Cari Blog Ini

Selasa, 15 Agustus 2017

Keberhasilan Program Penguatan Pendidikan Karakter dalam Menjaga Keutuhan NKRI



Para penyebar berita bohong atau hoax bermunculan dan gencar melakukan provokasi untuk memecah belah dan mangadu domba masyarakat. Pada akhirnya para pembaca dibuat untuk saling fitnah dan dampaknya terjadi permusuhan. Para penyebar berita bohong  menginginkan Negara Kesatuan Republik Indonesia terpecah belah. Padahal Indonesia merupakan negara kaya akan energi, alam yang subur, budaya yang tersebar di berbagai penjuru tanah air, beribu-ribu bahasa daerah. Beberapa bulan ini bangsa mengalami krisis Kebhinnekaan, yang mengakibatkan munculnya isu SARA. Pada akhirnya menggambarkan kemrosotan masyarakat bidang spiritualitas, moralitas luhur bangsa, rendahnya menghargai perbedaan budaya dan agama.
Hal ini sangat memprihatinkan dan harus sejak dini dilakukan pencegahan, Selama awal masa pemerintahan Presiden Joko Widodo membuat suatu program yaitu gerakan nasional revolusi mental. Pada pelaksanaannya gerakan nasional revolusi mental dilakukan melalui pendidikan. Adapun program pendidikan yaitu dengan pendekatan penguatan pendidikan karakter (PPK).
Program penguatan pendidikan karakter di sekolah mempunyai tujuan yaitu memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga. Pendidikan karakter memuat nilai utama yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial, yaitu mereka memiliki akhlaq, moral, budi pekerti mulia dan menghargai perbedaan. Pendidikan sebagai dasar awal untuk memberikan pondasi tentang nilai-nilai budaya dan agama sebagai sesuatu yang Rahmatan lil Alamin.
Pendidikan Kebhinnekaan dapat mengakar dihati para siswa sebagai sesuatu realitas kehidupan di dunia. Realitas perbedaan yang menjadi keharusan dalam hidup menuju nilai-nilai persatuan bangsa. Sebagaimana tertuang dalam undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 5, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia” dan Pasal 32 ayat 1, “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dalam mengembangkan nilai-nilai budayanya”.
Pendidikan karakter hakikatnya dibangun atas dasar Kebhinnekaan bukan dengan keseragaman. Kebhinnekaan merupakan modal pendidikan. Karena berbagai keturunan bangsa atau suku, berbagai agama kumpul menjadi satu dengan tujuan untuk belajar mewujudkan cita-cita pendiri bangsa yang tertuang dalam pancasila. Para siswa di sekolah yang terdiri dari berbagai agama, suku dan ras merupakan cerminan Kebhinnekaan Indonesia.
Kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada saat bermain, bersenda gurau, saling mengajari, saling menghormati dan menghargai merupakan kegiatan spontan yang hakikatnya mereka belajar untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Para siswa berbaur dan menyatu membentuk kelompok belajar, mereka belajar dari hatinya bukan melihat fisiknya. Para siswa ikhlas menerima perbedaan, mereka saling belajar bahasa, budaya nenek moyangnya, mereka tertarik mempelajari lagu daerah, tari-tarian, dan sebaginya. Betapa menyejukkannya melihat fenomena pendidikan di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kebhinnekaan sebagai sarana pembentukkan karakter siswa.
Berbagai perbedaan, melatih para siswa untuk bersikap dan membentuk pribadi yang saling mencintai dan menyayangi. Mereka bangga akan jati dirinya bagian dari bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai agama, suku dan ras. Melalui kebhinnekaan mereka belajar menumbuhkan nilai-nilai karakter. Karena hakikatnya pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karakter merupakan pilar penting dalam kehidupan bangsa dan negara. Penguatan pendidikan karakter bukan sekadar mengajarkan pengetahuan kepada siswa tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Namun lebih dari itu, penguatan pendidikan karakter merupakan proses menanamkan nilai-nilai positif kepada siswa melalui berbagai cara yang tepat. Membentuk kesadaran dan kemandirian siswa bahwa ada kebhinnekaan di Indonesia. Oleh karena itu pentingnya penanaman kepada siswa tentang perbedaan itu membawa berkah.
Kegiatan penanaman penguatan pendidikan karakter yang dilakukan selama ini di sekolah SMP Islam Bani Hasyim dengan tujuan menumbuhkan nilai-nilai karakter dengan bermodalkan kebhinekaan yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Penanaman sikap nasionalisme dan patriotisme melalui berbagai kegiatan.
2. Membuat program pengenalan perbedaan agama dan cara menghormatinya secara kontekstual.
3. Melestarikan budaya bangsa yang relevan dengan nilai-nilai agama dan pancasila.
4. Mengenalkan berbagai bahasa, pakaian, tari dan sebagainya kepada siswa sebagai program rutin, bukan sekedar normatif.
5. Melakukan kajian sejarah tentang nilai-nilai persatuan.
6. Dialog dengan siswa dari berbagai daerah melalui studi kebhinekaan.
7. Mangajak siswa untuk aktif dalam berliterasi positif baik media cetak maupun media elektronik.
8. Menyeleksi kebenaran suatu berita apakah hoax atau sesuai dengan fakta.
9. Mengajak siswa untuk menghindari grup di media sosial yang tidak dikenalnya.
Berbagai program tersebut dilakukan secara terus menerus melalui pembiasaan dan berbagai kegiatan pembelajaran, baik kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Berbagai kegiatan tersebut membawa dampak positif, yaitu tumbuhnya nilai-nilai karakter siswa. Pada akhirnya program kegiatan dengan mengintegrasikan antara penguatan pendidikan karakter, dalam pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dikemas dalam bentuk program yang meliputi 4 aspek yaitu program religius, gotong royong, nasionalis dan integritas. Program tersebut, dilaksanakan secara bertahap untuk membentuk karakter siswa. Adapun tahap pembentukan yaitu kesadaran, kemandirian dan menggerakkan. Kesadaran adanya kebhinnekaan, kemandirian saling menghargai perbedaan dan menggerakkan orang lain untuk saling menghormati perbedaan.
Adapun nilai-nilai kebhinnekaan menjadi dasar untuk menggerakkan para siswa saling belajar membutuhkan dan saling berbagi tanpa membedakan agama, ras, suku maupun golongan dengan tujuan mulia. Kegiatan yang dilandasi kesadaran akan kebhinnekaan membawa dampak kepada karakter yang saling menghargai perbedaan. Pada akhirnya siswa selalu bertindak dan berbuat dengan nilai-nilai religius. Karena pada hakikatnya agama mengajarkan adanya perbedaan. Tuhan menciptakan umat manusia dengan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa.
Hasil dari program revolusi mental dengan pendekatan pendidikan karakter yaitu para siswa menjadi anak yang tangguh dan tidak mudah terprovokasi oleh golongan tertentu, siswa kritis, siswa menjadi peduli dan empati, siswa suka bekerjasama dan gotong royong, mandiri, jujur, saling menghargai, menghormati, mempunyai rasa nasionalis dan integritas.
Hasil pendidikan penguatan karakter menjadi ujung tombak kebhinnekaan yang dapat menimbulkan rasa nasionalisme dan berpegang teguh dengan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan sebagai sarana menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia. Pada akhirnya guru dan siswa di SMP Islam Bani Hasyim melaksanakan pembelajaran di sekolah, dengan memanfaatkan perbedaan budaya, agama, suku dan ras untuk memperkaya pengetahuan dan khasanah persatuan bangsa dan negara Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar