Cari Blog Ini

Info-bendera-putih

Info-bendera-putih

Info-bendera-putih

Info-bendera-putih

Info-bendera-putih

Jumat, 31 Maret 2017

Ketum MUI soal Aksi 313: Tak Perlu Lagi Demo, Sudah Cukup

http://suaranasional.com/wp-content/uploads/2015/12/Maruf-Amin-600x330.jpg

"Kalau menurut saya, kalau besok itu seharusnya kita sudah tidak perlu lagi demo-demo itu sebenarnya. Sudah cukup. Sudah terdengar keinginan-keinginan itu," ujar Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (30/3/2017).

Dalam pertemuan itu, Ma'ruf mengatakan Jokowi tidak menyinggung langsung soal rencana demonstrasi pada Jumat (31/3) besok. Namun dia meyakini Jokowi telah melakukan komunikasi dengan berbagai pihak.

Dengan komunikasi yang dilakukan oleh Jokowi, diharapkan semua kelompok dapat mendengarkan dan menghilangkan gejolak-gejolak yang ada di masyarakat. "Istilahnya menyapa semua pihak. Yang kita harapkan dengan itu," ucapnya.

Jika nantinya beberapa kelompok masyarakat tetap melaksanakan aksi, MUI berharap aksi tersebut dilakukan dengan santun, tertib, dan isu-isu yang dibawa tidak melebar.

"Apalagi sampai upaya untuk mengganti pemerintahan, itu saya kira itu ngawur itu dan tidak tepat. Sampaikan sajalah kalau besok itu dengan tertib dengan santun, jangan ada ke mana-mana, melebar ke mana-mana," ujar Ma'ruf.

"Negara ini keutuhannya harus dijaga dan tadi itu memang beliau (Jokowi) sangat concern, sangat mengharapkan secara khusus tidak menyinggung demo, tapi saya memang mengharapkan seperti itu," tuturnya. 
 

KH Said Aqil Siroj dan 14 Organisasi Islam Melarang Ikut Aksi 313 dan Tamasya Al-Maidah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg22Bx5o-NHMLUejZOLhKWdwPOABZEGg-PGIzuGYRtg1WTb7eqkcjM7I-yMFfCwSWf4vNEy7_ZwMRxjmFcODv8gvC8Szr3cPUSav2GhxNMUhiw9JK-aIgqhO8336sw-YiRI24Kj7Sl_1c0/s640/kh+said+aqil.jpg

KH Said Aqil Siroj menegaskan 14 Organisasi Islam yang tergabung dalam LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam) melarang anggotanya ikut Aksi 313 di Istiqlal pada hari Jumat 31 Maret 2017.

Alasan utama adalah NU sebagai Garda Terdepan Indonesia memandang aksi 313 sarat dengan kepentingan politik semata, hal ini berbahaya bagi Ukhuwah Wathoniyah (Kerukunan Berbangsa), bukan semata Aksi yang urgent dan penting untuk dilakukan.

Secara tegas KH Said mengatakan bahwa urusan Pilkada ini tidak perlu bawa-bawa Agama, karena rentetan akan sangat panjang dan rawan ditunggangi kepentingan yang merugikan bagi Kebangsaan.

“Jika Aksi ini membawa Allah berkampanye, apa yang akan terjadi jika ternyata yang mengatasnamakan Allah tadi kalah? Atau menang tapi akhirnya tidak amanah?”


Hal ini akan sangat berbahaya jika dibiarkan, oleh sebab itu secara tegas NU dan 13 Organisasi yang tergabung dalam LPOI secara tegas menolak Aksi 313. Selain menolak Aksi 313, Kiai Said juga menolak secara tegas adanya Tamasya Al-Maidah karena hal tersebut menodai Demokrasi.

“Jika tidak suka Ahok jangan pilih Ahok, jika tidak suka Anies jangan pilih Anies!” Pungkasnya.

MUI, NU, Muhammaiyah Satu Suara: Aksi 313, Tidak Perlu!

Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah satu suara menyikapi aksi unjuk rasa 313 yang akan digelar Jumat, 31 Maret 2017 di Jakarta.
KH Ma’ruf Amin, menilai tidak perlu ada aksi massa lanjutan pada 31 Maret 2017 besok – atau dikenal “Aksi 313”. Usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Merdeka hari ini, Ma’ruf mengatakan aksi-aksi demonstrasi sebenarnya tidak perlu lagi.
“Kalau menurut saya, kalau besok itu seharusnya kita sudah tidak perlu lagi demo-demo itu sebenarnya. Sudah cukup, sudah terdengar keinginan-keinginan itu,” kata Ma’ruf di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis 30 Maret 2017.
Kalau memang Jumat 31 Maret besok tetap ada aksi, Ma’ruf meminta agar tertib dan isu yang diusung tidak lari ke mana-mana. Sebab kondusifitas di masyarakat saat ini harus terjaga. Kedaulatan NKRI, lanjut Ma’ruf, harus dijaga oleh semua pihak.
“Saya mengharap dilakukan dengan santun dan tidak ada isu-isu yang tidak tertib atau isu-isu yang melebar ke mana-mana, kemudian pada pemerintahan apalagi sampai upaya untuk mengganti pemerintahan. Saya kira itu ngawur itu, dan tidak tepat,” jelasnya.
Komunikasi Dengan Jokowi
Seperti dilansir Viva. co. Id, Ma’ruf yakin gejolak-gejolak yang mencuat sejak akhir 2016 lalu itu lambat laun akan hilang. Hal itu ia yakini, karena sejauh ini komunikasi yang dibangun Presiden Jokowi menurutnya sudah efektif.
“Sehingga insya Allah kalau menurut saya selesai mendengarkan apa yang dikemukakan Presiden, itu saya kira akan nantinya akan hilang gejolak-gejolak itu. Karena beliau selalu komunikasi dengan kelompok-kelompok ini. Istilahnya menyapa semua pihak,” jelas dia.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PP Muhammadiyah, Abdul Muti, menegaskan bahwa pihaknya tidak terlibat dan tidak mendukung rencana Aksi 313. Karena itu jika ada warga Muhammadiyah yang mengikuti aksi hal itu merupakan sikap pribadi dan merupakan tanggung jawab sendiri.
“Akan tetapi Muhammadiyah menghormati mereka yang melakukan aksi sepanjang sesuai dengan hukum, tidak menimbulkan kerusakan, dan mengganggu ketertiban umum terutama pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta,” kata Abdul.
Memaksakan Kehendak
Secara hukum, rencana aksi 313 tidak ada masalah. Sesuai UU, warga negara berhak untuk menyampaikan pendapat dengan lisan atau tulisan. Akan tetapi, penyampaian pendapat aspirasi dan pendapat secara terbuka di muka umum, melalui media massa, media sosial atau media lainnya harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan sesuai dengan ketentuan hukum.
Menurut Abdul, jika memperhatikan tuntutan agar Presiden Jokowi memberhentikan Ahok sebagai gubernur DKI, rencana aksi 313 dinilai bermuatan politik.
Sebab, secara yuridis tuntutan aksi sulit dipenuhi. Ahok sekarang sedang menjalani proses hukum sebagai tersangka penistaan agama. Walaupun penetapan Ahok sebagai tersangka merupakan proses hukum tersendiri, proses pengadilan tersebut sesuai dengan tuntutan aksi 411 dan 212.
 
Di samping itu, meski berstatus terdakwa, secara hukum Ahok tidak atau belum bersalah karena pengadilan belum memutuskan Ahok sebagai terpidana.
 
Karena itu dia tidak bisa diberhentikan dari jabatan gubernur.
“Yang mungkin dilakukan adalah memberhentikan Ahok untuk sementara dan menunjuk Plt sampai proses hukum selesai atau habis masa jabatan. Atau digantikan oleh wakil gubernur sampai masalah hukum tuntas. Alasannya adalah untuk kemaslahatan dan pertimbangan etik dan etis,” ujarnya.
Melihat realitas dan kemungkinan terpenuhinya tuntutan, kata Abdul, rencana aksi 313 tidak banyak membawa manfaat. Ada kesan rencana aksi 313 selain politis juga memimbulkan kesan memaksakan kehendak.
Kesimpulan
Ini artinya bahwa FUI sebagai penggerak aksi unjuk rasa 313 yang akan dilaksanakan besok adalah berdiri sendiri.
Kita dengar kabar bahwa FPI tidak akan melibatkan diri juga pada aksi unjuk rasa besok dan memerintahkan massa untuk tidak membawa bendera atau simbol kelompok. Namun kita juga tahu siapa dibelakang aksi unjuk rasa 313 ini.
Seperti yang disampaikan oleh Ketua PBNU ketika di wawancara oleh satu stasiun TV swasta, Beliau mempertanyakan “Siapa FUI itu sendiri? Ormas apa? Ormas yang mengatas namakan umat Islam, umat Islam yang mana? NU tidak pernah merasa terdaftar menjadi bawahannya anteknya FUI.
Tidak senang Ahok, jangan dipilih. Tidak senang Anies, Jangan dipilih. Ngapain demo?
Pernyataan Ketua PBNU jelas bahwa organisasi Islam Indonesia tidak mendukung gerakan unjuk rasa apapun alasan dibelakangnya.
 

Kamis, 30 Maret 2017

PBNU Larang Nahdliyin Ikut Aksi 313

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj melarang keras Nahdliyin (warga NU) untuk ikut demo atau aksi yang rencananya digelar atas prakarsa Forum Umat Islam (FUI) pada Jumat, (31/3) di sekeliling Monumen Nasional (Monas) Jakarta.

“Gak usah berdemo. Buang-buang energi, waktu, uang saja,” kata Kiai Said di Lantai 3 Gedung PBNU Jakarta, Rabu (29/3).

Lebih jauh, Kiai Said yang juga menjadi Ketua Lembaga Persahabatan Organisasi Masyarakat Islam (LPOI) tidak mengizinkan warga ormas-ormas tersebut turun pada dalam demo tersebut. 

“Saya adalah Ketua Lembaga Persahabatan Organisasi Masyarakat Islam. Ada 12 ormas (yang tergabung). Ada Al Irsyad, PITI, Mathlaul Anwar, dan lain-lainnya. Warga ormas itu saya larang untuk ikut demo (313),” tegas Doktor lulusan Ummul Qurro University Mekkah itu.

Bahkan ia mempertanyakan status FUI sebagai forum yang mengatasnamakan umat Islam. “FUI itu apa? Ormas apa? Umat Islam yang mana? LPOI tidak berada di bawah FUI. Apalagi NU,” ujar Guru Besar Ilmu Tasawuf ini.

Meski demikian, Kiai Said mempersilahkan orang yang mau demo. Namun ia menyayangkan kalau demo itu digelar dengan mengatasnamakan agama. 

“Yang saya sayangkan adalah (demo dengan) mengatasnamakan agama demi mengalahkan pasangan calon dan menaikkan calon yang didukung,” urai Kiai asal Kempek, Cirebon ini.   

Terakhir, ia mengimbau kepada seluruh umat Islam Indonesia, khusunya Nahdliyin, untuk senantiasa menampilkan wajah Islam yang damai dan sejuk. Serta menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia adalah negara yang beradab, beretika, dan tunduk di bawah hukum.

“Platform negara Madinah (yang dibangun Nabi Muhammad) adalah semua sama di mata hukum,” tegas Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini.

Demo 313 dikomandoi oleh Forum Umat Islam (FUI). Tujuan dari demo itu adalah meminta Presiden Joko Widodo untuk menon-aktifkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama karena ia didakwa telah menistakan agama Islam.   

Rencananya, Aksi 313 ini akan dimulai dengan Shalat Jumat di Masjid Istiqlal. Kemudian peserta aksi akan berjalan menuju Istana Negara untuk menyampaikan tuntutannya kepada Presiden Joko Widodo. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)
 

Soal Aksi 313, Pengamat: Sayang Uang dan Waktu

Pengunjuk rasa dari sejumlah ormas Islam mengikuti aksi 212 di depan Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 21 Februari 2017.
Pengunjuk rasa dari sejumlah ormas Islam mengikuti aksi 212 di depan Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 21 Februari 2017. (Antara/Wahyu Putro A)

Jakarta – Sejumlah elemen organisasi berencana menggelar aksi demonstrasi (Aksi 313) di Jakarta pada Jumat (31/3). Aksi tersebut bertujuan untuk mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberhentikan sementara Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
“Kalau saya jadi Kapolri saya imbau akan saya larang. Sayang uang, waktu,” kata Ketua Nurcholish Madjid Society, M Wahyuni Nafis dalam diskusi bertema Makin Ketat di Putaran Kedua: Kok Masih Main SARA?, di Jakarta, Rabu (29/3).
Menurutnya, Aksi 313 termasuk kegiatan serupa yang berlangsung pada 4 November 2016 (Aksi 411) maupun 2 Desember 2016 (212) tetap bernuansa Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) DKI. “Bagaimana kalau Ahok di pengadilan menang, lalu terpilih juga? Demo-demo besar mau jadi apa itu?” tukasnya.
Ia mengingatkan bahwa berkerumun cenderung memudahkan orang diarahkan pada hal-hal buruk. “Karena begitu mudahnya, kalau itu tidak diperlukan, maka lebih baik dihindari,” tegasnya.
Ia menyatakan, aksi-aksi unjuk rasa berpeluang menjadi kebiasaan. “Jika aksi-aksi semacam 212 hingga 313 berlanjut, jadi satu kebiasaan atau tradisi pengerahan kekuatan,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amin Mudzakir mengatakan, dirinya mendengar informasi bahwa tokoh Front Pembela Islam (FPI) tak akan mengikut Aksi 313. “Nanti yang turun dari tokoh-tokoh FUI (Forum Umat Islam). Ini jelas berkaitan dengan kepentingan pragmatis,” kata Amin.
Ia mencontohkan, kelompok yang menggunakan isu agama dalam Pilgub DKI tidak sungguh serius. “Ini politis berkaitan kepentingan-kepentingan jangka pendek saja,” ucapnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit berharap agar pihak kepolisian dapat mengantisipasi kehadiran massa di Jakarta. “Kalau kita lihat dari aksi 411, 212 enggak bekerja itu ya (polisi). (masyarakat) daerah-daerah tembus ke Jakarta,” katanya. 

Soal Aksi 313, Polisi: Masyarakat Tak Perlu Datang ke Jakarta


Soal Aksi 313, Polisi: Masyarakat Tak Perlu Datang ke Jakarta 
 Foto: Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono/ Rois detikcom

Jakarta - Forum Umat Islam (FUI) kembali menggelar aksi pada tanggal 31 Maret nanti. Sebelum melakukan unjuk rasa di depan Istana Merdeka, massa akan melaksanakan salat Jumat terlebih dahulu di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.

Terkait hal ini, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengimbau agar masyarakat luar Jakarta tidak usah datang ke Jakarta untuk mengikuti aksi tersebut.

"Harapannya tidak usah datang ke Jakarta,kalau mau salat Jumat bisa di masjid masing-masing, sehingga tidak perlu datang ke Jakarta," kata Argo kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (29/3/2017).

FUI telah menyampaikan pemberitahuan terkait aksi 313 ini ke Mabes Polri. Polda Metro Jaya selaku pemegang keamanan wilayah siap mengamankan aksi tersebut.

"Pemberitahuannya ke Mabes Polri. Kita sudah siap semua," ucap Argo.

Rangakaian kegiatan aksi akan dimulai dengan salat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Setelah itu, massa akan melakukan unjuk rasa di depan Istana Merdeka.

Belum diketahui berapa jumlah massa yang akan mengikuti aksi tersebut. Namun Polda Metro Jaya telah menyiapkan personel untuk mengamankan jalannya aksi, termasuk menyiapkan BKO dari Polda lain.

"Kita sudah siapkan personel, yang penting cukup untuk mengamankan unjuk rasa tersebut," ucap Argo.
(mei/rvk)

Jangan Takut Aksi 313, Justru Dalang Aksi 313 yang Sedang Takut Kalah

Aksi 313…

Aksi 313 yang akan diadakan hari Jumat 31 Maret 2017 menjadi sebuah aksi penolakan atas tokoh Pak Basuki Tjahaja Purnama sebagai gubernur. Aksi yang dilakukan adalah menuntut (entah siapa yang dituntut) Pak Ahok untuk turun dari jabatan gubernur.
Prediksi saya, aksi ini akan dihadiri oleh belasan juta warga yang tidak pernah mendengar tentang hasil kerja Pak Ahok dan upaya yang dilakukannya untuk Jakarta. Mereka hanya mendengar dakwah-dakwah dari ulama yang tidak bertanggung jawab dan menggunakan momen pilkada ini untuk mendompleng popularitas mereka.
“Sambil menyelam, minum air. Sambil berkotbah, menyulut api.”
Begitulah kira-kira apa yang dilakukan oleh dalang dan provokator. Mereka tidak berani berdemo sendiri. Buat apa berpanas-panasan untuk melakukan aksi? Dalang-dalang semacam ini merupakan sekumpulan orang yang memiliki masa lalu yang gelap dan tetap ingin dikubur. Mereka takut jika terbongkar masa lalu mereka, banyak hal yang akan merugikan mereka. Maka mereka menggunakan alat yang paling mutakhir dan paling anarkis, yaitu manusia. Mereka akan memenuhi jalan-jalan sekitaran ibukota Jakarta dan akan melakukan aksi tidak jelas mereka. Tentu hal ini akan menjadi perhatian kita semua.
Tidak perlu takut, karena merekalah yang sejatinya pengecut
Untuk aksi 313, tentu warga Jakarta tidak perlu takut, karena ada aparat kepolisian yang (sejauh ini masih) netral di dalam urusan Pilkada. Setelah KPU DKI yang terlihat tidak netral, Bawaslu yang terindikasi menindak kebijakan paslon dengan cara tebang pilih, diharapkan aparat kepolisian Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Pak Tito dapat bekerja profesional.
Dalang aksi ini mulai kehabisan uang, namun sulit jika hal ini dikerjakan dan mendapatkan “restu” dari keluarga “kayu wangi” alias…. Tidak perlu saya sebutkan, karena jikalau terlalu jelas, saya ditembak oleh Petrus. Masih banyak pemikiran saya yang harus saya tuliskan di Seword ini untuk membuka mata-mata buta kalian yang membenci kebenaran dan pemerintahan yang bersih.
Pendukung Anies yang masih belum mengakui kinerja Ahok juga hampir pasti akan ikut meramaikan aksi 313 yang diadakan nanti. Mengapa? Karena ciri-ciri orang takut adalah menggertak. Mereka yang menggertak sebenarnya mereka yang ketakutan.
Membandingkan atlet lempar lembing dan “atlet” lempar batu
Jikalau kita mengetahui ada atlet lempar lembing melempar lembingnya untuk mendapatkan medali emas, pasukan ini tidak akan ragu-ragu untuk melempar batu untuk mendapatkan nasi bungkus dan beberapa lembar uang. Inilah kegagalan kaum bumi datar.
Pasukan pendemo ini memiliki akses untuk melihat olahraga olimpiade melalui siaran di TV (kemungkinan besar MNC TV). Namun mereka tidak pernah memiliki akses untuk sampai ke sana. Maka untuk melampiaskan hasrat melemparnya, mereka melempar batu kepada orang-orang yang selama ini merawat mereka dan menjamin keadilan sosial bagi mereka.
Setelah 100 miliar, masih ada uang yang tidak terbatas, akan keluar dari “kayu wangi”
Orang yang gagal paham, tentu akan melihat aksi 313 merupakan aksi yang paling seru dan paling melimpah nasi dan bungkus-bungkusnya. Orang yang mendalangi aksi ini tentu akan memberikan reward yang terbaik kepada mereka. Setelah 100 Miliar habis, masih ada uang yang akan datang dari keluarga “kayu wangi”, untuk mendukung aksi yang dilakukan 31 Maret 2017 ini.
Lebih berbahaya dari 100 M, uang dari keluarga merupakan uang yang (menurut legenda) tidak akan habis selama 7 keturunan, bahkan untuk puluhan generasi di bawahnya. Jika mereka dapat memenuhi keinginan mereka, tentu dari puluhan generasi, akan menjadi satu dinasti yang paling berbahaya di muka bumi ini.
Ahok itu urusan kecil, urusan besarnya adalah keinginan besar orang-orang lama. Jadi jangan sampai aksi ini menjadi aksi mendorong rezim lama bangkit lagi.
Betul kan yang saya katakan?

Hentikan Provokasi SARA


KPU Jakarta memastikan, Pilkada di ibukota bakal berlangsung dua putaran. Dengan perolehan suara saat ini, pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful serta Anies Baswedan-Sandiaga Uno akan kembali bertarung. Artinya, hawa panas Pilkada belum akan reda di Jakarta.

Salah satu hal yang ramai diperbincangkan akhir pekan lalu adalah spanduk yang terpasang di beberapa mesjid di Jakarta. Isinya, himbauan agar tidak mensalatkan pembela penista agama. Ada juga spanduk yang menulis ‘Penista Al Quran, perusak persatuan bangsa’. Tanpa perlu menyebut nama, semua sudah tahu siapa yang dimaksud.

Munculnya spanduk seperti itu jelas mengkhawatirkan. Belum jelas persis siapa yang ada di belakang munculnya spanduk bernada SARA itu. Namun dengan situasi politik yang belum juga adem, banyak hal bisa dikipasi. Atau lantas dihubung-hubungkan dengan urusan surga dan neraka. Urusan agama kemudian dikait-kaitkan dengan pilihan politik seseorang.

Provokasi SARA harus dihadapi dengan kepala jernih. Jangan sampai kita menggadaikan kewarasan berpikir, juga kebhinekaan Indonesia, untuk soal-soal seperti ini. 
 
Sumber 

Kemajemukan Indonesia Dalam Bahaya, Provokasi SARA Merajalela


Sejak Presiden Jokowi terpilih jadi Presiden RI.. ada fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya di bumi pertiwi ini, yakni: provokasi SARA sistematis, terstruktur & masif. Provokasi ini bertujuan untuk hasut konflik horisontal MEMBENTURKAN etnis & agama di tingkat akar rumput. Dengan harapan bila terjadi konflik horisontal, jadi punya alasan untuk memakzulkan (melengserkan) pakde dari kursi RI 1

1. ISU KOMUNIS PKI
Sejak pasca pilpres, isu kebangkitan “komunis PKI” digendang oleh orang-orang yang pernah berkuasa dengan tujuan untuk hasut sentimen anti pemerintah. Masih segar ingatan kita tempo hari tiba2 viral di media sosial foto ruko berspanduk “kantor sekretariat PKI”, juga foto stiker PKI ditempel di jalanan sebuah kota.
Isu “komunis PKI” ini dihembuskan oleh pihak yang tidak suka PDI-P berkuasa karena takut keturunan Presiden Soekarno balas dendam atas penggulingan pak Karno lewat isu G30S

2. ISU ANTEK ASENG
Isu kedua yang digembar gembor dengan tujuan provokasi kebencian terhadap pemerintah adalah “aseng”. “Indonesia dikuasai Tiongkok” atau jokowi membela taipan 9 naga, Faktanya sejak dulu Indonesia memang sudah DIKUASAI ASING. sejak era Soeharto sampai SBY, asing menguasai setiap sendi Republik ini. Blok minyak dikuasi Konglomerasi raksasa Amerika Chevron, Mobil, Exxon, dkk, dengan bagi hasil yang menyedihkan 90% lebih untuk asing. Freeport dibiarkan MERAMPOK kandungan emas terbesar di dunia.
Perampok BLBI semuanya menjadi KAYA RAYA pada masa rezim ORBA memanfaatkan budaya KKN kolusi dengan pejabat merampok uang negara. Taipan 9 naga yang diributkan karena menguasai hajat hidup orang banyak juga bukan kaya mendadak.. tapi jadi kaya berkat KKN pada era Soeharto

3. ISU SEKTARIAN
Isu sektarian (agama) juga gencar digendang oleh para Elit provokator yang ingin “mensuriahkan” Indonesia MEMBENTURKAN umat beragama di tingkat akar rumput. Tahun 2015 isu “Syiah” digendang habis2an oleh kelompok islam garis keras, padahal yang DISASAR sebenarnya adalah Sunni moderat seperti NU karena NU sangat anti radikalisme & anti terorisme. Lalu insiden bakar-bakaran di Tanjung Balai yang berbau OPSUS (operasi khusus) oknum intelijen yang sangat menyengat. Rakyat Indonesia tidak bodoh.. MUSTAHIL warga setempat bisa keliling kota membakar 10 vihara.. kecuali orang2 terlatih & terkoordinir
4 lafadz “Allah” pada hiasan Natal di hotel Jambi
Berdasarkan foto-foto lama 1 minggu yang lalu, TIDAK ADA lafadz “Allah” pada hiasan Natal tersebut. Ada pelaku provokator yang sengaja modifikasi batuan kerikil hiasan menjadi lafadz “Allah” dengan tujuan menghasut konflik sektarian. Provokasi demi provokasi tiada henti ingin menyulut kemarahan kalangan orang-orang yang mudah tersulut.
 

Polisi: Jangan Perkeruh Suasana Menjelang Pilkada

JAKARTA — Hingga hari Selasa (28/3), polisi belum menerima pemberitahuan mengenai rencana aksi pada Jumat, 31 Maret, atau yang sering disebut sebagai aksi 313. Padahal, pemberitahuan aksi itu perlu agar polisi tahu siapa penanggung jawab aksi dan berapa jumlah peserta aksinya. 
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono sebelumnya, Senin (27/3), mengimbau agar masyarakat cukup melakukan kegiatan di masjid masing-masing. ”Intinya untuk apa sih hal (aksi) seperti itu,” katanya. 
Menurut Argo, pihaknya juga belum mengetahui tuntutan apa yang akan disampaikan pada aksi 313. Polisi terus memantau perkembangan kegiatan tersebut dan mempersiapkan personel yang memadai. 
”Kegiatan politik di Jakarta biar berjalan sendiri tidak usah ditambahi dengan kegiatan yang memperkeruh suasana. Biarkan Pilkada DKI berjalan sesuai aturan yang ada,” kata Argo.
Pelanggaran kampanye
Sementara itu, bidang hukum dan advokasi tim pemenangan pasangan calon Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Badja) menemukan masih ada sejumlah pelanggaran dalam kampanye putaran kedua. Tim akan melaporkan pelanggaran tersebut kepada Bawaslu DKI Jakarta untuk ditindaklanjuti. 
Pantas Nainggolan, anggota bidang hukum dan advokasi tim Badja, Selasa, dalam konferensi pers di Rumah Cemara, Menteng, menjelaskan, sejumlah pelanggaran yang ditemukan antara lain banyaknya spanduk intimidatif, ceramah provokatif, selebaran, hingga aksi pengerahan massa.
Hindari provokasi
Pantas Nainggolan yang juga Ketua Komisi E DPRD DKI itu menyatakan mengimbau agar semua pihak menghindari kampanye yang provokatif dan menggunakan isu-isu suku, ras, dan atargolongan (SARA). Menurut dia, sebagian warga Jakarta saat ini tidak nyaman dengan kampanye provokatif seperti itu. Warga Ibu Kota berharap kampanye putaran kedua dilakukan dengan cara-cara yang lebih elegan dan bermartabat. 
”Kampanye adalah pendidikan politik. Jadi, pasangan calon jangan menggunakan isu SARA,” ujar Nainggolan seusai konferensi pers di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta Pusat. Setiap pasangan calon sebaiknya bermain dengan cara yang elegan, bermartabat, dan tidak menghalalkan segala cara.
Tidak nyaman
Seorang warga RT 012 RW 002 Kelurahan Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Pono (52), menyatakan tidak nyaman terhadap provokasi berbasis SARA. Pono tidak setuju dengan cara menekan warga dalam menentukan pilihan di pilkada. Dia berharap ajakan memilih pasangan calon tertentu dilakukan dengan kampanye bersih. 
Kurniawan (50), pedagang minuman di Kompleks DPR Senayan berpendapat, spanduk provokatif itu tidak baik karena negara Indonesia ini berdasarkan pada Pancasila, bukan negara Islam. Diah Wahyuningsih (30), karyawan swasta di kantor asuransi, berpendapat, spanduk provokatif sangat meresahkan. Pemprov DKI Jakarta sebaiknya mengambil langkah tegas dengan mencopot spanduk-spanduk tersebut.
 

Rabu, 29 Maret 2017

Aksi 313 Siap Dijalankan, Bukti Dikasih Hati Minta Usus

Seperti diketahui, Forum Umat Islam (FUI) bersama dengan beberapa para alumni aksi 212 akan melakukan aksi lanjutan yang dinamakan aksi 313 pada Jumat, 31 Maret 2017 mendatang. Agendanya masih sama seperti yang dulu, menuntut Ahok mundur. Bahkan mereka juga rencananya akan menuntut Jokowi memberhentikan Ahok. Rencananya mereka akan mulai shalat Jumat di Masjid Istiqlal, lalu dilanjutkan dengan jalan kaki ke Monas dan menuju depan Istana, seperti yang dikatakan Sekjen FUI Muhammad Al-Khaththath.

Lho, memang kemana GNPF MUI? Bukankah selama ini mereka yang paling aktif dan rajin melakukan aksi beginian untuk menghentikan Ahok? Kenapa sekarang FUI yang terkesan jadi pelopornya? Oh, iya mungkin ini ada hubungannya dengan beberapa pentolan GNPF MUI yang sedang dilaporkan dan terkena kasus, jadi mungkin tidak berani terlalu unjuk gigi. Ditakutkan nanti kalau gigi terlalu diunjuk, bisa-bisa dicopot.

Orang awam sekali pun dengan gampangnya menebak bahwa aksi ini terkait dengan Ahok. Tuntutan agar Presiden Jokowi memberhentikan Ahok bukanlah barang baru lagi, melainkan sudah basi.
Saya jadi heran dengan aksi ini, kayaknya makin mendekati hari pencoblosan, makin banyak aksi aneh-aneh yang rasanya seperti kurang kerjaan. Tamasya Al-Maidah, dan sekarang 313. Kalau saya prediksi mungkin nanti akan ada lagi aksi 411 (bulan 4 tanggal 11), untuk bernostalgia dengan aksi 411 pada 4 November tahun lalu. Aksi ini juga terlihat jelas sesuai dengan pepatah ‘Dikasih hati minta jantung’. Saya revisi saja jadi ‘Dikasih hati minta usus’.

Jika dipikirkan, aksi seperti ini tidaklah berguna, apalagi hanya karena seorang Ahok. Demi satu orang ini, mereka rela mengerahkan massa sebanyak itu untuk satu tujuan yang sampai sekarang tidak kesampaian. Saya bahkan berani bertaruh, setelah putaran kedua usai, takkan ada lagi aksi model begini. Jangan harap. Ini momennya sangat pas di mana Ahok melaju ke putaran kedua, berstatus terdakawa, dan non-muslim. Ternyata mereka sudah punya amunisi sehingga melakukan aksi ini kembali.

Lucunya, mereka mengklaim ini aksi damai. Khaththath mengatakan, “Pokoknya kita kalau sudah diterima oleh Istana ada pembicaraan yang baik ya kita pulang.” Inikah aksi damai yang dimaksud? Saya malah mencium ada sedikit penekanan di sini. Kalau sudah diterima Istana baru mau pulang? Bagaimana kalau tidak? Apakah tidak akan pulang dan mogok berhari-hari? Inikah yang dimaksud dengan damai? Sungguh lucu dan tidak masuk akal. Ini namanya ada unsur pemaksaan.

Saya masih ingat, dulu ketika kasus Ahok masih panas-panasnya, mereka berkoar-koar supaya Jokowi jangan melindungi Ahok, jangan mengintervensi proses hukum terhadap Ahok. Pokoknya jangan sampai ada kesan bahwa Jokowi melindungi Ahok. Nah, Jokowi menyanggupi itu semua. Bukankah permintaan terhadap Jokowi agar memberhentikan Ahok termasuk mengintervensi proses hukum? Ahok sedang diproses dan sedang disidang? Kenapa masih belum puas dan malah meminta Jokowi ikut campur urusan hukum yang sedang berjalan? Pastinya ini pemaksaan, dikasih hati minta usus. Awalnya minta Ahok diproses hukum, sudah dikabulkan. Lalu tidak puas dan menuntut Ahok ditahan. Sekarang minta Jokowi memberhentikan Ahok. Mau berapa kali meladeni permintaan aneh-aneh orang ini?

Aksi 313 ini memang dari luar terkesan ingin unjuk kekuatan karena menyatukan banyak massa. Tapi saya lihat aksi ini adalah bukti nyata dari ketakutan segelintir orang yang masih takut dengan Ahok. Logikanya, kalau tidak ada kekhawatiran, nggak perlu ada lagi aksi-aksi seperti ini. Justru karena tidak yakin, atau bahkan yakin Ahok makin kuat, dipasanglah amunisi baru buat menembak Ahok, yaitu aksi 313.

Siapa segelintir orang tersebut? Tentunya mereka yang tidak suka dengan Ahok, yang takut Ahok kembali menjabat sebagai Gubernur, yang merasa dunia akan jungkir balik jika Ahok menang. Tidak perlu saya sebut siapa, karena pembaca pasti sudah tahu. Kita sebut saja BUNGA, hahahahaha. Saya juga mau lihat sebesar apa aksi 313 ini, lebih besar dari 212 atau malah makin menciut. Berapa juta orang lagi yang diklaim akan hadir? Aksi 212 katanya saja mencapai 7 juta, katanya, bukan kata saya. Semoga tidak diklaim 7 miliar orang.

Soal Aksi 313, Tim Ahok: Ingin Menebar Kebencian Ulang?

Soal Aksi 313, Tim Ahok: Ingin Menebar Kebencian Ulang? - JPNN.COM
Aksi 313 akan digelar pada 31 Maret 2017, Ilustrasi Foto

JAKARTA - Forum Umat Islam akan menggelar aksi 313 pada 31 Maret mendatang. Mereka menuntut Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diberhentikan dari jabatannya.


Raja Juli Antoni selaku juru bicara tim pemenangan Ahok-Djarot mengatakan, aksi 313 sah-sah saja untuk dilakukan. Terlebih, jika mereka telah mengantongi izin dari pihak kepolisian.

"Saya kira selama aksi itu tidak ‎menebar kebencian, intimidasi, mempromosikan intoleransi, dan mengganggu ketertiban umum yang didefinisikan oleh pihak kepolisian, kami tidak dalam posisi bisa melarang," kata Toni di kawasan Proklamasi, Jakarta, Senin (27/3).

Terkait tuntutan supaya Ahok diberhentikan dari jabatannya sebagai gubernur, menurut Toni, hal itu tidak bisa dilakukan. Lagi pula, dia menyatakan, Kementerian Dalam Negeri sudah menonaktifkan Ahok karena harus mengikuti kampanye‎ dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017 putaran kedua.

"Ya enggak bisa (minta dicopot). Kemendagri sudah punya cara berpikir sendiri, lalu apa yang mau diributkan lagi? Apa ingin menebar kebencian ulang?" ucap Toni.


Sebelum aksi 313, telah digelar aksi 212 dan 411. Aksi 313 akan dimulai dengan salat Jumat di Masjid Istiqlal. ‎Setelah itu, peserta aksi akan melakukan long march menuju Istana Merdeka.

Mendidik Kaum Intoleran

Image result for kaum intoleran

Pemahaman agama kaum intoleran tidak sesuai dengan prinsip peradaban manusia dan cenderung menghancurkan. 

Teriakan-teriakan memecah belah sedang marak terdengar di Indonesia. Sedikit-sedikit ingin demonstrasi, sedikit-sedikit haram, sedikit-sedikit kafir. Kaum intoleran harus belajar makna dari konsep Ketuhanan yang Maha Esa. Agama yang tidak mengakui perbedaan menunjukkan bahwa dirinya tidak memahami teologi agamanya sendiri.

Agama tercipta untuk menunjukkan hubungan manusia dan Tuhan yang diyakini. Semua Agama percaya bahwa Sang Pencipta adalah satu; Sang Pencipta adalah Maha Kuasa; Sang Penciptalah yang menciptakan segala sesuatunya.

Kaum intoleran merasa agama-nya paling benar dan harus memusnahkan penganut agama lain. Pemikiran dangkal seperti ini harus diperbaiki dengan cara memahami segala sesuatu secara logis, pemikiran yang masuk akal. Kaum intoleran harus belajar memahami kehendak Sang Pencipta.

Jika Tuhan memang menciptakan segala sesuatunya, untuk apa Ia melakukan itu? Mengapa Ia tidak menciptakan mahluk yang hanya menyembah Dia. Mengapa Tuhan tidak menciptakan mahluk-mahluk yang serupa dan mengapa Ia menciptakan manusia yang berbeda-beda? Apakah Sang Pencipta adalah seorang Raja yang senang dengan kekerasan, pembunuhan dan perang? Apakah Sang Pencipta adalah mahluk yang haus darah dan senang dengan kebencian, kedengkian dan kekacauan? Apakah hati Sang Pencipta sehitam itu ataukah Ia tidak punya hati sama sekali?

Jika pun Tuhan ingin menciptakan segala sesuatunya berbeda, semua agama mengatakan bahwa Tuhan-nya adalah Maha Besar, Maha Kuasa, lalu tidak cukup kuatkah Ia membakar ciptaan-Nya yang tidak taat? Mengapa Tuhan membiarkan orang-orang yang tidak taat menyembah-Nya tetap hidup berdampingan dengan semua mahluk di bumi?

Bukankah Tuhan yang meletakkan Matahari di atas sana? Bukankah Tuhan yang memberikan nafas kehidupan semua mahluk dan yang mencabut nyawa setiap orang? Lalu mengapa hari ini Ia tidak memusnahkan manusia yang tidak taat kepada-Nya?

Selemah itukah Tuhan kaum intoleran sehingga harus meminta bantuan kepada ciptaan-Nya mengalahkan ciptaan-Nya yang lain? Ataukah pengadilan di bumi lebih berkuasa daripada hukum Surgawi sehingga kaum intoleran harus melaporkan penistaan agama mereka ke hakim pengadilan di bumi, yang juga adalah mahluk ciptaan Tuhan yang tidak terlepas dari dosa?

Semua penganut agama percaya bahwa agama mereka adalah yang paling benar. Tetapi kaum intoleran merasa perbedaan harus diselesaikan dengan pedang. Mereka bergerombol dan berteriak-teriak di jalanan menyebut nama Tuhan. Yang kaum intoleran tidak sadari adalah bahwa diri mereka sendiri pun belum tentu masuk surga sesuai dengan aturan agamanya sendiri.

Tidak ada satu pun agama yang mampu menunjukkan rupa Tuhan yang nyata. Agama lahir dari satu keyakinan akan cerita Tuhan masing-masing agama. Agama diyakini benar berdasarkan iman masing-masing manusia.

Sang Pencipta tidak menampakkan diri kepada manusia. Sikap-Nya menunjukkan bahwa Ia memberikan kebebasan kepada manusia ciptaan-Nya untuk memilih, apakah manusia akan menyembah Dia atau tidak. Dengan demikian prinsip setiap agama menjadi sama. Setiap agama memiliki ukuran orang-orang sucinya, tetapi setiap agama pun memilki para pendosanya. Satu-satunya bagian dari manusia yang tidak ingin Ia kuasai adalah hati manusia, karena itu jugalah agama-agama meyakini adanya surga dan neraka.

Kaum intoleran tidak berhak memaksakan agamanya kepada orang lain karena mereka tidak sanggup menunjukkan bentuk nyata dari Tuhan mereka. Bahkan Sang Pencipta tidak ingin menggunakan kekuatan-Nya yang maha besar untuk merampas hati manusia.

Kaum intoleran boleh hidup menyendiri tetapi tidak berhak mengganggu penganut agama lain untuk menguasai. Seandainya kaum intoleran mampu menunjukkan rupa Sang Pencipta yang nyata, tentulah agama-agama di dunia tidak akan membentengi diri lagi.

Waktu sudah mencatat sejarah panjang untuk dipelajari. Sejarah mencatat bahwa manusia terlalu sering mengatas-namakan agama untuk tujuan politik yang esensinya jauh dari perihal surga dan neraka.

Kaum intoleran merasa hanya agamanya yang boleh menjalani kehidupan di bumi. Mereka merasa pemimpin harus dari kalangan agamanya sendiri. Sikap kaum intoleran seperti ini hanya menunjukkan sifat egois untuk kepentingan mereka sendiri, bukan untuk kepentingan Tuhannya. Dunia ini tidak dipimpin satu agama. Jika dunia hanya boleh dikuasai satu agama, mengapa Tuhan dari agama tersebut masih membiarkan dunia memiliki pemimpin-pemimpin yang berbeda keyakinan?

Merasa benar boleh. Tetapi jika kaum intoleran memaksakan kebenaran sepihak mereka itu, maka agama menjadi salah. Sang Pencipta yang menciptakan segala perbedaan, Ia juga lah yang membiarkan perbedaan itu terjadi sampai sekarang. Mengapa manusia merasa berhak menentukan apa yang harus terjadi di dunia, sementara mereka sendiri tidak sanggup menghadirkan Sang Pencipta yang nyata?

Jika kaum intoleran tidak suka dengan adanya perbedaan, seharusnya mereka menyerang Sang Pencipta; Dialah yang memelihara perbedaan itu.

Kaum intoleran merasa agamanya tertindas dan lalu mengangkat pedang untuk berperang. Dimanakah Tuhan mereka? Apakah Tuhan yang mereka sembah begitu lemah sehingga harus dibela?

Orang-orang beragama memiliki pendirian iman masing-masing. Jika salah satu keberatan dengan teologi agama lain, yang seharusnya dilakukan adalah berdialog. Jika satu tidak mampu menjawab kebenaran yang lain, maka ia hanya punya dua pilihan: tetap pada pendiriannya dengan damai atau menjadi seorang murtad bagi agamanya. Namun jika yang kalah berteologi mengacungkan pedang, maka ia pun tidak sanggup lagi mewakili nama Tuhannya, karena Sang Pencipta bukanlah mahluk yang suka dengan kebencian. Semua agama besar mengatakan demikian.

Kaum intoleran berusaha menjatuhkan agama lain dengan berbagai-bagai cara. Menuduh agamaisasi sementara melakukan hal yang sama. Tidak ingin dibakar tetapi maju untuk meruntuhkan rumah agama lain; maling teriak maling.

Sang Pencipta bukanlah mahluk keji yang licik, Ia adalah Sang Pencipta dari segala sesuatu. Memaksakan kehendak manusia sama dengan meludahi wajah Tuhan. Kaum intoleran harus menyadari bahwa emosi mereka adalah untuk memuaskan diri sendiri, karena Sang Pencipta tidak menghendaki kekacauan, Ia membenci manusia biadab.

TREN TERBARU KAUM INTOLERAN, HOAX MENJADI SARANA DAKWAH




Sungguh sekarang ini benar salah sulit dibedakan. Berita aktual dan hoax campur aduk menjadi satu. Yang terbaru adalah kasus orang yang katanya pendukung Ahok yang dikeroyok 10 orang anggota FPI. Katanya orang ini adalah kader PDIP. Ahok sendiri kemudian menjenguk orang tersebut di rumah sakit.



Tapi ada juga berita yang mengatakan bahwa orang tersebut adalah seorang tukang ojek dan muslim yang taat. Tapi Novel bukan habib pencipta Fitsa Hats malah mengatakan bahwa itu hanyalah perkelahian satu lawan satu saja bukan pengeroyokan. Saat terbukti ada saksi mata kemudian FPI ngeles dan membantah bahwa pemukulan itu dilakukan oleh oknum yang bukan anggotanya.



Anehnya, kemudian beredar foto si korban yang ternyata justru mendukung FPI dan anti Ahok. Dia upload foto sedang membawa pedang untuk mendukung Bibib dan melawan Ahok. Edannya lagi kemudian beredar foto tentang anggota FPI yang berdarah-darah yang katanya adalah orang yang terlibat dalam perkelahian itu. Tapi ternyata itu juga hoax karena sebenarnya foto itu adalah foto anggota FPI yang terluka karena demo rusuh dengan aparat tanggal 03 October tahun 2014 lalu.


Ya ampun ini berita yang bener yang mana sih, masak tumpang tindih semua begitu. Persis berita sebelumnya saat Ulin Yusron disangka Amalia dan Equill disebut sebagai miras atau saat foto korban kebakaran disebut sebagai pembantaian muslim Rohingnya.



Yang hoax dan penipuan kelas dunia untuk membingungkan orang banyak juga ada. Bashar Assad dituduh sebagai pembunuh rakyat tapi juga beredar berita Bashar Assad ternyata dicintai rakyat. Katanya ISIS musuh Amerika tapi juga ada berita ISIS buatan Amerika. Katanya mujahidin Suriah adalah pejuang agama tapi ternyata juga diberitakan bahwa mereka semua hanyalah teroris biadab. Katanya ada ulama ketua GNPF MUI menyumbang rakyat Suriah korban perang tapi nyatanya menyumbang para teroris.


Berita (hoax) terbaru adalah soal Jokowi pakai kalung salib yang ternyata cuma pakai clip on. Juga ada wakil ketua MUI "panutan" umat yang pernah koar-koar “Bunuh, salib, potong dan usir” di tv nasional yang share berita (hoax) soal Al Quran dirobek-robek saat persidangan Ahok tapi lagi-lagi cuma bohongan khas gaya mereka karena ternyata itu juga cuma foto ibu-ibu yang memunguti sampah di jalanan Malaysia, Dulu juga ada menteri dari partai agama yang sebar foto hoax soal pembantaian muslim.


Juga ada "ilmuwan muslim" Zakir Naik yang banyak menyebarkan sains ala hoax. Yang paling ajaib adalah hoax bumi datar yang difatwakan ulama Arab Saudi dan dipercaya oleh mereka. Sungguh ini kemunduran peradaban manusia selama 1000 tahun. Galileo Galilei bisa mati berdiri sambil ngakak denger berita ini.



Entahlah apa yang sedang terjadi di negeri ini dimana hoax, fitnah, kebohongan dan kebencian dianggap sebagai sarana dakwah. Ibarat narasi pembuka film kartun Avatar The Last Airbender, “Negeri kami semula tentram dan damai tapi semuanya berubah saat Negara Sapi menyerang.”



Itulah sebabnya meskipun awalnya saya pendukung PKS (saat masih bernama PK) yang ikut hadir saat deklarasi pendirian cabang propinsi dan kemudian terus berkampanye kepada semua orang bahwa PK adalah satu-satunya partai yang bersih, jujur, amanah dan harapan perubahan bagi negeri ini tapi kemudian berubah 180 derajat menjadi tidak respek semenjak Pilkada DKI 2012, Pilpres 2014 dan Pilkada DKI 2017 dimana hoax, fitnah dan kebencian disebarkan secara masif di medsos dan mimbar-mimbar agama. Ahlul Sunnah wal Jamaah mungkin sekarang sudah berubah menjadi Ahlul Fitnah wal Jamaah. Slogan Rahmatan lil alamin berubah menjadi Fitnatan lil alamin.



Entahlah...... Ternyata jaman sekarang susah jadi orang waras.