dalam tahap pengadaan, 8.806 MW sudah kontrak Power Purchase Agreement (PPA), akan tetapi belum masuk ke tahap konstruksi.
Program pembangunan pembangkit listrik sebesar 35.000 MW ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya ada Fast Track Program (FTP) yakni program listrik 10.000 MW yang terbagi ke dalam dua fase yakni fase pertama pada periode 2006-2011 dan fase kedua yakni pada tahun 2010 hingga tahun 2014. Masing-masing fase menargetkan pembangunan pembangkit listrik sebesar 10.000 MW dalam jangka waktu lima tahun.
Hanya saja hingga tahun 2014, masih banyak pembangkit listrik yang belum selesai. Dayanya mencapai 7.000 MW. Bahkan 34 diantaranya mangkrak. Proyek pembangkit listrik tersebut mangkrak karena berbagai macam alasan seperti karena persoalan lahan, kesalahan saat feasibility studies (FS), kontraktor pemenang lelang kehabisan uang ditengah jalan, perubahan kebijakan APBN, dan sebagainya.
Dari ke-34 proyek mangkrak tersebut, terdapat tujuh belas proyek yang telah dilanjutkan dan sudah ada jalan keluarnya, enam proyek diputus kontraknya lalu diambil alih oleh PLN untuk dilanjutkan, dan sebelas proyek diterminasi alias dibatalkan.
Proyek pembangkit listrik tersebut terdapat lima di Pulau Sumatera, sepuluh di Pulau Kalimantan, empat belas di daerah Pulau Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara, dan lima proyek pembangunan di Kepulauan Maluku dan Papua.
Diantara banyaknya pembangkit listrik yang telah dibangun oleh pemerintah, 37 diantaranya telah resmi beroperasi. Total daya dari ke-37 pembangkit listrik tersebut adalah 743 MW dengan mayoritas berbahan bakar energi bersih.
Selain membangun pembangkit listrik, Jokowi juga memutuskan kebijakan untuk mencabut subsidi bagi pelanggan 900 VA yang dianggap atau masuk ke dalam kategori warga mampu. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengatakan bahwa pencabutan subsidi ini bertujuan untuk mengalokasikan dana dari subsidi tersebut kepada 2.500 desa yang belum menikmati listrik sama sekali dan 10.000 desa yang menikmati listrik ala kadarnya.
Namun sayang banyak saya temui di media sosial, masyarakat yang nyinyir terhadap kebijakan pemerintah ini. Padahal dana subsidi uang dicabut dari mereka ini digunakan untuk membangun pembangkit listrik di daerah-daerah yang belum menikmati listrik ataupun minim pasokan listrik. Sayangnya mereka tidak pernah mengerti maksud dari pemerintah. Ataupun mereka masih juga merasakan sindrom gagal move on karena jagoannya gagal menang Pilpres tiga tahun silam.
Perkembangan terakhir dari megaproyek Jokowi ini sangatlah menggembirakan. Karena dari 35.000 MW yang menjadi target Jokowi, banyak yang sudah masuk ke dalam tahap konstruksi. Menurut data PLN yang dilansir dari detik, 4.090 MW telah masuk ke dalam tahap perencanaan, sementara 1.859 MW telah masuk ke dalam tahap pengadaan, dan sebesar 5.140 MW telah masuk ke dalam tahap konstruksi. Dan 167,5 MW telah beroperasi secara komersial.
Sementara dari data swasta menunjukkan bahwa sebesar 2.880 MW sudah masuk ke dalam perencanaan, 3.496 MW sudah masuk ke dalam tahap pengadaan, sebesar 8.150 MW sudah teken kontrak tapi belum konstruksi, 9.453 MW sudah dikonstruksi, dan 590 MW sudah beroperasi.
Dari pembangkit listrik yang telah beroperasi tersebut, beberapa diantaranya telah diresmikan oleh Jokowi yakni:
  1. Pembangkit Listrik Bergerak – Jeranjang, Lombok, NTB dengan daya 2×25 MW yang telah beroperasi sejak tanggal 27 Juli 2016.
  2. PLB Air Anyir, Bangka dengan daya 2×25 MW yang mulai beroperasi pada tanggal 13 September 2016.
  3. PLB Tarahan, Lampung dengan daya 4×25 MW yang mulai beroperasi pada tanggal 29 September 2016.
  4. PLB Nias, Sumatera Utara dengan daya 1×25 MW yang mulai beroperasi pada tanggal 31 Oktober 2016.
  5. PLB Pontianak, Kalimantan Barat dengan daya 4×25 MW yang mulai beroperasi pada tanggal 8 November 2016.
  6. PLB Balai Pungut, Riau dengan daya 75 MW yang mulai beroperasi pada tanggal 13 November 2016.
  7. PLB Suge, Belitung dengan daya 1×25 MW yang mulai beroperasi pada tanggal 22 November 2016.
  8. PLB Pasir Raya, Medan dengan daya 75 MW dan mulai beroperasi pada tanggal 9 Desember 2016.
Jokowi menjadikan pembangunan pembangkit listrik sebesar 35.000 MW ini ke dalam program utamanya. Ia merasa prihatin karena di Indonesia banyak daerah yang belum dialiri listrik. Jokowi juga mengatakan bahwa selama 71 tahun Indonesia merdeka, negeri ini hanya punya pembangkit dengan kapasitas 53.000 MW padahal wilayah NKRI ini sangat luas maka dari itu ia ingin menbangun pembangkit listrik dengan daya 35.000 MW di seluruh Indonesia.
Selain itu Jokowi juga mengatakan bahwa pembangunan pembangkit listrik dapat menambah stok listrik di Indonesia, sehingga dengan adanya ketersediaan listrik, ekonomi Indonesia bisa lebih cepat pertumbuhannya.
Papua menjadi salah satu daerah yang amat diperhatikan Jokowi, selain membangun jalan Trans Papua yang panjangnya mencapai hampir 5000 kilometer, Jokowi juga membangun berbagai pembangkit listrik untuk menerangi Bumi Cendrawasih. Salah satu rencananya adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) di Jayapura yang diharapkan menambah pasokan listrik di Papua sebesar 50 MW.
Perhatian Jokowi terhadap pembangunan pembangkit listrik di Indonesia sangatlah beralasan. Beliau ingin menerapkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dimana seluruh warga negara Indonesia dapat menikmati listrik dengan baik dan tidak ala kadarnya.
Maka ia mencanangkan megaproyek 35.000 MW yang dinilai sebagian kalangan adalah proyek yang ambisius. Akan tetapi hal itu harus dilakukan karena secara infrastruktur Indonesia sudah tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Adalah hal yang masuk akal melihat masih banyaknya daerah yang belum menikmati listrik dan juga banyaknya proyek mangkrak pada era pemerintahan sebelumnya. Jokowi sudah membuktikan bahwa ia adalah bapak pembangunan yang membangun Indonesia dari Sabang sampai Merauke sehingga tidak ada lagi kesenjangan antardaerah.
Sebagai masyarakat yang menginginkan negara ini lebih baik, maka kita harus mendukung pemerintah untuk menuntaskan janji-janjinya.
Salam satu tanah air Indonesia!!

0 komentar:

Posting Komentar