Cari Blog Ini

Sabtu, 26 Agustus 2017

Jelang Pilpres 2019, Saracen Lain Akan Menjamur, Pemerintah Harus Berani Ambil Opsi Ini

Sepertinya tidak lelah membahas sindikat sinting yang satu ini. Aksinya yang luar biasa memalukan akhirnya tercium oleh kepolisian dan berbuntut 3 orang ditangkap. Ini berita yang cukup mengejutkan sekaligus kejadian yang membuka mata kita hingga selebar-lebarnya. Tenyata selama ini mereka tukang sebar ujaran kebencian berbau SARA, dengan bayaran puluhan juta Rupiah.
Saracen juga dikabarkan memiliki struktur organisasi dan dua nama terkuak ke publik meski mereka menepis dan salah satunya mau melakukan tuntutan atas fitnah ini. Sepertinya benar prediksi saya, banyak yang menjadi cacing kepanasan. Sindikat sebesar itu, pastinya memunculkan satu pertanyaan yang sangat ingin diketahui publik.
Siapakah dalang atau pemesan atau klien Saracen? Jika diketahui ada proposal yang menyebutkan honor puluhan juta untuk paket SARA, harusnya ada yang memesan bukan? Ada supply karena ada demand. Ada penawaran karena ada permintaan. Dari manakah permintaan tersebut? Satu yang bisa disimpulkan, yaitu mereka yang berseberangan dengan pemerintah.
Isu PKI (isu tergoblok yang pernah saya dengar) adalah salah satu contohnya. Isu ini begitu gencar disuarakan untuk menjatuhkan wibawa pemerintah. Padahal sampai saat ini belum ada buktinya. Isu utang yang kian bengkak dan dibuat seolah negara sedang darurat dan akan dijual. Belum lagi isu Jokowi anti Islam dengan memanfaatkan isu perppu ormas, isu pemerintah diktator, otoriter, tukang kriminalisasi, tukang mengekang kebebasan berekspresi. Ini benar-benar sinting. Saya tak tahu apakah Saracen juga berada di balik ini semua. Jika benar pun, bukan sebuah keanehan.
Seperti yang saya katakan di artikel sebelumnya, bisa jadi ini adalah bibit yang sengaja ditanamkan agar bisa dipanen pada 2019 nanti. Tapi syukurlah, belum sempat matang, pohonnya sudah dicabut duluan. Setidaknya mereka gagal panen. Siapa pun orangnya, hanya satu yang bisa dipastikan yaitu mereka adalah orang yang berkepentingan. Akan tetapi aktor intelektualnya masih belum diketahui atau memang sudah diketahui tapi belum ada bukti.
Selama aktor intelektual atau biang keroknya belum dibasmi, sindikat lain yang mirip Saracen akan terus berjamur. Apalagi menjelang Pilpres 2019, tumbuhnya makin lebat sesuai besarnya demand dari pihak-pihak yang berkepentingan ini. Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP Charles Honoris juga yakin ada jutaan akun media sosial dan puluhan ribu situs yang siap menyebarkan konten hoax dan kebencian saat Pilkada dan Pilpres berlangsung.
Percuma saja kalau biangnya tidak diberi pelajaran, membredel sindikat semacam Saracen takkan memberikan dampak. Mereka pasti akan menemukan Saracen-saracen lainnya yang akan tumbuh seiring dengan adanya permintaan pasar. Ibarat sebuah pohon, Saracen hanyalah buah busuk, sedangkan aktor intelektualnya adalah akar. Percuma saja mencabut buah busuk kalau tidak mencabut akarnya hingga tuntas. Tanpa mencabut akar, buah busuk akan terus tumbuh. Dengan prinsip mati satu tumbuh seribu, Saracen lain pasti akan lahir dan proses pemberantasan hanya mirip kejar-kejaran kucing. Takkan selesai.
Obat paling manjur ya basmi akarnya. Simpel tapi kadang tidak mudah apalagi kalau misalnya ada nama besar di balik ini semua. Tapi setidaknya pemerintah punya kartu dan di atas angin. Tapi kalau aktornya berhasil dibungkam apalagi disingkirkan, demand terbesar akan menurun drastis dan supply akan ikut turun. Kalau pun tidak bisa menyingkirkan hingga bersih, setidaknya bisa membatasi gerak para biang kerok ini. Minimal gerakan mereka sudah terbaca.
Para biang kerok ini sudah mencederai negara ini dengan memanfaatkan hatespeech dan SARA yang sebenarnya berpotensi memecah belah bangsa. Tapi apa daya, mereka sudah buta mata dan hati, apa pun mau dilakukan demi ambisi dan kepentingannya. Menggadaikan persatuan dan keharmonisan masyarakat demi nafsunya. Benar-benar edan.
Tak mampu bersaing secara sehat, sehingga terpaksa menggunakan cara-cara keji seperti ini untuk menyerang pemerintah? Dengan menggunakan senjata SARA yang berpotensi menimbulkan konflik horizontal? Bukankah itu alasan yang cukup kuat untuk memberi pelajaran keras pada mereka? Sepertinya bukan perkara sulit bagi pihak berwenang untuk menemukan siapa yang terlibat di balik layar.
Kalau sudah menemukan aktor intelektualnya, berarti pemerintah sudah memegang bom atom. Tinggal menunggu apakah bom tersebut akan dijatuhkan atau tidak. Kalau akhirnya dijatuhkan, ledakan ini 100 persen membuat aktor intelektual hangus tak dikenali. Sebuah ledakan paling dahsyat yang membuat mereka kapok sekapok-kapoknya dan melambaikan bendera putih. Sekaligus membuat yang lain pikir-pikir sebelum menggunakan cara busuk ini untuk kepentingannya.
Itu obat paling manjur, semuanya pasti rontok, hangus dan rata dengan tanah. Masalahnya apakah ini akan dilakukan kalau memang pelakunya sudah ketahuan? Kalau tidak diberi pelajaran keras, aktor intelektual ini takkan kapok. Harus ada terapi syok dengan kekuatan jutaan megawatt, supaya mereka kejang-kejang hingga tak mampu bergerak lagi.
Bagaimana menurut Anda?

0 komentar:

Posting Komentar