Cari Blog Ini

Kamis, 24 Agustus 2017

Reza Rahadian Benar, Indonesia Memang Bukan Milik Agama Tertentu Saja!

Seperti bisa diduga sebelumnya, pernyataan Reza Rahadian di acara Hitam Putih bahwa Indonesia bukanlah negara Islam atau milik agama tertentu saja, tetapi milik semua agama yang ada di Indonesia langsung memantik reaksi kubu sumbu pendek. Rupanya kalimat sederhana dan (seharusnya) sangat mudah dimengerti tersebut gagal dipahami, dianggap menyindir umat Islam, bahkan (kabarnya) menyerukan boikot terhadap aktor berbakat yang beragama Islam tersebut. Demikian menurut berita yang beredar di internet.
Sebenarnya sah-sah saja menafsirkan perkataan Reza Rahadian seperti itu, tetapi atas nama pribadi saja. Kalau mengatasnamakan kelompok tertentu, juga merasa mewakili umat secara umum, apa nggak keblinger namanya itu?
Bagian mana dari perkataan itu yang menyindir? 
Kenapa Reza Rahadian harus diboikot? 
Mana kata-kata YANG SALAH dari perkataan yang bagus tersebut?
Ah, saya nyaris lupa kalau kalimat paling sederhana dan mudah dipahami sekalipun, bagi sebagian orang yang hatinya ditutupi oleh “sesuatu”, akan sukar memahami dan menafsirkannya. Respons ofensif pun lebih mudah keluar daripada menalar perkataan dengan hati dan kepala dingin, sambil mencoba merenungkan maksud tersirat dari perkataan tersebut.
Lagipula, perkataan itu benar, bahwa sejak semula Indonesia memang bukan negara berdasarkan agama tertentu saja. Itu sebabnya, seingat saya, pada founding fathers Republik Indonesia juga sudah menyepakati bunyi kelima sila dalam Pancasila, termasuk tak adanya kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”. (*) 
Presiden Jokowi juga berulangkali menegaskan bahwa Pancasila sudah final, tak boleh dibicarakan lagi—maksudnya, dibicarakan kemungkinan pergantian sila, penerapan, atau upaya memasukkan kembali tujuh kata yang sempat mucnul dalam Piagam Jakarta tersebut. Penegasan yang mengandung pesan tersirat bahwa para pendiri negara ini sudah sepakat bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia, merupakan sumbangsih dari berbagai macam keyakinan atau pemeluk agama dan kepercayaan yang berjuang melawan penjajah.
****
Rasanya sedih banget melihat tanggapan sebagian oknum di bangsa kita yang semakin jauh dari semangat membangun dan menjaga toleransi, juga keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Orang yang berbeda pendapat dianggap sebagai musuh, sehingga tak hanya harus dijauhi, tetapi kalau perlu “dihancurkan” kehidupannya, termasuk potensi diri dan lahan pekerjaannya. Kebenaran yang disampaikan disambut dengan kepalan tangan, tanda sikap ofensif sekaligus tak dapat menerima jika prinsip atau pemahamannya diusik, sekalipun oleh kebenaran!
Rupanya ada fenomena aneh yang menjangkiti sebagian masyarakat di bangsa kita. Zaman boleh semakin modern, teknologi semakin maju, tetapi pola pikir, respons, dan logika terkadang malah semakin mundur. Saking “beratnya” keadaan tersebut, sampai untuk mencerna dan memahami pernyataan yang sederhana saja tidak sanggup. Trus mau diapain kalau sudah begini?
Apalagi kalau mengajak orang untuk memboikot orang yang sebenarnya tak bersalah. Nggak sekalian diboikot tuh acaranya Mas Deddy Corbuzier, biar tambah seru? Cari saja satu-dua alasan, lalu unggah di media sosial, nanti kan rame tanggapan dari para netizen. Entah bagaimana cara menyadarkan perilaku semacam ini. Diajak berdiskusi, yang ada malah ngajak berantem. Kalau dibiarkan, biasanya ngelunjak, ibarat ungkapan dikasih hati meminta ampela atau jantung!
Nah, mumpung momen 17-an baru lima hari kemarin kita peringati, dan mungkin sebagian masih merayakan dengan berbagai kegiatan dan perlombaan, perkataan Reza Rahadian dapat menjadi bahan perenungan yang bagus bagi kita semua. Tentu, maksud “kita semua” di sini yang masih menganggap dan meyakini bahwa Pancasila sebagai dasar negara sekaligus landasan ideologi bangsa ini yang sudah final dan tak boleh dipermasalahkan lagi.
Memang bukan topik yang benar-benar baru, tetapi kok ya masih saja ada yang mempermasalahkan perihal kenyataan bahwa negara ini merdeka bukan hasil perjuangan sekelompok tertentu, tetapi hasil perjuangan seluruh rakyat Indonesia, dari beragam suku-agama-ras-golongan.
Semoga ke depan upaya-upaya untuk melemahkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa semakin berkurang. Kita harapkan pula semakin banyak orang berani “keluar sarang” dan menyuarakan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, dalam bentuk tulisan, video, vlog, atau apa pun supaya semangat untuk menjaga keutuhan dan persatuan bangsa tetap terjaga.
Buat Mas Reza, tetap suarakan kepedulian dan semangat menjaga kesatuan dan persatuan bangsa ya! Jangan takut, kami semua yang mencintai keberagaman dan persatuan akan mendukungmu.
Merdeka!
Sumber: 
(*)http://nasional.kompas.com/read/2016/06/01/09210021/perubahan.urutan.pancasila.dan.perdebatan.syariat.islam.di.piagam.jakarta
(**) http://news.liputan6.com/read/2957805/jokowi-negara-pancasila-sudah-final-tak-boleh-dibicarakan-lagi

0 komentar:

Posting Komentar