Cari Blog Ini

Sabtu, 19 Agustus 2017

Ini Pengajar Pesantren Pembenci NKRI yang Jadi Tersangka Pembakaran Merah Putih!



Sungguh keterlaluan apa yang dilakukan oleh pengajar pondok pesantren Ibnu Mas’ud di Tamansari, Bogor. Orang berinisial MS ini mengakui bahwa dirinya membakar umbul-umbul merah putih tersebut karena benci NKRI. Jika hanya inisial, tidak seru, kita bongkar saja sekalian profil orang ini, agar tujuannya untuk dikenal terwujud. Ia bernama Muhammad SUpriyadi bin Uladi, kelahiran Cirebon 23 Agustus 1998.
“Adapun motif pelaku bahwa kebencian terhadap NKRI dan menganggap umbul-umbul merah putih 17-an tersebut sebagai representasi negara yang dijadikan sasaran pelampiasan,” ujar Kapolresta Bogor AKBP AM Dicky Pastika Gading kepada detikcom, Jumat (18/8/2017).
Tepat sehari sebelum hari kemerdekaan Republik Indonesia, pada sore hari tanggal 16 Agustus 2017, pelaku membakar umbul-umbul merah putih di depan sebuah rumah kosong, tepat di sebelah pondok pesantren Ibnu Mas’ud. Warga sempat bersitegang dengan ponpes. Ratusan warga dari sejumlah kampung menghampiri ponpes tersebut untuk meminta kejelasan.
Ponpes Ibnu Mas’ud ini dikenal dengan ponpes yang bermasalah. Seperti yang kita ketahui, ponpes ini sudah beberapa kali didatangi oleh Densus 88. Ponpes ini sempat digeledah, setelah terjadinya serangan bom di kawasan Thamrin. Dikabarkan ada beberapa kabar burung bahwa pelaku bom bunuh diri merupakan simpatisan di ponpes tersebut. Apakah ada hubungannya? Ada gula ada semut, ada sebab ada akibat. Lantas, apakah ponpes ini adalah penyebab dari aksi-aksi tersebut?
Hmm.. Pertanyaan yang sulit..
“Tersangka dijerat Pasal 66 jo pasal 24 huruf a UU No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu kebangsaan Dan atau pasal 406 KUHP dan atau 187 KUHP,” ujar Kapolresta Bogor AKBP AM Dicky Pastika Gading
Mengapa bendera tersebut harus dibakar? Jika tidak suka dengan NKRI, silakan angkat kaki ke tempat lain, jangan berani-berani kalian membakar atribut-atribut dan lambang negara. Sekalipun itu umbul-umbul dan bukan bendera, ini adalah hal yang terlarang! Jangan pisahkan antara agama dan negara. Negara ini adalah negara beragama.
Polisi sementara sudah memeriksa hampir 30 saksi, yang sebagian besar merupakan pengurus, pengajar, staf, dan satpam di pondok pesantren Ibnu Mas’ud tersebut. Perwakilan dari warga desa Sukajaya akhirnya dipertemukan dengan perwakilan ponpes Ibnu Mas’ud yang juga didampingi perangkat daerah, polisi dan TNI. Pertemuan tersebut digelar pasca terjadi pembakaran umbul-umbul merah putih di depan ponpes. Warga yang marah, nyaris bertindak anarkis.
Ternyata keberadaan ponpes, bukannya membawa berkah, malah membawa ketegangan. Ini sudah tidak sesuai dengan ajaran Islam Rahmatan Lil Alamin. Mediasi tersebut akhirnya memberikan sebuah kata mufakat, bahwa kegiatan ponpes tersebut harus dihentikan sama sekali. Keberadaan ponpes ini menjadi sebuah bentuk yang justru meresahkan warga.
“Intinya, warga minta ponpes Ibnu Masud tidak ada lagi di Sukajaya. Keberadaan ponpes meresahkan masyarakat di sini. Setiap pengatan 17-an, warga sudah sering mengingatkan agar pengurus untuk memasang bendera atau ikut serta memperingati hari kemerdekaan. Namun, mereka menolak. Mereka beralasan tidak ada keharusan untuk mengikuti dan memasang bendera Merah Putih… Puncaknya saat terjadi pembakaran bendera kemarin malam. Pokoknya, ponpes itu enggak diterima di desa ini,” ucap Wahyu, salah seorang warga yang menolak keberadaan ponpes ini.
Kepala Desa Sukajaya, Wahyudin Sumardi menyampaikan warga dan pihak Yayasan Ibnu Masud sepakat untuk menghentikan aktivitas di ponpes. Warga Sukajaya diharapkan tetap menjaga kondisi wilayah Bogor agar tetap aman dan terkendali.
“Sudah sepakat, pihak Ibnu Mas’ud akan meninggalkan Sukajaya. Mereka pun meminta waktu satu bulan agar pengurus menyiapkan segala sesuatunya. Yang pasti waktunya hingga 17 Sepetember mendatang,” katanya di Bogor, Kamis (17/8).
Alangkah baiknya, jika memang pada akhirnya keberadaan ponpes meresahkan warga, sebaiknya memang kita harus memperjuangkan NKRI. Jangan sampai NKRI digadaikan dengan pemikiran garis keras dari agama-agama yang tidak relevan dijalankan.
Kita tahu ada aliran-aliran yang ekstrim, justru tidak mencerminkan agama mereka yang sesungguhnya. Ini harus menjadi sebuah hal yang kita perhatikan bersama. Indonesia darurat radikalisme dan mafia. Indonesia harus berbenah secepatnya!
Kembalikan keamanan dan ketenteraman negara ini. NKRI itu harga mati, jadi jangan tawar menawar untuk harga diri NKRI. Sebagaimana kita hidup di Indonesia, marilah kita ikuti aturan dan tata cara yang ada. Jika tidak suka, silakan minggat dari NKRI. Tidak perlu tawar menawar dengan hal ini.
Betul kan yang saya katakan?


0 komentar:

Posting Komentar