Cari Blog Ini

Rabu, 19 Juli 2017

Khilafah HTI Sama Dengan Eksistensi Vatikan: Pak Din Sehat?


Pembaca yang budiman tentu sudah membaca berita mengenai pak Din Syamsudin yang menyamakan HTI dengan eksistensi Vatikan. Bagaimana reaksi pembaca? Kaget? Atau biasa saja?
Bagi yang kaget, sama, saya juga kaget. Kaget karena penyamaan ini dilakukan oleh orang sekelas Din Syamsudin. Salah satu tokoh muslim Indonesia yang sudah pernah ke Vatikan dalam forum dialog antar agama, lintas iman. Bahkan berkali-kali. Tapi gara-gara pernyataan pak Din ini saya jadi bertanya, apa yang dilakukan pak Din di Vatikan? Apa mungkin hanya minum kopi trus rokokan di kafe di sekitaran Vatikan?
Kalau begitu ya jadi wajar kalau pak Din ini tidak paham sama sekali pada apa sih Vatikan itu. Apakah Vatikan ini lembaga atau ideologi tak penting. Yang penting nyruput capucino de italiano, papa. Wes, itu tok. Yang lain tidak perlu diketahui.
Bagi yang biasa saja. Mari saya jelaskan sedikit mengenai hal ini. Agar kita semua kemudian menjadi kaget, kok bisa HTI dengan Khilafah era modernnya disamakan dengan Vatikan oleh pak Din.
Jadi begini; Negara Kota Vatikan, demikian Vatikan biasa disebut. Vatikan berfungi tidak lebih dari sekedar tempat bagi sebuah badan atau lembaga pemersatu umat katolik diseluruh dunia. Jadi umat katolik itu tidak taat kepada Vatikan tetapi kepada Bapa Paus. Paus adalah kepala dari ormasdun (organisasi kemasyarakatan dunia) umat katolik yang mengepalai lembaga yang bermarkas di Vatikan itu. Gampangannya, Vatikan itu rumahnya Paus. Dan Paus itu ikan, eh maksudnya Kepala umat katolik sedunia. Kebetulan saja kalau rumah Bapa Paus itu ada di Vatikan, Roma, Italia, yang juga menjadi rumah bagi para pejabatnya yang 100% klerus atau rohaniwan itu.
Tentu saja pemilihan Vatikan sebagai pusat kekatolikan dunia itu juga dilatarbelakangi oleh sejarah panjang kenapa diputuskan bahwa Vatikan menjadi kota pusat administrasi umat katolik sedunia. Dan mau Vatikan ini di Jawa Barat juga boleh. Tidak begitu penting. Yang penting bagi umat katolik adalah peran dan eksistensi Bapa Paus sebagai penerus dari Rasul Petrus.
Sedangkan Khilafah sendiri adalah ideologi. Ideologi ini bersumber dari ajaran Islam. Tetapi banyak dari para cendikiawan muslim yang tidak sepakat dengan ideologi ini.
Sampai disini jelasnya ya pak Din perbedaan antara Khilafah dan Vatikan. Yang satunya ideologi. Dan yang satunya lagi rumah atau lembaga atau badan.
Yang harus pak Din samakan adalah Islam dengan Katolik, yang sama-sama merupakan agama yang diakui oleh seluruh rakyat indonesia dan dunia.
Jadi kalau anda menyamakan HTI dengan ide Khilafahnya dengan Vatikan, berarti dalam pengertian pak Din bahwa Vatikan itu ideologi. Itu salah pak Din. Salah besar. Percuma bolak balik Vatikan kalau gitu aja kagak ngerti. Vatikan itu negara, pak Din. Bukan ideologi.
Dan Vatikan tidak pernah menawarkan ideologi negara Vatikan kepada setiap pemeluk agama katolik di seluruh dunia, utamanya di Indonesia. Bahwa di negara yang bobrok moralnya harus diganti dengan negara Vatikan yang dirahmati Tuhan. Pemeluk katolik di Indonesia tidak pernah teriak-teriak “Vatikan adalah solusi”. Berbeda dengan HTI yang terus saja memasarkan ide Khilafahnya.
Yang terjadi justru Vatikan “membantu” negara-negara yang dimana umatnya tinggal untuk taat pada pemerintahnya. Taat dengan tingkah laku moral yang baik. Yang mencintai Tuhan yang diimani dan mencintai negara yang ditinggali, dengan memberikan kepada Tuhan apa yang menjadi hak Tuhan dan memberikan kepada negara apa yang menjadi hak negara. Ini adalah dua hal yang dituntut oleh Vatikan agar berjalan beriringan dalam harmoni budaya-sosial setempat dalam negara yang ditinggali.
Sedangkan HTI, dengan sangat jelas menawarkan paham Khilafah dan dengan tegas menolak demokrasi. Yang konsekuensinya adalah menganti ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Ideologi yang telah disepakati oleh para bapak bangsa kita.
Paham Khilafah ini pun tidak jelas dan cendrung sekterian. Artinya paham Khilafah yang menurut mereka saja. Mengapa saya bilang Khilafah menurut mereka. Karena dikalangan negara muslim HT menjadi kanker yang terus ditolak. Arab saudi, Mesir, Turki adalah beberapa negara yang menolak organisasi politik berbaju agama ini.
HT bercita-cita menyatukan umat Islam dalam suatu negara Islam dengan Khilafahnya. Tetapi jika kemudian di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam saja HT ditolak, kita harus kritis bertanya “HT ini ingin menyatukan umat Islam yang mana dan Islam model apa?”
Di Indonesia sendiri ada 13 organisasi Islam yang menolak HTI. Lalu jika NU dan 13 ormas Islam sudah menolak HTI dengan sangat tegas, umat Islam model apa yang masih mendukung HTI dengan dalih melanggar hak berserikat, menciderai demokrasi dan tidak konstitusional?
Ormas yang punya visi dan misi yang sejalan dengan ideologi bangsa indonesia tetap eksis dan berkembang dengan baik. NU dan Muhammadiyah contohnya. Pemerintah memberikan hak berserikat, berdemokrasi tapi sesuai dengan UU dna hukum yang berlaku. Kalau ormas yang sudah menggrogoti ideologi bangsa, sikat saja, musnahkan!
NU dan 13 organisasi Islam yang lurus saja menolak ajaran Islam yang bengkok, berarti yang mendukung HTI adalah umat Islam yang bengkok
Jadi, pak Din, jelas ya beda antara HTI dengan Khilafahnya dan eksistensi Vatikan. Khilafah dan Vatikan sangat bertolak belakang. Dengan tujuan dan fokus yang berbeda pula. Pahami kedua-duanya dengan baik. Karena Khilafah tidak pernah bisa sama dengan konsep ke-vatikan-an katolik.
Khilafah mengandaikan dan mengharuskan penganutnya di seluruh dunia tunduk dan patuh pada hukum syariat. Dan tentu saja hanya hukum syariat yang berlaku di dalam pemerintahan Khilafah. Lalu bagaimana jika penganut Khilafah itu tinggal di negara yang sudah punya hukum dan konstitusi kenegaraan? Jadi tumpang tindih hukum dan aturankan jadinya. lalu pertanyaan lainnya,Khilafah yang bercita-cita menyatukan umat Islam sedunia ini mau berdiri dimana? Punya lahan kosong yang mau dibangun pemerintahan Khilafah?
Berbeda dengan Kepemimpian Paus di Vatikan yang hanya menyerukan agar umat katolik beriman dan bermoral baik, mengimani Tuhan dalam khazanah budaya lokal negara yang menjadi tempat tinggal. Vatikan hanyalah menjadi tempat untuk menjamin orisinilitas iman dalam dogma dan sejarah guna menghindari kesesatan beriman.
Di Indonesia tentu tidak ada ruang untuk HTI dan Khilafahnya. Ideologi Indonesia menjadi pijakan dan pemersatu bagi banyak suku, ras, bahasa, dan tentu saja agama. Dan kekayaan itulah yang menjadikan Indonesia indah. Dan itu sudah paten dan tidak dapat digangu gugat lagi.
100% Islam 100% Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar