Cari Blog Ini

Rabu, 23 Agustus 2017

Khalifah itu ditunjuk Oleh Allah, Bukan Ormas, Apalagi Partai

Yang anti pancasila wajarlah kalau  kena gebuk, jauh hari bangsa ini sudah berbicara tentang keragaman atau pluralitas, dalam keberagaman ini Pancasila menjadi perekat, maka Bhineka Tunggal Ika bagaimana pun argumen yang disodorkan untuk mengobok-oboknya tak terbantahkan, bahkan dengan mazhab-mazhab filsafat yang dijagokan, bukan sombong sih, karena Pancasila adalah rumusan yang sudah ada dalam jati diri kemanusiaan, Pancasila sudah ada dalam nilai-nilai fitrah kemanusiaan sebelum ia diumumkan menjadi ideologi negara Republik Indonesia. Maka ketika ada yang keberatan atau ingin mengubah pancasila, sebenarnya ia sedang ingin lompat ke jurang yang paling dalam, atau nyebur ke sungai atau laut dan tidak muncul-muncul.
“Daeng, tapi itu Perppu bisa berbahaya?, sifatnya otoriter, dan lebih berbahaya dari penjajahan Belanda?” kata teman yang langsung masuk tentang Perppu, padahal isinya saja belum dibaca dan hanya ikut-ikutan pada opini yang berkembang tanpa kroscek dan mendalaminya, ternyata apa yang disampaikannya mirip dengan yang saya baca dipemberitaan tentang pernyataan Prof. Yusril, mungkin karena beliau termasuk salah satu pakar, dan sepertinya tidak setuju dengan Perppu Ormas yang baru saja diterbitkan, bukan cuma beliau, ada juga Cak Nun?, bisa dicek dulu lagi, siapa tahu saja pernyataannya yang masih perlu ditafsirkan, soalnya orang pintar itu ketika mengeluakan statement, kadang harus direnungkan dulu, dan kalau terlihat berbeda tentu ada alasannya, dan mungkin saja ada manuver-manuver lain yang sedang dimainkan. Who knows kan?, namun apapun argumentasi seseorang, peran akal sehat apalagi didukung fakta-fakta haruslah menjadi alat yang bisa membedakan mana yang sesuai dan mana tidak, dan kalau njelimet, tarik nafas saja dan keluarkan perlahan-lahan agar plong. Begitu?
Tapi kalau Perppu Ormas dituding sebagai divide et impera atau upaya pemecah belah umat islam dan bangsa, apakah sudah dikaji isi-isinya?, dan apakah sudah dikaji tentang sepak terjang ormas yang sekarang sudah dibidik (HTI) sebagai contoh mungkin?. Dan sebagai tindakan nyata dan tegas, Pemerintah terbatas dengan waktu yang terus bergulir, kelamaan bisa saja sel-sel tidur itu aktif dan lebih ganas beraksi, maka kalau ibarat kebakaran sudah semakin membesar tapi masih debat cara memadamkannya, maka tentu saja sia-sia, dan setelah hangus baru sadar, atau bisa saja kalau sudah terlanjur hancur saling menyalahkan, sadis kan?
Apakah kita sudah lupa bagaimana video-video baiat dengan ISIS yang telah dilakukan oleh ormas-ormas radikal itu dan sebangsanya?, “dakwah anti pancasila” yang masif itu lebih cepat menjalar ketimbang membangun pondasi dasar kebangsaan yang mulai redup, belum lagi pemerintah sibuk dengan berbagai percepatan pembangunan aksitektur. Kalau bangsa ini terus dirongrong oleh ideologi penghancur, apakah pembangunan tidak terhambat?. Maka tak salah kalau pemerintah cepat melakukan pencegahan, sebelum kebakaran yang melahap semuanya sampai habis terjadi.
Arti ormas dalam isi Perppu berbunyi “Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”, amat sangat jelas, dan tujuannya pun jelas, Indonesia ini berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar yang tentu saja demi persatuan bukan pemecah belah bangsa, apalagi memecah belah umat islam. Malah yang telah terjadi, kaum radikalis ini telah mengusung konsep dan aksi yang meresahkan, sejak sebelum era jokowi mereka selalu sok kritis, ketika harga bahan bakar minyak naik, mereka dengan enteng berkata “Ini akibat tidak menerapkan sistem Khilafah” dengan kalimat ini mereka gunakan sebagai justifikasi agar partainya atau ormasnya diberi kursi kekuasaan, tapi kalau ditanya bagaimana sistem khilafah itu?, eng ing ong.. ngak jelas jawabnya, masih menunggu bocoran dari langit mungkin.. eng ing ong. hiha, coba lihat saja ketika juru bicara HTI Ismail Yusanto diwawancarai oleh Aiman kompas TV (https://www.youtube.com/watch?v=YC_gx0xoeHc), dengan teganya mas Aiman bertanya yang sulit dijelaskan oleh ustad Ismail, hikz hikz.. hahahaa.
Dan lucunya, setelah ormas ini dilarang barulah membela diri dengan menggunakan kata “Demokrasi”, padahal sebelumnya mereka mengharamkan demokrasi, jika dibiarkan, bisa saja akan membunuh demokrasi itu, padahal mereka lahir dari rahim demokrasi, artinya, ormas ini karena kelonggaran demokrasi di negeri ini mereka bisa membuat ormas, dan berkantor di Indonesia serta menyelenggarakan berbagai kegiatan di negeri ini, tapi apa lacur, malah akan membunuh sistem yang ada di negeri ini. Ini bisa diibaratkan seorang anak yang dilahirkan oleh ibunya, lalu membunuh ibunya setelah punya kekuatan untuk melakukan itu, dan itu sangat nyata adalah dosa paling besar. Dosa yang tak mungkin bisa dimaafkan. Sadarkan kita saudara-saudari?
Begitulah kura-kura. Nah sekarang bagaimana sih sebenarnya Khilafah itu?, kenapa banyak yang ikut-ikutan bawa bendera hitam?, apakah mereka pengibar kebenaran sejati?, semua orang bisa mengklaim diri berada dalam kebenaran, toh yang menentukan hanyalah yang punya otoritas, yatu Allah SWT.
Khilafah memang sistem yang digunakan dalam Islam, namun bukan berarti segelintir ormas yang berhak mengambil sistem ini lalu membanggakannya kemudian secara amburadul mencela negara-negara yang sebenarnya sedang berusaha menyusun konsep keadilan dan kemanusiaan, tanpa disadari ketika suatu negara sedang menjalani kemanusiaan dan keadilan, negera tersebut sudah menjalankan sistem khilafah. Pancasila sudah sangat selaras dengan Islam, dan itu berarti sudah sesuai dengan Khilafah, lalu kenapa masih ada yang teriak-teriak yang menghabiskan energinya mengecam atau sok kritis kepada negara ini?, bukankah lebih baik mengambil peran dalam membangun masyarakat menjadi masyarakat yang mulia, sehingga negara-negara lain bangga kepada Indonesia. Jadi please, sudahilah khayalan itu yang ingin menyatukan semua negara dengan satu pemerintahan di bawah satu khalifah, apalagi Khalifahnya belum jelas siapa?, keragaman tak bisa dihindari, yang perlu adalah dijalani dalam kebijaksanaan, itulah inti Khilafah sebenarnya.
Tapi kalau ngotot lagi, baiklah kita lihat dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 30, terjemahannya begini : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Ayat itu jelas bahwa hanya Allah yang berhak menjadikan khalifah atau mengangkat khalifah, bukan ormas apalagi figur biasa yang selalu berpolemik dalam kancah politik karena tujuan mendapatkan jatah, tentu saja Allah tahu siapa yang pantas diangkat jadi khalifah, sehingga manusia berkewajiban mengikuti khalifah itu. Yang Allah angkat jadi khalifah di bumi ini pastilah yang terbaik diantara begitu banyak manusia di bumi ini, yang segala syarat-syarat dan kondisinya tidak bertentangan dengan perintah Allah, artinya khalifah sebenarnya adalah wakil Allah di muka bumi.
Untuk mengetahui siapa khalifah itu?, tentulah bukan figur yang suka menumpahkan darah seperti Abu Bakar Al Bahgdadi pemimpin ISIS, bukanlah figur yang suka nilep uang rakyat, bukanlah figur yang sering nulis status provokatif, atau muallaf yang baru belajar Islam lalu dinobatkan jadi ustad. tapi figur yang tak sedikit pun berbuat salah, dan akan memenuhi bumi ini dengan keadilan. Ngak percaya?, nah, untuk itu, sebaiknya kita gali lagi berbagai literatur tentang konsep Juru Selamat atau konsep Mahdiyah, atau sosok Imam Mahdi, terlepas dari doktrin yang bisa dimanfaatkan oleh para bandit-bandit agama. Maka daripada koar-koar tentang khilafah, maka sebaiknya berangkat dari dalam diri ini dulu tanpa perlu buat ormas segala macam, lebih baik buat lembaga yang menopang kemanusiaan dengan kerja nyata dan berusaha berjalan dalam garis keadilan, sehingga kelak janji Allah sudah tiba waktunya dengan mudah kita kenali sosok yang telah diberi otoritas sebagai khalifah Allah, bukan khalifah syaiton.
Ini link dari Dina Sulaiman yang konsen tentang timur tengah yang menggambarkan bagaimana sepak terjan HTI selama ini, beberapa tulisan lama di halaman web HTI dihapus, tapi masih bisa ditelusuri di goggle cache,

0 komentar:

Posting Komentar