Dok. Istimewa
Dok. Istimewa
Setelah terbongkarnya komplotan Saracen, Jonru dan sejumlah Kordinator Lapangan medsos kubu sebelah kepanasan sebab mereka sadar betul bahwa penyebaran hoaks dan ujaran kebencian adalah tindakan pidana, jika mengacu pada Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Mulai mereka ramai-ramai membuat tembok pertahanan dengan menerapkan strategi menggiring arus, padahal publik sadar betul bahwa siapa yang dimaksud dengan penyebar SARA selama ini. Jelas memang dengan adanya provokasi di media sosial  dengan menyudutkan pemerintah dengan sebutan “PKI, Anti Islam” hingga politisasi shalat jenazah adalah mereka.
Upaya penggiringan arus ini jelas terlihat dari sikap Jonru yang panik dan kepanasan, dalam beberapa hari terakhir pasca terbongkarnya komplotan Saracen Jonru melakukan klarifikasi “berekor”, yang dimaksud dengan klarifiikasi berekor ini adalah cara penyampian klarifikasi dengan mempertahankan diri tanpa berkaca dan terkesan maling teriak maling.
Jonru panik lalu menggiring orang-orang tidak waras dengan berbagai opininya yang cacat logika, ia mulai menulis “Saracen teriak Saracen”, lalu kemudian ia kehabisan akal dan mulai menggunakan pendekatan “Cocoklogi”, yang merupakan sebuah pendekatan dengan memaksa atau sekadar mencocokan saja.
Jonru kemudian menulis di Facebook Jonru Ginting bahwa “Ternyata SARACEN adalah singkatan dari SARAngCEboNg”. Nah, disini letak ketidakwarasan Jonru selama ini, Jonru dengan sendirinya mengakui bahwa dirinya juga bagian dari Saracen dengan berbagai cuitan yang terlihat sangat intens dan berfokus pada isu Saracen.
Panik sangat panik, itu mungkin gambaran konndisi mereka saat ini, bagaimana tidak panik jika pasukan khusunya (Saracen) sudah tertangkap, manuver kembali dilakukan dengan mengandalkan berbagai akun palsu.
Belakangan, muncul akun @plato_id yang menjadi perpanjangan tanngan guna membuka kepanikan sendiri, ia mengaku bahwa telah membongkar siapa sebenarnya Saracen dan Otak dibalik Saracen serta siapa yang membiayai Saracen ini. Tentunya pula meraka harus mencari celah untuk bisa membuat perthanan.
Nah, ternyata mereka melihat bahwa isu Utang Luar Negeri (ULN) yang dikaitkan dengan era Jokowi masih seksi untuk menjadi batu tapal dalam menggiring arus. Akun @plato_id pun mulai bernyanyi bahwa  Saracen sebenarnya dirancang untuk menutup-nutupi pemberitaan Hutang Negara agar Rakyat tidak tahu dan juga agar menutup-nutupi korupsi Rezim Jokowi agar tidak terendus oleh Rakyat.
Tak hanya itu, akun @plato_id tampaknya paham dengan bagaimana caranya agar publik percaya dengan karang bebas yang mereka lakukan ini, maka mulailah mereka mengaitkan hal ini dengan sosok Sunny Tanuwidjaja. Berikut isi nyanyian @plato_id atau Intelektual Purba.
“saracen yg di bentuk cyrus network dibiayai sunny mantan tsk reklamasi | Sumber biaya sinar mas atas persetujuan pak jokowi | *infovalid” Bongkar Akun @plato_id di akun Twitternya yang bernama Intelektual Purba.
Parahnya, mereka mulai merangkai cerita ala cerinta pendek siswa Sekolah Dasar bahwa akhirnya Sunny meminta kepada sang Donatur agar kasus tersebut tidak mengarah ke dirinya.  Lucunya pula ternyata berita ini adalah berita palsu kelas kacangan bahkan refrensi yang mereka kaitkan dengan salah satu media nasional ternyata adalah berita lain yang sama sekali tak mencantumkan apa yang mereka paparkan di atas.
Cara mereka ini semakin menandakan bahwa mereka panik dengan terbongkarnya pasukan khusus mereka yang bernama Saracen, sehingga secara otomatis masyarakat akan menyadari bahwa ujaran kebencian yang di produksi oleh Saracen adalah bagian dari komplotan Jonru dan seterusnya.
Olehnya itu mari kita secara masif melakukan edukasi melalui tulisan-tulisan untuk mengembalikan kembali kewarasan publik yang selama ini sudah menjadi korban dari virus yang bernama Saracen dan Jonru dan komplotannya.
Sebab sadar tidak bahwa ujaran kebencian adalah benih dari aksi intoleran yang dapat memicu konflik horizontal, menyuburkan radikalisme, bahkan aksi-aksi terorisme atas nama agama, virus seperti ini ujaran kebencian ala Saracen dan Jonru adalah sejenis virus yang mempunyai kinerja yang hampir mirip dengan HIV dimana ia menyamar sebagai pertahanan tubuh lalu kemudian ia mengusai tubuh.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan agar  Polri terus mengupas tuntas jaringan lain yang menyebarkan ujaran kebencian dan hoaks di media sosial bahkan sampai pada panglimanya, dan Polri juga harus bekerja keras untuk menelusuri  Jonru dan Komplotannya, sebab selama ini mereka  memakai jubah kemanusian guna menambah manis pola dan strateginya.