Cari Blog Ini

Senin, 14 Agustus 2017

Lika-liku Nahdlatul Ulama (NU) dalam Menjaga NKRI


http://www.imgrum.org/tag/nubalikpapan

Di Indonesia sendiri, NU menjadi salah satu ormas terbesar. NU mempunyai andil dalam mendirikan Negara dan bangsa Indonesia. Mulai dari era penjajah, orde lama, orde baru, sampai reformasi, NU mewarnai perpolitikan di Indonesia. Untuk menjaga bangsa yang dihuni berbagai macam agama dan suku tidak lah mudah. Tetapi NU berhasil menjadi penjaga kedaulatan Negara. untuk menjaga Indonesia, NU telah melewati banyak rintangan. Warga NU percaya, berdirinya NU adalah langsung di tunjuk oleh Nabi Muhammad melalui para kyai dan Ulama. Ketika munculnya banyak ormas seperti Al-Irsyad, Muhammadiyah, dan Persis, ormas tersebut membawa pemikiran Muhammad Abduh ke Indonesia. Salah satunya ialah melarang kegiatan maulid Nabi, Yasinan, tahlilan, dimana itu adalah amaliyah sebagian besar warga Indonesia. Di tambah, munculnya faham Wahabi yang ingin memindahkan makam Nabi Muhammad dar masjid Nabawi. Hal ini membuat para kyai Jawa berfikir, yang mengharuskan berdirinya suatu wadah untuk melestarikan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah yang telah di bawa oleh Wali Songo.
NU percaya, bahwa perjuangan Wali Songo di Indonesia dengan menyebarkan Islam sehingga Indonesia menjadi mayoritas Islam harus dipertahankan. Maka, KH. Hasyim Asyari meminta ridho kepada KH. Kholil Bangkalan untuk mendirikan organisasi keagamaan. Maka melalui KH. Asad Syamsul Arifin, KH. Kholil merestui berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama. Semenjak itu, NU tampil ke panggung politik. Sempat menjadi anggota Masyumi, hingga akhirnya keluar dan menjadi partai politik independen meskipun nanti NU akan kembali ke Khittah di mana NU tidak ikut politik praktis, dan tetap menjadi organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.
Tatkala penjajahan Jepang di mulai, Jepang banyak menangkap santri NU. Bahkan, KH. Hasyim Asyari sempat di tangkap dan disiksa. Hal ini membuat para santri marah, Jepang salah strategi, sehingga KH. Hasyim Asyari di bebaskan dan ditawarkan untuk bekerjasama dengan Jepang. Kyai Hasyim menerima itu dan mengutus KH. Wahid Hasyim menjadi wakilnya di Jakarta. Dengan bekerjasamanya NU dengan Jepang, menguntungkan NU itu sendiri. Karena, dengan itu, NU belajar kemiliteran yang nantinya akan melahirkan laskar Hizbullah dan Jihad fi Sabilillah. Tetapi, banyak yang menghina NU bahwa bergabunganya NU dengan Jepang, menandakan NU adalah antek Jepang dan hukumnya haram. Padahal, maksud Kyai Hasyim, bergabung dengan musuh untuk mengambil ilmunya. Jika dalam posisi lemah melawan musuh, sama saja bunuh diri. Dan terbukti, tatkala terjadi perang, NU siap melawan penjajah, sampai tercetusnya resolusi Jihad NU untuk mempertahankan Surabaya dari sekutu.
Tatkala Soekarno mencetuskan Pancasila, Soekarno membuat panitia Sembilan, agar rumusan Pancasila diolah lagi untuk menjadi dasar Negara. di dalamnya terdapat KH. Wahid Hasyim, sehingga dari sini dirumuskan piagam Jakarta. Tetapi, Bung Hatta mendapatkan informasi, bahwa jika piagam Jakarta diterapkan, maka Indonesia bagian Timur akan lepas. Sehingga penggunaan syariat Islam pada sila pertama harus di hapus. KH. Wahid Hasyim berkonsultasi dengan KH. Hasyim Asyari, dan menyetujui, bahwa syariat tidak perlu disebutkan, yang terpenting secara amaliyah, Indonesia tidak melarang atau mempersulit syariat Islam. Dari sini NU tetap di tuduh anti syariat Islam.
Kemudian, Soekarno membuat NASAKOM (Nasionalis, Agamis, dan Komunis), dimana dia ingin semua ideologi bersatu dalam memperjuangkan bangsa Indonesia. Semua ormas Islam menentangnya, termasuk Masyumi. Sehingga, Soekarno membubarkan Masyumi dengan alasan menentang pemerintah. Tetapi NU, bersedia masuk dalam koalisi itu. Disinilah NU banyak di fitnah sebagai antek komunis dan lain-lain. NU masuk disitu untuk menyeimbangkan kekuataan Islam, karena pada waktu itu, komunisme kuat juga di Indonesia. Dan terbukti, tatkala PKI memberontak, NU dengan sigap menghabisi PKI.
Ketika Soeharto menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal parpol dan ormas, banyak yang menolaknya. Tetapi KH. Ahmad Shiddiq dan Gus Dur, dengan cepat menerima bahwa NU telah menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal di dalamnya. Hal ini berbeda dengan ormas lainnya yang masih meributkan apakah Pancasila bertentangan dengan Islam atau tidak. Bagi NU, Pancasila dan Islam jangan dipertentangkan, tetapi harus saling menguatkan. Hubungan NU pernah tidak harmonis dengan pemerintah era Soeharto. Tatkala Gus Dur menjadi ketua tanfidziyah NU, Soeharto ingin menjegal Gus Dur agar tidak terpilih menjadi ketua tanfidziyah kembali. Soeharto mendukung Abu Hasan secara terang terangan. Tetapi, Gus Dur tetap menjadi pemenah. Pihak Abu Hasan menolak hasil itu dan membuat NU tandingan. Tetapi akhirnya, pihak Abu Hasan meminta maaf kepada Gus Dur. Maka NU tidak kaget, jika sekarang ada NU garis lurus yang dikomandoi oleh Idrus Ramli Dkk. Karena pada waktu itu ada NU tandingan.
Sampai detik ini, NU bagaikan karang ditengah ombak yang terus berdiri kokoh meskipun banyak yang memfitnah. NU sudah kenyang dengan fitnah murahan, meskipun sekarang NU difitnah menerima 1,5 Triliun. Tetapi sesuai dengan doa KH. Hasyim Asyari, “Ya Jabbar, Ya Qohhar” Siapa yang malawan NU akan hancur.

1 komentar:


  1. Adakah konsep Khilafah dalam Khazanah Islam?
    https://bogotabb.blogspot.co.id/2017/10/adakah-konsep-khilafah-dalam-khazanah.html

    BalasHapus