Cari Blog Ini

Jumat, 11 Agustus 2017

Siapa Saja Yang Mencintai Indonesia?

Ribut-ribut masalah perbandingan utang dari Zaman sebelum Pak Dhe Jokowi hingga ke Jokowi sendiri, apakah itu adalah upaya perbandingan yang menunjukkan bahwa kinerja pemerintah sebelumnya dengan utang terkecil adalah lebih baik?, sementara negara ini berkesinambungan dari bahkan sejak sebelum proklamasi dikumandangkan hingga kini di era pemerintahan Jokowi-JK tidak mungkin kita akan mengatakan bahwa Indonesia itu hanya di zaman Pak Harto atau di zaman SBY misalnya, tidak mungkin khan?, Indonesia ini sudah kesatuan karena kebersamaan neneng moyang kita atas ketidaksetujuan pada penjajahan yang semena-mena, dan penjajahan adalah perbuatan Dholim atau Zholim, yang sekarang masih dipertontongkan oleh Zionist  Isreal kepada tanah jajajahannya, Palestina. Maka tak heran jika semangat UUD Dasar kita adalah menentang penjajajahan itu, Pak Dhe Jokowi telah menegaskan kembali itu, masihkah  bisa dicerna?
Saya masih ingat bagaimana kisah-kisah heroik diceritakan dizaman merebut kemerdekaan, disitu ada saja cerita segelintir bangsa sendiri yang berhasil dibujuk oleh kompeni untuk menjadi pengkhianat, dan pastinya pengkhianat ini yang paling keras daya rusaknya kepada perjuangan, apalagi kalau para si pengkhianat ini merubah atau membakar catatan sejarah yang sangat penting, sungguh fatal jadinya.
Di era sekarang, bisa saja pengkhianat itu berubah dengan model elegan, artinya para pengkhianat itu bisa datang darimana saja, bahkan dari kalangan jejeran elit yang nyaman dengam fasilitas negara di gedung Kura-kura sana,  hanya karena mentalnya yang tak merevolusi mereka malah tidak mewakili rakyat menjadi bangsa yang terbaik, malah mewakili rakyat menjadi bangsa yang menjijikkan, dan hanya mencintai kemewahan tanpa perlu kerja keras, cukup berpolitik busuk dan nyinyir sepanjang periode, bahkan mungkin sampai ke alam kubur akan mati dalam keadaan nyinyir. Masih ingat kan bagaimana seseorang yang nyinyir dengan pembangunan yang digalakkan oleh Ahok dan Jokowi?, Kabarnya ada yang lewat flyover semanggi tapi karena tak mampu memahami kerja keras suatu karya, maka langsung saja menilai pekerjaan itu membingungkan. Mungkin membingungkan disini maksud dia adalah tak adanya celah main-main anggaran. Membingungkan ya?
Mari kita tanya mereka dari lubuk hati yang paling dalam, apakah kalian sungguh mencintai Indonesia?, Jika anda mempunyai Lamborgini plus Rolls Royce yang tidak terlalu nyaman dipakai di jalan-jalan kampung yang ada  di Indonesia, selain bayar pajak apakah bisa mobil semewah itu mengurangi utang-utang Indonesia?, kalau cinta itu butuh pengorbanan, tentu seseorang akan mengorbankan kenyamanannya dan egonya terhadap kemewahan. Tapi sepertinya hal ini agak sulit dan tidak banyak yang mau melakukannya, apalagi katanya “tak semudah bicara begitu boss”, artinya, sifat egoisme masih mengakar dan kekhawatiran menjadi melarat masih membayangi. Bisa saja seseorang terlihat kaya secara materi, namun karena khawatir dengan kemiskinan yang menderanya maka menjadikannya menjadi bangsa yang miskin, bukan bangsa pejuang demi hidup mulia sebagaimana fitrah manusia adalah mulia, ini yang terjadi pada pejabat yang gajinya sudah tinggi tapi masih korupsi juga, apa lagi kalau bukan khawatir miskin dan mau hidup mewah?. Sungguh jika hidup hanya sebatas materi yang terbatas ini, betapa ceteknya hidup manusia yang membatasi dirinya dengan materi belaka.
Dalam suatu quote, Bung Karno pernah bilang bahwa perjuangan melawan bangsa sendiri itu lebih sulit dari melawan penjajah, ini ibarat melawan diri sendiri yang egonya tinggi lebih sulit daripada melawan musuh atau binatang buas yang akan menyerang.
Lihat saja bagaimana pemerintahan Jokowi sekarang yang lagi giat-giatnya membangun malah mendapatkan banyak halangan, bukannya para pasukan nyinyir ini membantu menjadikan Indonesia negara yang disengani di dunia, malah mereka akan menghancurkan dan merendahkan bangsa ini dengan aksi-aksi yang sangat bahlul, kalau bisa dibilang, sumbu pendek akut. Sebab dengan tontonan nyinyir yang koplak, tidak menjadikan pembangunan lebih cepat, malah mementaskan dirinya sebagai orang gagal segagal-gagalnya paham. Ini sama halnya orang yang buang sampah sembarang lalu menuduh orang lain jangan buang sampah, lalu berkampanye bahwa kita harus bersihkan sampah agar menjadi hebat, licik kan?
Salah satu tema yang akan dipakai untuk menjatuhkan Jokowi adalah PKI, sebelumnya sudah banyak yang tahu kalau mereka telah melakukan upaya lewat Ahok, dengan isu Agama, dan Islamisme menjadi pemandangan yang mengerikan di ajang Pilgub 2017, masih ingat bagaimama mayat dibawa-bawa kampanye kan?, Sejarah hitam pilgub Jakarta telah terukir sangay kelam.
Isu PKI atau komunis yang serampangan dan tak ada definisi yang jelas yang telah digelontorkan ini mudah kita cari akarnya, dari mana isu ini mencuat pertama kali?, ingat Rizieq Shihab yang kini enggan pulang?, bagaimana ia bisa bercocoklogi dengan logo duit?, apakah dengan logo itu komunis bangkit dari dalam lembaran duit?, padahal disana ada juga lambang garuda Indonesia.
Bukan cuma itu, ada Alfian Tanjung, ada orangnya Gerindra yang menyebut PDIP dan PKI, dan beberapa tokoh politik yang sampai saat ini belum punya solusi untuk Indonesia bebas dari utang, namun keburu sering nyinyir dengan gayanya masing-masing, dan hal itu membuat pelajaran negatif ke masyarakat menjadi bangsa yang pesimis, jika bangsa sudah pesimis maka itu menandakan sebuah kehancuran. Sepertinya mereka ini rela negara hancur karena bukan kalangan mereka yang menjadi penguasa, bahkan mereka mau memaksa Tuhan agar mereka menjadi penguasa. Sadis kan?
Semua tokoh-tokoh yang pernah melepaskan isu komunis lihat saja teman- teman gaulnya, dari situ bisa dianalisa bahwa isu itu tak jauh-jauh dan sudah jadi rumusan politiknya. Sangat kotor. Padahal untuk melawan Jokowi atau mau mengalahkannya adalah dengan prestasi yang melebihi dari Jokowi, bukan nyinyir.
Atau bisa saya bilang, jika ingin mengalahkan Jokowi adalah gunakan senjata Cinta Indonesia dengan tulus, ikhlas, dan menjunjung tinggi Pancasila, wujudkan harmonisasi di dalam masyarakat yang manjemuk ini, bukan dengan korupsi, nyinyir, dan sok Iskami dukung HTI. HTI dan khilafah sangat berbeda, apalagi Cak juga berbeda. Khilafah substansinya perbaikan mental atau revolusi mental demi mencapai insan kamil atau manusia yang sempurna.
Begitulah Bekicot….

0 komentar:

Posting Komentar