Yang anti pancasila wajarlah kalau kena
gebuk, jauh hari bangsa ini sudah berbicara tentang keragaman atau
pluralitas, dalam keberagaman ini Pancasila menjadi perekat, maka
Bhineka Tunggal Ika bagaimana pun argumen yang disodorkan untuk
mengobok-oboknya tak terbantahkan, bahkan dengan mazhab-mazhab filsafat
yang dijagokan, bukan sombong sih, karena Pancasila adalah rumusan yang
sudah ada dalam jati diri kemanusiaan, Pancasila sudah ada dalam
nilai-nilai fitrah kemanusiaan sebelum ia diumumkan menjadi ideologi
negara Republik Indonesia. Maka ketika ada yang keberatan atau ingin
mengubah pancasila, sebenarnya ia sedang ingin lompat ke jurang yang
paling dalam, atau nyebur ke sungai atau laut dan tidak muncul-muncul.
“Daeng, tapi itu Perppu bisa berbahaya?,
sifatnya otoriter, dan lebih berbahaya dari penjajahan Belanda?” kata
teman yang langsung masuk tentang Perppu, padahal isinya saja belum
dibaca dan hanya ikut-ikutan pada opini yang berkembang tanpa kroscek
dan mendalaminya, ternyata apa yang disampaikannya mirip dengan yang
saya baca dipemberitaan tentang pernyataan Prof. Yusril, mungkin karena
beliau termasuk salah satu pakar, dan sepertinya tidak setuju dengan
Perppu Ormas yang baru saja diterbitkan, bukan cuma beliau, ada juga Cak
Nun?, bisa dicek dulu lagi, siapa tahu saja pernyataannya yang masih
perlu ditafsirkan, soalnya orang pintar itu ketika mengeluakan
statement, kadang harus direnungkan dulu, dan kalau terlihat berbeda
tentu ada alasannya, dan mungkin saja ada manuver-manuver lain yang
sedang dimainkan. Who knows kan?, namun apapun argumentasi
seseorang, peran akal sehat apalagi didukung fakta-fakta haruslah
menjadi alat yang bisa membedakan mana yang sesuai dan mana tidak, dan
kalau njelimet, tarik nafas saja dan keluarkan perlahan-lahan agar
plong. Begitu?
Tapi kalau Perppu Ormas dituding sebagai divide et impera
atau upaya pemecah belah umat islam dan bangsa, apakah sudah dikaji
isi-isinya?, dan apakah sudah dikaji tentang sepak terjang ormas yang
sekarang sudah dibidik (HTI) sebagai contoh mungkin?. Dan sebagai
tindakan nyata dan tegas, Pemerintah terbatas dengan waktu yang terus
bergulir, kelamaan bisa saja sel-sel tidur itu aktif dan lebih ganas
beraksi, maka kalau ibarat kebakaran sudah semakin membesar tapi masih
debat cara memadamkannya, maka tentu saja sia-sia, dan setelah hangus
baru sadar, atau bisa saja kalau sudah terlanjur hancur saling
menyalahkan, sadis kan?
Apakah kita sudah lupa bagaimana
video-video baiat dengan ISIS yang telah dilakukan oleh ormas-ormas
radikal itu dan sebangsanya?, “dakwah anti pancasila” yang masif itu
lebih cepat menjalar ketimbang membangun pondasi dasar kebangsaan yang
mulai redup, belum lagi pemerintah sibuk dengan berbagai percepatan
pembangunan aksitektur. Kalau bangsa ini terus dirongrong oleh ideologi
penghancur, apakah pembangunan tidak terhambat?. Maka tak salah kalau
pemerintah cepat melakukan pencegahan, sebelum kebakaran yang melahap
semuanya sampai habis terjadi.
Arti ormas dalam isi Perppu berbunyi “Organisasi
Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi yang
didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan
kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan
tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”, amat
sangat jelas, dan tujuannya pun jelas, Indonesia ini berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar yang tentu saja demi persatuan bukan
pemecah belah bangsa, apalagi memecah belah umat islam. Malah yang telah
terjadi, kaum radikalis ini telah mengusung konsep dan aksi yang
meresahkan, sejak sebelum era jokowi mereka selalu sok kritis, ketika
harga bahan bakar minyak naik, mereka dengan enteng berkata “Ini akibat
tidak menerapkan sistem Khilafah” dengan kalimat ini mereka gunakan
sebagai justifikasi agar partainya atau ormasnya diberi kursi kekuasaan,
tapi kalau ditanya bagaimana sistem khilafah itu?, eng ing ong.. ngak
jelas jawabnya, masih menunggu bocoran dari langit mungkin.. eng ing
ong. hiha, coba lihat saja ketika juru bicara HTI Ismail Yusanto
diwawancarai oleh Aiman kompas TV (https://www.youtube.com/watch?v=YC_gx0xoeHc), dengan teganya mas Aiman bertanya yang sulit dijelaskan oleh ustad Ismail, hikz hikz.. hahahaa.
Dan lucunya, setelah ormas ini dilarang
barulah membela diri dengan menggunakan kata “Demokrasi”, padahal
sebelumnya mereka mengharamkan demokrasi, jika dibiarkan, bisa saja akan
membunuh demokrasi itu, padahal mereka lahir dari rahim demokrasi,
artinya, ormas ini karena kelonggaran demokrasi di negeri ini mereka
bisa membuat ormas, dan berkantor di Indonesia serta menyelenggarakan
berbagai kegiatan di negeri ini, tapi apa lacur, malah akan membunuh
sistem yang ada di negeri ini. Ini bisa diibaratkan seorang anak yang
dilahirkan oleh ibunya, lalu membunuh ibunya setelah punya kekuatan
untuk melakukan itu, dan itu sangat nyata adalah dosa paling besar. Dosa
yang tak mungkin bisa dimaafkan. Sadarkan kita saudara-saudari?
Begitulah kura-kura. Nah sekarang
bagaimana sih sebenarnya Khilafah itu?, kenapa banyak yang ikut-ikutan
bawa bendera hitam?, apakah mereka pengibar kebenaran sejati?, semua
orang bisa mengklaim diri berada dalam kebenaran, toh yang menentukan
hanyalah yang punya otoritas, yatu Allah SWT.
Khilafah memang sistem yang digunakan
dalam Islam, namun bukan berarti segelintir ormas yang berhak mengambil
sistem ini lalu membanggakannya kemudian secara amburadul mencela
negara-negara yang sebenarnya sedang berusaha menyusun konsep keadilan
dan kemanusiaan, tanpa disadari ketika suatu negara sedang menjalani
kemanusiaan dan keadilan, negera tersebut sudah menjalankan sistem
khilafah. Pancasila sudah sangat selaras dengan Islam, dan itu berarti
sudah sesuai dengan Khilafah, lalu kenapa masih ada yang teriak-teriak
yang menghabiskan energinya mengecam atau sok kritis kepada negara ini?,
bukankah lebih baik mengambil peran dalam membangun masyarakat menjadi
masyarakat yang mulia, sehingga negara-negara lain bangga kepada
Indonesia. Jadi please, sudahilah khayalan itu yang ingin menyatukan
semua negara dengan satu pemerintahan di bawah satu khalifah, apalagi
Khalifahnya belum jelas siapa?, keragaman tak bisa dihindari, yang perlu
adalah dijalani dalam kebijaksanaan, itulah inti Khilafah sebenarnya.
Tapi kalau ngotot lagi, baiklah kita lihat dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 30, terjemahannya begini : “Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Ayat itu jelas bahwa hanya Allah yang
berhak menjadikan khalifah atau mengangkat khalifah, bukan ormas apalagi
figur biasa yang selalu berpolemik dalam kancah politik karena tujuan
mendapatkan jatah, tentu saja Allah tahu siapa yang pantas diangkat jadi
khalifah, sehingga manusia berkewajiban mengikuti khalifah itu. Yang
Allah angkat jadi khalifah di bumi ini pastilah yang terbaik diantara
begitu banyak manusia di bumi ini, yang segala syarat-syarat dan
kondisinya tidak bertentangan dengan perintah Allah, artinya khalifah
sebenarnya adalah wakil Allah di muka bumi.
Untuk mengetahui siapa khalifah itu?,
tentulah bukan figur yang suka menumpahkan darah seperti Abu Bakar Al
Bahgdadi pemimpin ISIS, bukanlah figur yang suka nilep uang rakyat,
bukanlah figur yang sering nulis status provokatif, atau muallaf yang
baru belajar Islam lalu dinobatkan jadi ustad. tapi figur yang tak
sedikit pun berbuat salah, dan akan memenuhi bumi ini dengan keadilan.
Ngak percaya?, nah, untuk itu, sebaiknya kita gali lagi berbagai
literatur tentang konsep Juru Selamat atau konsep Mahdiyah, atau sosok
Imam Mahdi, terlepas dari doktrin yang bisa dimanfaatkan oleh para
bandit-bandit agama. Maka daripada koar-koar tentang khilafah, maka
sebaiknya berangkat dari dalam diri ini dulu tanpa perlu buat ormas
segala macam, lebih baik buat lembaga yang menopang kemanusiaan dengan
kerja nyata dan berusaha berjalan dalam garis keadilan, sehingga kelak
janji Allah sudah tiba waktunya dengan mudah kita kenali sosok yang
telah diberi otoritas sebagai khalifah Allah, bukan khalifah syaiton.
Ini link dari Dina Sulaiman yang
konsen tentang timur tengah yang menggambarkan bagaimana sepak terjan
HTI selama ini, beberapa tulisan lama di halaman web HTI dihapus, tapi
masih bisa ditelusuri di goggle cache,
0 komentar:
Posting Komentar