Cari Blog Ini

Minggu, 19 Maret 2017

Kerjasama Arab-China Capai 866 T, Nikmat “Aseng” Mana Lagi yang Mau Kau Dustakan?

 

Hari ini, China dan Arab Saudi menandatangi sederet nota kesepahaman dan letter of intent (Lol) yang mempunyai nilai 65 miliar dolar atau sekitar Rp 866 triliun. Angka yang sangat fantastis dibandingkan dengan kerjasama dengan negeri kita yang cuma bernilai Rp 300 triliun.
Presiden China Xi Jingping mengatakan, “Kunjungan Raja Salman menunjukkan pentingnya Arab Saudi menjaga hubungannya dengan China. Kunjungan ini akan mendorong dan terus meningkatkan kualitas hubungan kedua negara demi keuntungan bersama.”
Angka yang tidak main-main itu menunjukkan semakin besarnya keterkaitan China dengan Timur Tengah. Itu artinya pandangan sebagian kecil masyarakat kita yang bahlul binti dungu tentang jargon “anti-China” dan “anti-Aseng”-nya merupakan pandangan yang tak jauh beda dengan “kepercayaan” bumi itu datar dan monas mampu menampung 7 juta manusia.
Menawarkan China untuk berinvestasi di Arab, dimana China yang notabenenya lebih dekat ke Rusia, musuh bebuyutan Amerika (dimana Amerika adalah sekutunya Arab) menunjukkan bahwa bisnis tak pernah mengenal mana lawan mana kawan. Bisnis hanya mengenal mana keuntungannya? Kalau menguntungkan, anda kawan saya.
Di negeri ini. Negeri para pemimpi di siang bolong. Dimana ditawarkan beragam fantasi tentang bahaya laten asing, aseng, komunis, PKI dan kawan-kawannya. Ada sekelompok pekerja dari China di Indonesia, lalu dibuat-buatlah cerita bahwa negeri ini, sebentar lagi, akan dikuasai “aseng”. Beberapa wisatawan dari China datang berlibur ke Indonesia, dibuat-buatlah kisah fiksi “10 juta pekerja asing dari China datang ke Indonesia”.
Tahun 2014, saat Jokowi ikut serta dalam kontestasi Pilpres. Sebuah fiksi lahir tentang masa lalu Jokowi dan tentang keluarga Jokowi yang memiliki keterkaitan dengan China. Jokowi dikisahkan memiliki nama China Wie Jo Koh. Dibuatlah kajian-kajian sejarah ala kadarnya tentang asal usul keluarga Jokowi. Pokoknya, se-ndeso bagaimana pun Jokowi, ia harus China.
Cerita yang lucu. Tapi dengan cerita di atas banyak masyarakat bumi datar yang termakan fitnah murahan tersebut. Kita maklumin saja. Memang makanan pokok mereka itu fitnah bukan nasi. Tanpa fitnah mereka tidak akan bisa hidup. Puasa fitnah adalah ibadah paling berat dalam hidup mereka.
Itu Jokowi yang secara fisik enggak kelihatan unsur-unsur Chinanya. Sekarang coba kita tengok Ahok. Sudah benar-benar China, bisa bahasa China, bapak-ibu kakek-nenek dan buyut-buyutnya jelas-jelas China, akan sedahsyat apalagi cerita tentang “bahaya China” yang akan mereka buat?
Pasti sangat mengerikan. Pasti sangat memacu adrenalin mereka yang bersumbu pendek yang mudah sekali meledak-ledak. Maka berkobarlah semangat “jihad-jihadan” melawan China, melawan Ahok. Dan para politisi kotor yang “mendadak agamis” senang melihat pemandangan ini. Mereka hanya kipas-kipas di tempat duduknya, tertawa dan bergembira ria melihat orang-orang bodoh berjuang merebut sebuah fatamorgana.
Hari ini, terjawab sudah. Bahwa propaganda bahaya laten China, komunis dan PKI hanyalah fantasi mereka yang sudah “over dosis”. Mereka sudah tak mampu lagi menyerang pemerintah, sehingga menggunakan isu-isu murahan tersebut.
Malah, junjungan mereka sendiri, yakni Arab Saudi, yang menampar muka tak tahu malu mereka. Kerjasama China-Arab Saudi merupakan pukulan telak atas masyarakat bumi datar yang selalu memainkan isu asing dan aseng.
Saat Raja Salman datang ke Indonesia. Masyarakat bumi datar mengatakan bahwa Raja Salman bagi-bagi uang untuk rakyat Indonesia. Raja Salman akan mengusir China dari Indonesia. Hidup Raja Salman. Hidup Arab Saudi. Hidup Islam. Dan RIP China. Kira-kira begitulah semangat yang mereka umbar di media sosial.
Tapi, mengapa Raja Salman malah menggaet China untuk kerjasama yang nilainya hampir 3 kali lipat dari kerjasama dengan negeri kita? Apakah mereka akan beramai-ramai mengutuk Raja Salman, sang penjaga “Haramain”, sebagai antek-asing atau antek-aseng? Beranikah mereka menghujat Raja Salman sebagaimana mereka berani menghujat Jokowi?
Saya rasa, mereka tidak akan berani. Mereka akan berpikir dua bahkan ribuan kali untuk menghujat sang penjaga “Haramain”, kalau mereka tidak takut kutukan. Bisa-bisa mereka tidak bisa berkunjung ke Haramain. Bisa-bisa mereka dikutuk jadi kotoran onta gara-gara menghujat sang raja.
Saya cuma mau bilang singkat “Maka nikmat aseng mana lagi yang akan kaudustakan”

0 komentar:

Posting Komentar