Cari Blog Ini

Minggu, 20 Agustus 2017

Pendekatan Sosial Budaya Ala Jokowi Dalam Merangkul Papua Ke Pangkuan Ibu Pertiwi

Sebelum penulis masuk ke inti tulisan, penulis akan membahas sekilas tentang konflik yang terjadi di Papua selama ini.
Konflik di Papua
Konflik di Papua diawali pada tahun 1961, ketika Belanda ingin membentuk negara Papua Barat terlepas dari Indonesia seperti yang dimuat dalam situs http://www.indonesia-portal.de/artikel/konflikte-indonesien/papua-konflikt/papua-indonesisch.
Langkah Belanda ini lalu ditentang Presiden Soekarno dengan mendekatkan diri pada negara komunis, khususnya Soviet (Sumber) sehingga membuat takut Belanda dan Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy. Karena kalau dibiarkan maka Indonesia sangat mungkin menjadi negara “komunis” terbesar di Asia Tenggara saat itu seperti yang dimuat dalam sumber dan sumber. 
Belanda lalu mengambil sikap untuk menyerahkan masalah Papua ke PBB dengan syarat memberi kesempatan pada rakyat Papua untuk menentukan sikap sendiri atau referendum (Penentuan Pendapat Rakyat/ PEPERA) yang dilaksanakan pada tanggal 15 Juli sampai tanggal 2 Agustus 1969 dibawah pengawasan PBB, dimana hasilnya rakyat Papua menyatakan bahwa daerah Irian Barat tetap berada dalam wilayah NKRI dan dikukuhkan dengan Resolusi PBB No.2504 Tanggal 19 Oktober 1969. Indonesia lalu melaksanakan hasil Pepera dengan membentuk Provinsi Otonomi Irian Jaya dan Kabupaten Otonom melalui UU No.12 Tahun 1969 seperti yang dilansir dalam situs http://www.kodam17cenderawasih.mil.id/sejarah-pepera-1969-dalam-bingkai-nkri/.
Organisasi Papua Merdeka (OPM)
OPM adalah organisasi yang didirikan pada tahun 1965 oleh Benny Wenda untuk mengakhiri pemerintahan provinsi Papua dan Papua Barat yang saat ini di Indonesia, yang sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya, dan untuk memisahkan diri dari Indonesia seperti yang dikutip dalam Bishop, R. Doak; Crawford, James and William Michael Reisman (2005). Foreign Investment Disputes: Cases, Materials, and Commentary. Wolters Kluwer. pp. 609–611.
Pendekatan Sosial dan Budaya Jokowi
Sebelum penulis membahas pendekatan sosial yang dilakukan oleh Jokowi sebelum dan sesudah menjadi Presiden, penulis akan membahas sekilas tentang pendekatan sosial yaitu pendekatan yang dilakukan oleh seseorang yang mampu untuk menjalin komunikasi atau melakukan pendekatan terhadap khalayak masyarakat sasarannya. (Sumber)
Jadi seperti pepatah yang berbunyi, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Jadi seseorang harus mempunyai cara berkomunikasi yang baik kepada orang lain sesuai dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut seperti yang dilakukan oleh Jokowi kepada rakyat Papua selama ini. Berikut adalah beberapa foto Jokowi sebelum dan sesudah jadi Presiden Republik Indonesia.
http://papuanews.org/jokowi-on-human-rights-in-papua/
http://news.detik.com/berita/2600366/jokowi-papua-penting-bagi-indonesia-bukan-untuk-cari-suara
https://en.tempo.co/read/news/2015/12/30/055731775/Jokowi-to-Celebrate-New-Year-in-Raja-Ampat-Papua
https://parliamentmagazine.co.id/lukas-enembe-jokowi-dimata-saya-dan-masyarakat-papua/.
Dari beberapa foto di atas terlihat bahwa saat Jokowi ke Papua sebelum dan sesudah jadi Presiden, beliau mengikuti budaya setempat dengan menggunakan penutup kepala yang merupakan ciri khas rakyat Papua untuk menghormati rakyat Papua sekaligus menciptakan rasa dekat dengan rakyat Papua.
Jokowi juga sering mengunjungi Papua untuk bertatap muka langsung dengan rakyat Papua, berkomunikasi dengan mereka serta melakukan pembangunan infrastruktur di sana. Tokoh masyarakat Papua, Michael Manufandu mengapresiasi keseriusan Presiden Jokowi yang sering mengunjungi Papua dalam membuka isolasi di wilayah pedalaman Papua melalui pembangunan berbagai infrastruktur. Seperti jalan raya, lapangan terbang, dan kebijakan-kebijakan lainnya di bidang pembangunan.
“Masyarakat Papua harus mengapresiasi dan menghargai apa yang sudah dilakukan oleh Bapak Presiden Jokowi terhadap pembangunan Papua,” ujar Michael (Sumber)
Michael juga mengatakan bahwa Jokowi adalah Presiden yang paling sering ke Papua dibandingkan ke daerah lainnya.
“Itu artinya beliau mencintai Papua sehingga tak henti-hentinya beliau selalu datang ke Papua,” ujarnya seperti yang diberitakan dalam situs https://m.tempo.co/read/news/2017/05/19/058876865/tokoh-papua-dari-7-presiden-jokowi-paling-sering-ke-papua
Bahkan seorang tokoh OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang bernama Filep Karma memuji Jokowi.
http://regional.kompas.com/read/2016/02/17/17585971/Tokoh.OPM.Idamkan.Kepala.Daerah.di.Papua.seperti.Ahok.dan.Jokowi
“Seharusnya mereka meneladani karakter Jokowi yang selalu berada di tengah warga. Sayangnya, mereka hanya menghabiskan waktunya di Jakarta dan meninggalkan rakyatnya didera masalah kemiskinan,” kata Filep (Sumber) 
Jokowi tidak hanya melakukan pendekatan sosial dan budaya kepada rakyat Papua, beliau juga pernah mengagendakan untuk melakukan pertemuan dan berkomunikasi langsung dengan tokoh senior OPM yang bernama Goliat Tabuni seperti yang dilansir dalam situs http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/03/150325_papua_tabuni.
Bahkan TNI di wilayah Papua, di masa pemerintahan Jokowi juga melakukan pendekatan humanis sehingga membuat salah seorang tokoh OPM yang bernama Yusuf Aninam menyerahkan diri untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi NKRI seperti yang dilansir dalam situs https://news.detik.com/berita/3493698/pendekatan-tni-dan-pembangunan-di-papua-buat-1-opm-kembali-ke-nkri.
https://news.detik.com/berita/3493698/pendekatan-tni-dan-pembangunan-di-papua-buat-1-opm-kembali-ke-nkri
Hasil Kunjungan Jokowi Ke Papua 
Mungkin banyak pembaca setia di Seword bertanya…
Apakah manfaatnya Presiden Jokowi bertemu langsung dengan rakyat Papua ???
Apakah pertemuan antara Presiden Jokowi dengan rakyat Papua selama ini “membuahkan” hasil ???
Jawabannya ADA !!
Seseorang yang berkomunikasi sambil bertatap muka langsung lebih baik dari komunikasi satu arah, karena dengan bertemu langsung, maka kita bisa melihat dan merasakan apa yang dirasakan oleh lawan bicara kita.
Penulis akan membahas hasil pertemuan selama ini antara Jokowi dengan rakyat Papua sedikit lebih dalam berikut ini.
1. Seiring dengan kunjungan Presiden Jokowi ke Papua, seorang tokoh penerima Nobel Perdamaian tahun 1996 yang merupakan mantan Presiden Timor Leste yang pernah bertemu dengan beberapa tokoh penting di Papua mengatakan bahwa rakyat Papua PERCAYA kepada Presiden Jokowi seperti yang dimuat dalam situs https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160506105900-20-128963/ramos-horta-masyarakat-papua-percaya-dengan-presiden-jokowi/.
2. Gubenrur Papua juga memuji Presiden Jokowi sebagai orang yang berani mengunjungi daerah “red zone” di Papua seperti yang dimuat dalam situs https://parliamentmagazine.co.id/lukas-enembe-jokowi-dimata-saya-dan-masyarakat-papua/.
3. Sebuah tabloid lokal di Papua yang beralamat di http://tabloidmediapapua.com/jokowi-dimata-rakyat-papua, menjelaskan beberapa hasil dan manfaat Presiden Jokowi setelah berkunjung ke Papua selama ini, antara lain
– Jokowi membangun beberapa infrastruktur seperti Trans Papua, Kereta Api, Pelabuhan, bandara, Jembatan Holtekamp di Jayapura, Gardu Induk (GI) Waena Sentani 20 MegaVolt Ampere buatan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), tol laut, membuat harga BBM di Papua sama denga provinsi lain (satu harga), meresmikan Bandara Udara Nop Goliat Dekai, di Ibu Kota Kabupaten Yahukimo, memperpanjang landasan pacu Bandara Udara Dekai dari 1.950 meter menjadi 2.500 meter sehingga pesawat Boeing bisa mendarat di landasan tersebut dan infrastruktur lainnya
– Hanya di Era Jokowi, Papua Nyatakan Setia pada NKRI, seperti yang dibuktikan oleh seorang James Kembu yang merupakan anak mantan Panglima OPM Wilayah Keerom yang mengatakan bahwa pemuda Papua harus bangkit dan menjadi salah satu pilar pembangunan Papua.
“Mari kita pemuda Papua menjadi motor penggerak pembangunan Papua,” ujarnya di Skofro, Papua, Senin 1 Mei 2016.
– Pendekatan sosial budaya yang dilakukan oleh Presiden Jokowi juga membuat seorang tokoh spiritual OPM kembali ke pangkuan ibu pertiwi seperti yang dimuat dalam situs https://news.detik.com/berita/d-3545326/penasihat-spiritual-opm-kelompok-goliat-tabuni-kini-mendukung-nkri.
Bahkan sebanyak 155 orang tokoh OPM kembali ke pangkuan ibu pertiwi pada tanggal 15 Maret 2017 lalu seperti yang dilansir dalam situs http://nasional.news.viva.co.id/news/read/897737-155-anggota-kelompok-bersenjata-papua-kembali-ke-nkri.
Ada juga seorang tokoh OPM yang akhirnya kembali ke Papua setelah 50 tahun berada di luar negeri seperti yang dimuat dalam situs http://news.liputan6.com/read/174836/tokoh-opm-kembali-ke-papua-setelah-50-tahun
Begitulah cara Presiden Jokowi dalam menyelesaikan masalah Papua yang sudah berlangsung sejak lama, bukan dengan cara militer tetapi melalui pendekatan sosial budaya dan berkomunikasi langsung sehingga menciptakan rasa percaya dari rakyat Papua yang sudah sedang dan akan menikmati hasil kerja nyata Jokowi untuk Papua sehingga saudara-saudara kita di Papua kembali ke pangkuan ibu Pertiwi

#Terima KasihJokowi
#JokowiUntukIndonesia

0 komentar:

Posting Komentar