Cari Blog Ini

Kamis, 17 Agustus 2017

Kurikulum 2013 Senjata Pamungkas Lawan Radikalisme dan Ide Negara Khilafah

Edisi revisi Kurikulum 2013 mulai diterapkan secara nasional pada tahun ajaran 2017-2018. Keputusan ini sangat menggembirakan bagi segenap stakeholder pendidikan. Di tengah kegalauan dan ketidakpastian penerapan kurikulum  di Indonesia. Edisi revisi Kurikulum 2013 hadir untuk menjawabi ketidakjelasan penerapan  sistem pendidikan sekaligus menjawabi kebutuhan kaum akademisi. Dunia pendidikan di Indonesia kembali berpikir ulang dan meramu sistem pendididikan yang selaras jaman. Hasilnya kurikulum 2013 mulai diterapkan pada peserta didik baru tahun ajaran 2017-2018. Satu pertanyaan penting berkaitan dengan penerapan kurikulum 2013 ini apakah benar-benar menjawabi tuntutan kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini isu penting yang menjadi tanggung jawab bersama adalah semakin maraknya gerakan radikalisme dan keinginan membangun   negara khilafah. Tulisan ini berangkat dari keprihatinan yang mendalam penulis berkaitan dengan kondisi republik ini yang mulai digerogoti oleh paham radikalisme dan keinginan membangun negara khilafah. Setidak tidaknya ada dua berita penting untuk melukiskan keadaan Indonesia saat ini. Selengkapnya berita dari Kompas.com menjadi dasar kita untuk menilai ke arah mana NKRI ini akan berlabuh.
Masuknya paham radikalisme di dunia pendidikan menjadi keprihatinan banyak pihak, karena dapat memunculkan tindakan intoleransi pada para pelajar.
Direktur Peace Generation Irfan Amalee mengungkapkan indoktrinasi paham radikal itu dilakukan dalam berbagai cara. Maka dari itu, peningkatan pemahaman baik guru dan siswa akan bahaya radikalisme menjadi penting untuk menangkal perkembang-biakannya.
Menurut Irfan, ada beberapa narasi dalam perekrutan kelompok-kelompok radikal yang harus dipahami oleh guru dan siswa. Pertama, kelompok radikal biasanya menggunakan narasi politik.
“Buat anak-anak yang galau itu mereka melihat ketidakadilan, itu mereka langsung terpanggil untuk jihad,” kata Irfan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (2/5/2017).
Kedua, kelompok radikal juga menggunakan narasi historis. Menurut Irfan, ini juga perlu diperhatikan oleh para pendidik dalam pendidikan sejarah.
“Karena pendidikan sejarah itu bisa saja bukan membangkitkan wisdom, tetapi justru membangkitkan dendam,” imbuh Irfan.
Ketiga, narasi psikologis, atau mengglorifikasi tokoh-tokoh kekerasan sebagai pahlawan. Keempat, instrumental naration atau menganggap kekerasan itu sebagai solusi memecahkan masalah.
Terakhir adalah narasi keagamaan atau menggunakan ayat-ayat untuk merekrut anggota baru kelompok.
“Mereka mencomot, ambil sana-sini sepenggal ayat, kalau anak-anak membaca itu, dan gurunya tidak paham, bisa kalah gurunya. Semakin ingin anak bergabung dengan kelompok radikal. Dan ini cara (perekrutan) yang paling efektif,” ucap Irfan.
Selanjutnya berita dari Tempo.co menjelaskan tentang keberadaan organisasi masyarakat yang ingin membawa negara ini ke arah khilafah. Sekurang kurangnya petikan ini menjadi dasar pemahaman kita, seperti apa wajah Indonesia saat ini yang mulai dibelokan ke arah khilafah.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Setyo Wasista, mengatakan lembaganya telah mengantongi sejumlah alat bukti mengenai kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang diduga bertentangan dengan Pancasila dan mengancam keutuhan negara. Salah satunya, kata dia, berupa bukti rekaman kegiatan dakwah HTI di sejumlah universitas yang mengusung ide membangun khilafah di Indonesia”.
Dua berita penting di atas menjadi acuan penulis untuk coba mencari hubungan kausalitas antara penerapan kurikulum 2013 dengan keadaan bangsa saat ini. Asumsi dasar yang mau dibangun dalam tulisan ini berupa adakah dampak penerapan kurikulum 2013 mampu  membentengi NKRI dari gigitan pengaruh radikalisme dan ide negara khilafah.
Karateristik kurikulum 2013: Siswa aktif  belajar dan warna empat pilar Kebangsaan ditonjolkan
Setelah melewati diskusi yang panjang akhirnya KEMDIKNAS berhasil mereview kurikulum 2013. Ada beberapa keunggulan penting yang mau dihadirkan dalam kurikulum ini. Pancasila sebagai suatu filosofis  ehidupan bangsa senantiasa menginspirasi ide dasar pengembangan kurikulum. Kurikulum  membentuk manusia Indonesia yang: a. beragama dan menghormati agama lain, b. cinta bangsa, tanah air, dan negara memiliki kepedulian untuk mengembangkan kehidupan kebangsaan, sosial dan ekonomi yang berkeadilan, d. demokratis yang mampu menghargai pluralisme sosial dan budaya, e. mampu berkontribusi untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang bermartabat dan saling menghargai, f. membangun masyarakat yang berkeadilan sosial. Kurikulum mengembangkan sikap, pengetahuan, dan  keterampilan yang menempatkan budaya Indonesia sebagai dasar  pengembangan pendidikan Indonesia yang mampu dan bermanfaat untuk mengembangkan kualitas manusia.
Dilihat dari penjabaran teknis di atas jelas sekali bahwa penegakan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia menjadi napas yang menghidupi kurikulum ini. lewat kurikulum 2013 ini setiap manusia Indonesia diharapkan memiliki semangat cinta tanah air, patriotisme yang tinggi, menerima keberagaman sebagai aset bangsa, memiliki etos kerja yang tinggi, berpikir kreatif dan inovatif, jujur dan bertanggung jawab. Kompetensi yang dimiliki manusia Indonesia tentu saja menjadi aset penting yang harus dikembangkan dan ditingkatkan demi perkembangan dan kemajuan bangsa. Jika seluruh masyarakat Indonesia sudah memiliki kompetensi ini, bukan hal mustahi lagi untuk mengatakan  Indonesia menjadi negara maju. Grand design dalam kurikulum 2013 ini mesti didukung dengan penuh kesungguhan oleh semua praktisi pendidikan, mulai dari kepala sekolah, guru-guru, peserta didik itu sendiri dan masyarakat. Kesungguhan dalam menjalankan kurikulum ini sudah pasti akan mematikan ruang gerak radikalisme dan keinginan untuk membangun negara khilafah.
Empat pilar kebangsaan versus radikalisme dan ide negara Khilafah
Ancaman terhadap NKRI, Pancasila dan UUD 1945 saat ini bukan hanya sekedar fenomena sesaat saja. Boleh dikatakan gerakan yang mau menggeser Pancasila dan UUD 1945 sudah mulai dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif. Meminjam perkataan Prabowo sewaktu menggugat kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2014, gerakan radikalisme dan ide membentuk negara khilafa sudah pasti dilakukan secara struktur, sistematis dan masif. Beberapa indikator yang mengarah pada gerakan radikalisme adalah pada saat  perhelatan Pilkada DKI, Ahok diserang bertubi-tubi karena latar belakang agama yang berbeda dengan agama mayoritas penduduk Jakarta. Larangan memilih pemimpin non muslim, dan masih banyak lagi kegiatan antipancasila yang menjadi cerita yang menghiasi kehidupan berbangsa dan bertanah air Indonesia. Semuanya itu tidak terlepas dari keberadaan ormas-ormas radikal yang sudah terangan-terangan melancarkan aksinya.
Beruntung Indonesia saat ini dipimpin oleh Jokowi. Segala bentuk kegiatan yang mengarah atau melenceng dari empat pilar kebangsaan akan “digebuk” Jokowi. HTI sudah dibubarkan dan sebentar lagi ormas radikal lainnya mengalami hal serupa, akan dibubarkan. Tentu ketegasan sikap pemerintahan Jokowi saat ini menjadi jaminan yang melegakan semua komponen bangsa. NKRI, Pancasila dan UUD 1945 dan kebhinekaan mesti tetap tegak berdiri di tanah air ini.
Kurikulum 2013: Salah satu strategi penghalau Radikalisme dan ide negara Khilafah
Peran dunia pendidikan terhadap perubahan dan kemajuan suatu bangsa tak dapat dipungkiri lagi. Hal ini disadari betul oleh pemerintahan Jokowi. Justru Presiden Jokowi menegaskan supaya sistem pendidikan di Indonesia seharusnya bisa menjawabi kebutuhan tenaga kerja dan menjawabi kebutuhan real dalam kehidupan berbangsa. Selain memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta didik,  kurikulum 2013 edisi revisi ini sangat menekankan pembentukan karakater peserta didik yang mumpuni.  Penguatan pendidikan karakater akan menanamkan semangat nasionalisme,integritas, mandiri, gotong royong,religius pada bagian awal KBM; kegiatan inti KBM; kegiatan akhir KBM.
Penulis sangat yakin keberadaan kurikulum 2013 ini menjadi sarana utama bagi pemerintahan saat ini untuk merevitalisasi peran dan fungsi empat pilar kebangsaan. Kurikulum 2013 diharapkan mampu membawa perubahan cara berpikir sempit dan primordialisme yang kaku. Sangatlah penting mengutip apa yang dikatakan oleh Yenny Wahid, puteri Mantan presiden  Gus Dur bahwa di belahan dunia lain, orang sibuk bagaimana cara menanam padi atau jagung di bulan, kita masyarakat Indonesia masih sibuk berdebat siapa Tuhan yang paling benar di bumi ini. Marilah kita sukseskan penerapam kurikulum 2013!!
Salam cerdas….
http://nasional.kompas.com/read/2017/05/02/15444221/radikalisme.menyusup.ke.dunia.pendidikan.ini.lima.modusnya.

0 komentar:

Posting Komentar