Ribut-ribut masalah perbandingan utang
dari Zaman sebelum Pak Dhe Jokowi hingga ke Jokowi sendiri, apakah itu
adalah upaya perbandingan yang menunjukkan bahwa kinerja pemerintah
sebelumnya dengan utang terkecil adalah lebih baik?, sementara negara
ini berkesinambungan dari bahkan sejak sebelum proklamasi dikumandangkan
hingga kini di era pemerintahan Jokowi-JK tidak mungkin kita akan
mengatakan bahwa Indonesia itu hanya di zaman Pak Harto atau di zaman
SBY misalnya, tidak mungkin khan?, Indonesia ini sudah kesatuan karena
kebersamaan neneng moyang kita atas ketidaksetujuan pada penjajahan yang
semena-mena, dan penjajahan adalah perbuatan Dholim atau Zholim, yang
sekarang masih dipertontongkan oleh Zionist Isreal kepada tanah
jajajahannya, Palestina. Maka tak heran jika semangat UUD Dasar kita
adalah menentang penjajajahan itu, Pak Dhe Jokowi telah menegaskan
kembali itu, masihkah bisa dicerna?
Saya masih ingat bagaimana kisah-kisah
heroik diceritakan dizaman merebut kemerdekaan, disitu ada saja cerita
segelintir bangsa sendiri yang berhasil dibujuk oleh kompeni untuk
menjadi pengkhianat, dan pastinya pengkhianat ini yang paling keras daya
rusaknya kepada perjuangan, apalagi kalau para si pengkhianat ini
merubah atau membakar catatan sejarah yang sangat penting, sungguh fatal
jadinya.
Di era sekarang, bisa saja pengkhianat itu
berubah dengan model elegan, artinya para pengkhianat itu bisa datang
darimana saja, bahkan dari kalangan jejeran elit yang nyaman dengam
fasilitas negara di gedung Kura-kura sana, hanya karena mentalnya yang
tak merevolusi mereka malah tidak mewakili rakyat menjadi bangsa yang
terbaik, malah mewakili rakyat menjadi bangsa yang menjijikkan, dan
hanya mencintai kemewahan tanpa perlu kerja keras, cukup berpolitik
busuk dan nyinyir sepanjang periode, bahkan mungkin sampai ke alam kubur
akan mati dalam keadaan nyinyir. Masih ingat kan bagaimana seseorang
yang nyinyir dengan pembangunan yang digalakkan oleh Ahok dan Jokowi?,
Kabarnya ada yang lewat flyover semanggi tapi karena tak mampu memahami
kerja keras suatu karya, maka langsung saja menilai pekerjaan itu
membingungkan. Mungkin membingungkan disini maksud dia adalah tak adanya
celah main-main anggaran. Membingungkan ya?
Mari kita tanya mereka dari lubuk hati
yang paling dalam, apakah kalian sungguh mencintai Indonesia?, Jika anda
mempunyai Lamborgini plus Rolls Royce yang tidak terlalu nyaman dipakai
di jalan-jalan kampung yang ada di Indonesia, selain bayar pajak
apakah bisa mobil semewah itu mengurangi utang-utang Indonesia?, kalau
cinta itu butuh pengorbanan, tentu seseorang akan mengorbankan
kenyamanannya dan egonya terhadap kemewahan. Tapi sepertinya hal ini
agak sulit dan tidak banyak yang mau melakukannya, apalagi katanya “tak
semudah bicara begitu boss”, artinya, sifat egoisme masih mengakar dan
kekhawatiran menjadi melarat masih membayangi. Bisa saja seseorang
terlihat kaya secara materi, namun karena khawatir dengan kemiskinan
yang menderanya maka menjadikannya menjadi bangsa yang miskin, bukan
bangsa pejuang demi hidup mulia sebagaimana fitrah manusia adalah mulia,
ini yang terjadi pada pejabat yang gajinya sudah tinggi tapi masih
korupsi juga, apa lagi kalau bukan khawatir miskin dan mau hidup mewah?.
Sungguh jika hidup hanya sebatas materi yang terbatas ini, betapa
ceteknya hidup manusia yang membatasi dirinya dengan materi belaka.
Dalam suatu quote, Bung Karno pernah
bilang bahwa perjuangan melawan bangsa sendiri itu lebih sulit dari
melawan penjajah, ini ibarat melawan diri sendiri yang egonya tinggi
lebih sulit daripada melawan musuh atau binatang buas yang akan
menyerang.
Lihat saja bagaimana pemerintahan Jokowi
sekarang yang lagi giat-giatnya membangun malah mendapatkan banyak
halangan, bukannya para pasukan nyinyir ini membantu menjadikan
Indonesia negara yang disengani di dunia, malah mereka akan
menghancurkan dan merendahkan bangsa ini dengan aksi-aksi yang sangat
bahlul, kalau bisa dibilang, sumbu pendek akut. Sebab dengan tontonan
nyinyir yang koplak, tidak menjadikan pembangunan lebih cepat, malah
mementaskan dirinya sebagai orang gagal segagal-gagalnya paham. Ini sama
halnya orang yang buang sampah sembarang lalu menuduh orang lain jangan
buang sampah, lalu berkampanye bahwa kita harus bersihkan sampah agar
menjadi hebat, licik kan?
Salah satu tema yang akan dipakai untuk
menjatuhkan Jokowi adalah PKI, sebelumnya sudah banyak yang tahu kalau
mereka telah melakukan upaya lewat Ahok, dengan isu Agama, dan Islamisme
menjadi pemandangan yang mengerikan di ajang Pilgub 2017, masih ingat
bagaimama mayat dibawa-bawa kampanye kan?, Sejarah hitam pilgub Jakarta
telah terukir sangay kelam.
Isu PKI atau komunis yang serampangan dan
tak ada definisi yang jelas yang telah digelontorkan ini mudah kita cari
akarnya, dari mana isu ini mencuat pertama kali?, ingat Rizieq Shihab
yang kini enggan pulang?, bagaimana ia bisa bercocoklogi dengan logo
duit?, apakah dengan logo itu komunis bangkit dari dalam lembaran duit?,
padahal disana ada juga lambang garuda Indonesia.
Bukan cuma itu, ada Alfian Tanjung, ada
orangnya Gerindra yang menyebut PDIP dan PKI, dan beberapa tokoh politik
yang sampai saat ini belum punya solusi untuk Indonesia bebas dari
utang, namun keburu sering nyinyir dengan gayanya masing-masing, dan hal
itu membuat pelajaran negatif ke masyarakat menjadi bangsa yang
pesimis, jika bangsa sudah pesimis maka itu menandakan sebuah
kehancuran. Sepertinya mereka ini rela negara hancur karena bukan
kalangan mereka yang menjadi penguasa, bahkan mereka mau memaksa Tuhan
agar mereka menjadi penguasa. Sadis kan?
Semua tokoh-tokoh yang pernah melepaskan
isu komunis lihat saja teman- teman gaulnya, dari situ bisa dianalisa
bahwa isu itu tak jauh-jauh dan sudah jadi rumusan politiknya. Sangat
kotor. Padahal untuk melawan Jokowi atau mau mengalahkannya adalah
dengan prestasi yang melebihi dari Jokowi, bukan nyinyir.
Atau bisa saya bilang, jika ingin
mengalahkan Jokowi adalah gunakan senjata Cinta Indonesia dengan tulus,
ikhlas, dan menjunjung tinggi Pancasila, wujudkan harmonisasi di dalam
masyarakat yang manjemuk ini, bukan dengan korupsi, nyinyir, dan sok
Iskami dukung HTI. HTI dan khilafah sangat berbeda, apalagi Cak juga
berbeda. Khilafah substansinya perbaikan mental atau revolusi mental
demi mencapai insan kamil atau manusia yang sempurna.
Begitulah Bekicot….
0 komentar:
Posting Komentar