Cari Blog Ini

Jumat, 17 Maret 2017

Mbah Moen Dianggap Pendukung Ahok Karena 3 Hal ini, Berani Haramkah Jenazahnya?

Diantara ulama sepuh NU yang paling dianggap berkharisma adalah Mbah Maimoen Zubair. Beliau adalah pentolan ulama NU yang sangat kaya ilmu, tawadhu, dan bijak. Maka tak heran, jika Silaturahim Nasional Alim Ulama Nusantara yang diadakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) se Indonesia, diadakan di tempat tinggal beliau, yaitu Pondok Pesantren An-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.
Dikutip dari laman NU online, saat memberikan memberikan sambutan selaku tuan rumah beliau mengatakan, bahwa ia sering dianggap sebagai pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) karena tiga hal:
Pertama, ia mengecam penggunaan isu SARA dalam politik, terutama Pilkada di Jakarta. Menurutnya, Indonesia harus dijaga kedamaiannya dan kerukunannya. Umat Islam harus menjadi pelopor dan penjaga perdamaian dan kerukunan. Maka tidak boleh umat Islam menjadi pembuat perpecahan dan pengobar permusuhan.
Kedua, menurut pengasuh pesantren yang terkenal ahli sejarah ini, negara makmur atau tidak itu bukan tergantung pemimpin negaranya muslim atau bukan. Dia contohkan Sudan, negara nun jauh di benua Afrika, sebelah selatan Mesir.  Sudan setelah terpecah menjadi dua negara, yaitu Sudan Utara dan Sudan Selatan, kata dia, lebih makmur Sudan Selatan. (Data Wikipedia menyebutkan Sudan Selatan dipimpin oleh presiden Kristen). Sementara Sudan utara yang dipimpin presiden muslim, rakyatnya tidak makmur, alamnya gersang dan bahkan pemerintahnya lemah sekali. Saat ini terancam sebagai negara gagal. “Pengamatan saya, negara Sudan Selatan makmur, sedangkan Sudan Utara miskin dan gersang,” terangnya.
Ketiga, mengapa Kiai Maimoen sering dianggap pendukung Ahok?  Menurut dia, karena sering menceritakan bahwa Islamnya orang sarang itu berasal dari dakwahnya orang Belitung dan Bangka. Bukan para wali dari Demak.
Ketiga hal ini lah yang menyebabkan beliau pernah dikecam dan disebut sesat dan goblok oleh seorang ibu rumah tangga bernama Syaibah Mawal. Saat itu ibu ini pernah menulis status di Facebooknya pada 5 November 2016 :“sesat nii orang jgn diikutin yg bginian, kcuali klo islam lo cm KTP cm diakui negara bkan Allah.kitab suci dihina kok mnta maaf slsai,goblog.dah mau msuk liang lahat aj msih keblingerr,”.
Ibu ini kemudian dibawa Banser NU ke kediaman Mbah Maimoen untuk meminta maaf, dan yang sangat menyejukkan Mbah Maimoen mengatakan kasus ini tidak usah dibesar-besarkan.
Isu agama dalam politik mengingatkan kita pada sejarah kaum Khawarij pada masa Khulaur Rasyidin terutama pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Kaum Khawarij adalah kelompok sempalan Islam. Mereka mengaku Islam, tapi malah menghancurkan Islam itu sendiri. Pada masa Khalifah Usman, kelompok inilah yang membuat finah dan makar pada Sang Khalifah. Hingga akhirnya mereka mengepung rumah sang Kahlifah selama 40 hari dan membunuhnya ramai-ramai.  Mereka juga melarang sang Khalifah dimakamkan di Masjid Nabawi, sehingga akhirnya Khalifah Usman terpaksa dimakamkan di  pekuburan Yahudi. Padahal Khalifah Usman adalah sahabat terbaik Nabi, paling banyak shadaqahnya, orang pertama kali yang beriman pada Rasulullah, dan bahkan dijamin masuk surga. Baca tulisan saya tentang hal ini di : klik di sini
Nah, sekarang kelompok sempalan Islam ini muncul di Indonesia dalam bentuk yang unyu-unyu: berelana cingkrang, pakai gamis dan surban, berjenggot tebal dan berjidat hitam. Kejadiannya sama persis: pelarangan sholat jenazah pada kaum Muslim. Alim ulama diluar kelompok mereka difitnah dan dikecam. Mereka ini pula yang sering teriak kembali pada Quran dan Hadist, tapi tingkah dan perkataan mereka jauh dari Al Quran dan Hadist. Mereka yang teriak ‘save NKRI’, tapi mereka inilah yang punya mimpi besar untuk mendirikan negara syariah seperti layaknya Saudi dan Suriah.
Menjelang Pilkada putaran kedua menjadi bukti bahwa kaum khawarij ini lebih berani. Isu SARA dihembuskan lebih parah lagi. Jika sebelumnya mereka mencela umat Islam yang tidak sepemahaman pakai ayat, sekarang dengan ancaman mayat. Apakah pernyataan Mbah Maimoen hari ini mereka anggap membela Ahok? Jika ia, berani mereka haramkan sholat jenazah beliau?
Pertanyaannya, mengapa Anies-Sandi tidak menyadarinya? atau sebaliknya justru kelompok Khawarij inilah yang mejadikan Anies-Sandi sebagai tunggangan untuk mencapai tujuan mereka?
Yang sangat disayangkan Anies-Sandi rupanya memang menikmati ancaman mayat dan isu SARA ini. Beberapa kali bahkan Anies mengatakan harus memilih pemimpin harus Muslim. Saat ada spanduk pelarangan jenazah, Anies juga rupanya tak langsung menghimbau untuk menurunkannya. Ia menikmati pergumulan dan perpecahan antar umat Islam di Jakarta. Baru setelah ada pernyataan dari Banser NU yang melarang spanduk tersebut dan  dan pelarangan dari Polisi, Anies kemudian ikut menyuruh menurunkan spanduk tersebut. Saya pikir Anies  adalah orang baik yang tak akan bermain isu SARA untuk mendulang suara. Tapi toh dugaan saya meleset. Ia ternyata sama saja.
Hari ini beberapa pentolan ulama NU berkumpul di Sarang, Rembang. Semoga kesepakatan yang dibuat menjadi tameng keuntuhan Bangsa. tidak ada lagi isu SARA yang bisa merusak kebhinnekaan bangsa. Saya juga berdoa semoga ulama NU, terutama Mbah Maimoen Zubair terus diberi kesehatan, sehingga tetap bisa berkiprah pada agama dan bangsa.
Sungguh, saya tak bisa membayangkan jika kemudian satu per satu ulamanya meninggal, hanya tersisa ustadz –usatadz PKS yang doyannya poligami atau FPI yang pentolannya hanya berdakwah lewat kekerasan. Mungkin sedikit lagi dan bisa dipastikan negara akan seperti Sudan,Suriah, atau negara Islam lain.

0 komentar:

Posting Komentar