Cari Blog Ini

Jumat, 24 Maret 2017

Ulama Indonesia Minta Allah Sengsarakan Orang yang Memilih Ahok, di Mana MUI?


“…..tetap memilih orang kafir sebagai pemimpin, maka persulit hidupnya, jangan sembuhkan penyakitnya. Tambah penyakitnya biar lebih keras lagi. Jangan kasih obatnya, sempitin rejekinya, susahkan urusannya. Hancurkan kehidupannya. Jangan dikasi kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Aamieen ya robbal alamieen.
Boleh nggak doa begitu? Boleh. Kok ketawa? Boleh nggak doa begitu? Boleh. Makanya mulai hari ini di mimbar-mimbar saya mau baca doa begitu. Pokoknya kalau di atas mimbar saya mau baca doa begitu. Kalau dikasi tahu nggak ngerti, didoain baik nggak bisa baik, ya sumpahin aja.”
Kalimat di atas disampaikan oleh ulama besar Indonesia, Habib Rizieq Syihab. Keturunan Nabi Muhammad SAW.
Sebagai muslim dan pernah nyantri, tidak pernah sedikitpun kyai saya mencontohkan doa yang buruk seperti itu. Malah menurut kyai, berdoa buruk pada orang lain itu tidak baik dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Memang ada tafsir atau hadits yang membolehkan mendoakan keburukan bagi orang yang didzolimi. Tapi akan jauh lebih baik kalau tetap mendoakan kebaikan.
Suatu hari pernah ada santri yang kabur ke luar pondok tanpa izin dan ketahuan merokok. Para ustad menghukumnya dengan mencukur gundul dan pembacaan surat pernyataan secara terbuka di hadapan tiga ribuan santri, bahwa dirinya tidak akan melanggar lagi.
Orang tuanya dan santri tersebut juga dipanggil menghadap kyai. Keduanya dinasehati untuk berdiskusi. “Antara ustad dan santri itu harus sama-sama ikhlas, supaya barokah. Jika salah satunya tidak ikhlas, maka semuanya akan sia-sia. Silahkan anakku dan bapak memutuskan, apakah ingin terus belajar di pesantren ini, atau ingin belajar di luar.”
Kalimat seperti itu cukup sering dikatakan oleh kyai saat menangani santri yang melakukan pelanggaran serius di pesantren. Dan itu biasanya adalah jalan terakhir. Artinya, jika si santri di kemudian hari masih melanggar lagi, maka mau tak mau kyai akan menyerahkan santri tersebut kepada orang tuanya untuk dibawa pulang.
Kyai saya cukup sering marah. Marah jika santrinya tidak tepat waktu. Marah jika tidak shalat jamaah. Marah kalau santrinya merokok, dan seterusnya. tapi semarah-marahnya kyai, tidak pernah sekali pun mendoakan santrinya dengan doa-doa yang buruk. Tidak pernah!
Santri-santri yang melanggar bahkan ada yang menantang duel ustad, pada akhirnya selalu didoakan agar bisa lebih baik ke depan. Bisa bermanfaat bagi sesama, sukses dan dimudahkan jalan hidupnya.
Pada saat malam wisuda, sebelum besok pagi santri dinyatakan selesai dan keluar dari pesantren, kyai mengumpulkan seluruh wisudawan. Saya masih ingat betul, sebab saya merupakan salah satu dari dua ratusan santri yang di wisuda pada tahun 2007.
Saat itu, kyai memeluk satu persatu santrinya secara bergantian dan mengatakan “ma’annajah,” artinya semoga sukses. Ini dilakukan kepada semuanya, termasuk santri-santri yang nakalnya luar biasa.
Itulah cerita singkat saya saat masih di pesantren, dengan kyai yang luar biasa. Saya tidak pernah diajari kyai untuk berdoa buruk kepada orang lain. Sepanjang saya belajar agama Islam, dengan sejumlah kitab-kitab, hadits dan tafsir Alquran, tidak pernah saya temukan anjuran agar orang Islam mendoakan keburukan bagi orang lain.
Ulama Indonesia minta Allah sengasarakan orang yang memilih Ahok
Bagaimanapun soal boleh tidaknya mendoakan keburukan pada orang lain bisa saja menimbulkan perdebatan dan pro kontra. Dalam hal ini saya tidak ingin membahasnya lebih jauh. Islam yang saya pelajari tidak menganjurkan doa buruk seperti itu. Kalau ada kelompok Islam lain yang menganjurkan, sampai mau berdoa secara konsisten di mimbar-mimbar, silahkan saja. Itu hak. Soal hidayah biarlah jadi urusan Allah.
Tapi, dalam konteks memilih pemimpin dalam hal ini pimpinan daerah, dengan cara mendoakan pemilih lawan politiknya agar disengsarakan hidupnya, bagi saya ini sudah bab lain; menjual agama, mengajak Allah berkampanye.
Pembaca Seword boleh beda pandangan soal boleh tidaknya mendoakan keburukan bagi orang lain, tapi kalau Allah diajak kampanye dan diminta agar menambah sakit pendukung salah satu calon Gubernur, persulit hidupnya, persempit rejekinya, susahkan urusannya sampai meminta Allah menghancurkan kehidupannya, kita harus sepakat bahwa ini merupakan perbuatan keji. Sangat merendahkan Allah. Dia kira Allah itu siapa? Yang bisa diajak untuk menyerang orang-orang yang menjadi lawan politiknya?
Video berantai ulama besar Indonesia, Habib Rizieq Syihab sudah menyebar ke mana-mana. Ini merupakan penghinaan luar biasa kepada Allah yang diajak berkampanye melawan Ahok. Doa yang seharusnya berisi ucapan-ucapan baik, dinista dengan begitu buruknya hanya karena urusan Pilkada.
Sebagai orang Islam, saya bertanya pada ulama dan para ustad di Indonesia, apakah yang dilakukan oleh ulama besar Indonesia, Habib Rizieq Syihab ini dibolehkan dalam agama Islam? jika ini bertentangan dari ajaran Islam, maka kita harus luruskan. Jangan sampai rakyat disesatkan oleh praktik-praktik dan teori salah dalam beragama.
Coba tanya ustad Yusuf Mansur, Aagym, kyai-kyai dan ustad Nahdatul Ulama serta Muhammadiyah, apakah agama Islam itu seperti yang ditunjukkan oleh Habib Rizieq Syihab? Sudah saatnya kalian semua menjawab. Jangan diam saja, atau Islam di Indonesia akan benar-benar seperti versi Habib Rizieq Syihab yang penuh dengan amarah, kata kasar; setan, dajjal, biadab, iblis, bunuh dan seterusnya.
Begitulah kura-kura.

0 komentar:

Posting Komentar