Cari Blog Ini

Kamis, 20 Juli 2017

Menggebuk HTI Lewat Ahok



Ahok adalah fenomenal. Ahok memang pion yang harus dikorbankan. Pengorbanan yang dilakukan oleh Ahok bukan sekedar pengorbanan biasa. Pengorbanan yang dillakukan oleh Ahok akhirnya memelekkan mata hampir seluruh rakyat Indonesia.
Sejak Ahok menjadi Gubernur DKI menggantikan Jokowi, seluruh ular beludak mulai keluar dari persembunyiannya. Ular-ular yang mengatasnamakan agama tertentu. Ular-ular yang mengatasnamakan kemiskinan. Ular-ular yang mengatasnamakan demokrasi dan ular-ular yang mengatasnamakan perikemanusiaan, membela orang-orang yang terpinggirkan.
Demonstrasi besar-besaran terus dikumandangkan untuk melakukan penolakan kepada Ahok. Tanpa dasar yang jelas berbagai organisasi yang berafiliasi dengan agama tertentu berupaya merongrong dan menjatuhkan Ahok.
Bukan Ahok sebenarnya yang hendak dijatuhkan mereka tetapi adalah Jokowi, Presiden Republik Indonesia yang terpilih oleh rakyat Indonesia. Jokowi dan Ahok dianggap sebagai orang-orang yang akan menghambat pergerakkan beberapa ormas tertentu untuk memaksakan kehendaknya.
Tapi apa boleh dikata, Jokowi akhirnya terpilih secara aklamasi sebagai Presiden RI. Melalui Ahok, Jokowi berhasil memancing keluar para ular beludak yang selama ini sembunyi-sembunyi melakukan pergerakkannya.
Salah satu ormas yang secara terang-terangan melakukan perlawanan terhadap Negara Indonesia adalah HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). HTI telah banyak ditolak oleh beberapa negara untuk tinggal dan melakukan pergerakkan apapun. Uniknya di Indonesia justru HTI bisa disahkan oleh Kemenkumham pada tahun 2014.
Mengapa HTI yang jelas-jelas sudah ditolak oleh beberapa negara tetapi di Indonesia disambut dengan tangan terbuka bahkan disahkan oleh Kemenkumham pada tahun 2014 ? Hanya Kemenkumham yang tau mengapa HTI diberi ruang di Indonesia.
Ketegasan dari pemerintah Jokowi akhirnya berhasil membubarkan HTI. Setelah dibubarkan HTI merespon dengan melakukan perlawanan melalui pengadilan. Pengacara yang mereka sewa adalah pakar tata negara Yusril Izha Mahendra.
Banyak organisasi dan masyarakat yang pro dan kontra pembubaran ormas HTI ini. Mereka yang pro diduga adalah mereka hendak menggunakan kekuatan ormas HTI ini untuk kepentingan politiknya terkait Pilkada tahun 2018 dan Pilpres tahun 2019.
Keberhasilan merebut DKI Jakarta dengan cara yang tidak elegan dan mengatasnamakan agama adalah satu contoh konkrit. Keberhasilan ini hendak ditiru oleh orang-orang yang haus akan jabatan dan kekuasaan.
Setelah HTI dibubarkan, banyak orang yang merasa dirinya politikus tampak lemas. Hal ini dikarenakan praktis tidak bisa mengusung agama dalam proses Pilkada dan Pilpres lagi.
Melalui kasus Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta, Jokowi berhasil memancing ular beludak dari semak-semak muncul ke permukaan. Ketika mereka sudah muncul ke permukaan, Jokowi yang dilengkapi dengan Perpu no. 2 tahun 2017 tinggal menggebuk mati para ular beludak ini.
Pembubaran HTI akhirnya memaksa ormas lain yang bertentangan dengan Pancasila untuk kembali tiarap kehabitatnya yaitu semak-semak, hahahahahaha…..
Sungguh Jokowi sangat piawai dalam perpolitikkan di Indonesia. Jokowi sangat piawai dalam bermain mematikan pergerakkan orang-orang yang berseberangan dengan Nawacita yang didengungkan oleh Jokowi.
Patut disyukuri, keberadaan Ahok dan Jokowi sedikitnya banyak membuka banyak mata rakyat Indonesia mengenai perilaku para politikus, pejabat rakus, mantan pejabat yang hendak merongrong, menjual Indonesia tanpa memperdulikan harga diri bangsa Indonesia.
Melalui Jokowi dan Ahok masyarakat Indonesia semakin berani menyatakan pendapatnya, melakukan perlawanan terhadap birokrasi yang korup, pejabat yang korup dan bersatu mematikan organisasi yang bertentangan dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Salam ular beludak, kasus ditutup

0 komentar:

Posting Komentar