Cari Blog Ini

Rabu, 12 Juli 2017

Pakdhe Presiden Menjadi Guru Dunia Pemberantasan Terorisme


Presiden Jokowi bersama Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau dan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Hamburg Messe und Congress, Hamburg, Jerman, Jumat (7/7/2017)

Kehadiran Presiden Joko Widodo KTT G20 ini, memiliki peranan penting yang diharapkan oleh dunia. Dunia telah memahami bahwa Indonesia adalah Negara dengan muslim terbesar di dunia, juga Negara demokrasi terbesar ke tiga di dunia. Sebagai Negara demokrasi terbesar, Indonesia memiliki banyak sekali titik ‘rawan’ terorisme.
Apalagi terorisme yang merajalela dan mengancam dunia sekarang, berbaju keagamaan Islam, maka lengkaplah sudah unsur-unsur terjadinya kekacauan seperti di Timur Tengah, yang jika dibaca dengan kacamata Negara lain khususnya barat. Akan tetapi hal itu tidak bisa terjadi di Indonesia, maka Indonesia menjadi istimewa di mata dunia.
Memang, jika dunia berbicara tentang terorisme dengan Indonesia, harus lebih banyak pasang telinga, bukan pasang kuda-kuda. Negara lain bisa mengatakan perang (dalam makna perang fisik) terhadap terorisme. Tapi di Indonesia, perang terhadap terorisme adalah perang melawan kebodohan, perang melawan ketidakwarasan.
Dalam akun fanpage Presiden Joko Widodo beliau sedikit menjelaskan kepada kita tentang apa yang disampaikannya di hadapan para pimpinan Negara di KTT G20. Beliau mengatakan “Hanya 3 dari 560 bekas aktor teroris di Indonesia yang berkeinginan kembali melakukan aksi terorisme”, demikian adalah buah dari suatu program yang bernama ‘deradikalisasi’.
Kebanyakan teroris yang ada di Indonesia adalah hasil dari usaha tim pencuci otak kelompok radikalis ekstrimis di Indonesia. Maka sangat tepat, program deradikalisasi lebih diutamakan dalam mengatasi terorisme daripada mengambil jalan perang fisik.
Selain dari pada itu, kesadaran tingkat ‘dewa’ yang dimiliki rakyat Indonesia yang sangat memahami kemajemukan kondisi bangsanya, juga menjadi unsur yang paling utama dalam menanggulangi terorisme, tidak menunggu sikap pemerintah. Meskipun beberapa bulan yang lalu, sempat Negara ini dibikin ketar-ketir oleh kelompok semacam itu.
Presiden juga mengatakan, keberadaan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama, juga memiliki peran penting untuk menyebarkan perdamaian dan ajaran Islam yang toleran.
Deradikalisasi adalah bentuk soft power yang memiliki dampak lebih mengena. Sejarah telah mengatakan kerusakan akibat perlawanan dalam bentuk senjata memiliki dampak yang lebih besar, dan reaksi Negara untuk menggunakan kekuatan senjata dalam memerangi terorisme adalah memang diharapkan oleh kelompok radikal tersebut.
Kehadiran Indonesia yang diharapkan dunia untuk turut megambil peran penting dalam pemberantasan terorisme yang merajalela di dunia, ditegaskankan oleh menteri luar negeri Retno marsudi “Presiden sudah diminta untuk bicara sebagai lead speaker untuk isu penanggulangan terorisme (di G20)”, disampaikan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (3/7/2017).
Pada bagian akhir yang ditulis Presiden di fanpage-nya, beliau mengatakan, bagaimana seharusnya G20 berperan terhadap ancaman terorisme:
Pertama; meningkatkan pengawasan terhadap aliran dana kepada jaringan kelompok radikal dan teroris.
Kedua; dengan kemampuan teknologi dan informasi, G20 harus menjadi kekuatan pendorong dalam penyebaran kontra-naratif dengan penekanan pada gerakan moderasi dan penyebaran nilai-nilai damai dan toleran.
Ketiga; mencari solusi akar masalah yang timbul akibat dari ketidaksetaraan dan ketidakadilan dengan memperkuat pemberdayaan ekonomi inklusif.
Keempat; kerjasama dalam bidang pertukaran intelijen, penanganan ftf (foreign terrorist fighters), dan pengembangan capacity building.
Pesan tersebut adalah pesan untuk dunia, kita sebagai warga dunia tentunya harus lebih bangga bahwa pesan itu disampaikan oleh Presiden kita. Sudah seyogyanya kita bersama-sama merasakan bahwa pesan tersebut adalah terkhususkan sebagai intruksi Presiden Joko Widodo kepada rakyat Indonesia. Lalu kita bersama-sama dibelakang Presiden Joko Widodo untuk menjadi guru Negara-negara lain dalam menghadapi ancaman terorisme.
Kalau Pakdhe sudah dianggap guru oleh dunia, lantas adakah alasan lagi untuk kita tidak berdiri samping beliau. Kekacauan yang terjadi hanyalah sebuah akibat dari kesempitan kita dalam berfikir dan bereaksi, yang kemudian menjadi sebab musuh-musuh dapat merong-rong kedaulatan Negara kita.
Saya sangat optimis tidak perlu menunggu lama lagi Indonesia dengan berbagai keunikan kelebihannya, akan menjadi mercusuar perdamaian dunia, dunia akan berguru kepada Indonesia. Maka ayo bersama-sama bertindak sebagai calon guru yang baik, yang rajin belajar dan meluaskan pemikiran dan hati, agar tidak terjerumus pada pemikiran-pemkiran yang cekak.
Ya! Meskipun kita sedikit harus bersabar untuk merelakan derajat intelektual kita turun sementara, untuk menyadarkan kaum bumi datar. Perkiraan saya begitu!

0 komentar:

Posting Komentar