Cari Blog Ini

Jumat, 24 Maret 2017

Hebatnya Perilaku Manusia (Indonesia)

Hebatnya Manusia (1)

TUHAN tidak hanya mencipta manusia saja sebagai makhluk hidup di dunia ini. Sebagai pendamping, TUHAN menghadirkan hewan dan tumbuhan serta berbagai benda lainnya. Terdapat perbedaan signifikan di antara semua ciptaan TUHAN ini. Kalau hewan hanya bisa berprokreasi saja, tidak demikian dengan manusia. Selain berprokreasi, manusia juga mampu berkarya-cipta. Dari zaman “baheula” sampai saat ini, sudah tak terhitung hasil karya cipta manusia. Utamanya berbagai instrumen guna menjawab kebutuhan hidup. Tengok beragam jenis pesawat yang “berseliweran” di berbagai bandara seluruh dunia. Tengok pula kapal-kapal berbagai ukuran menyusuri sungai sampai samudera raya. Paling fenomenal adalah “super tanker” dan kapal induk. Atau skyscraper yang mencoba menggapai langit. Salah satunya  adalah Burj Khalifa di Dubai yang sampai saat ini masih memegang rekor gedung tertinggi di dunia.
Dari zaman “baheula,” cerita tentang “superioritas” manusia sudah tercatat dan “menyejarah.” Wajar apabila berbagai kitab suci sampai-sampai turut mencatatnya sesuai dengan versi masing-masing. Ambil contoh kitab suci agama Kristen, yaitu Alkitab, khususnya di bagian Perjanjian Lama.
Kejadian 1: 26 – 27
Kej. 1:26 Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”
Kej. 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka
Luar biasa, bukan? Hanya manusia yang diciptakan “segambar” dan “serupa” dengan TUHAN. Pertanyaan penting adalah: “Apa makna dari kata “segambar” dan “serupa?”
  • Kata “segambar” dan “serupa” bukan berarti manusia sama dengan TUHAN. Jauh, teramat jauh menyamakan diri manusia dengan TUHAN. Suatu hal yang mustahil! Sebab TUHAN Sang Pencipta, manusia hanya ciptaan.
  • Kata “segambar” dan “serupa,” tidak boleh lepas dari kalimat selanjutnya di ayat 26, yaitu: “… mereka berkuasa atas ikan-ikan … dan seterusnya.”
  • Kalimat ini mau memperlihatkan bahwa manusia beroleh akal dan budi (nurani). Instrumen yang ecmemungkinkan manusia mampu berkarya-cipta. Serta membedakan: “benar atau salah, baik atau buruk, dan dosa atau tidak dosa.” Tentu parameternya kitab suci dan norma-norma serta nilai moralitas yang berlaku sesuai konteks.
  • Dengan demikian, kata “menguasai” di sini bukan berarti “memperkosa.” Melainkan dengan akal-budi “mengelola” secara bijak dan menjaga lestari bumi di mana manusia ada dan hidup.
Hanya ini sajakah kehebatan manusia dibanding makhluk hidup lain?

*********************
TUHAN vs. Hantu

Semua yang mengaku ber-TUHAN dan beragama pasti meng-aminkan TUHAN teramat suci, kudus, dan mulia. Secara hirarkis (kalau boleh diberlakukan), TUHAN berada di posisi puncak atau tertinggi.  TUHAN juga diaku Maha Kuasa, Maha Kasih, Maha Adil, Maha Benar, Maha Baik, dan lain sejenisnya. Sebuah pengakuan betapa “kecil” dan “terbatasnya” manusia walau beroleh anugerah akal-budi. Itu sebabnya, wajib menyembah dan memuja-muji TUHAN lewat berbagai versi peribadahan maupun tutur kata dan perilaku keseharian. Juga wajib hukumnya untuk patuh, taat, dan setia pada semua ajaran, perintah, dan hukum TUHAN.
Sebaliknya dengan hantu. Kamus Besar Bahasa Indonesia online mendefinisikan hantu sebagai roh jahat (yang dianggap terdapat di tempat-tempat tertentu). Sudah “takdir” hantu harus berada pada posisi paling rendah. Manusia yang mengaku ber-TUHAN dan beragama juga mempersepsikan hantu adalah “makhluk” jahat yang hina, buruk, dan busuk. Itu sebabnya hantu tidak boleh disembah dan dipuja-puji. Juga tidak boleh meniru perilaku seperti yang bisa di lihat di film-film hantu. Misalnya, perilaku suka menakut-nakuti, seperti hantu pocong atau kuntilanak, dan lain sejenisnya. Kecuali hantu di film “Si Manis Jembatan Ancol.” Hehehe. Jadi “haram” hukumnya menyembah, memuja-muji, dan meniru perilaku hantu. .

*************
“Hebatnya” Manusia (2)

Kehebatan manusia tidak hanya soal ber-prokreasi dan berkarya-cipta. Dalam situasi dan kondisi khusus, manusia bahkan mampu “mempermainkan” posisi tertinggi TUHAN. Kalau lagi perlu, TUHAN beroleh tempat tertinggi. Misalnya dalam keadaan sekarat. TUHAN pasti akan dipanggil-panggil, disembah-sembah, dan dimohon-mohon, tanpa henti. Sebaliknya kalau lagi tidak butuh. Ajaran, perintah, dan hukum TUHAN terlupakan. Tanpa sungkan dan malu justru mengadopsi perilaku hantu.
Hebatnya lagi, manusia juga mampu membuat batasan TUHAN dengan hantu menjadi teramat tipis. Jauh lebih tipis dari sehelai rambut di kepala. Sebuah puisi “jenius” ciptaan seorang “anonim” memberi jawab tentang hal ini. Judul dan isi puisi ini hanya menggunakan 1 kata, yaitu TUHAN. Nah, sekarang coba lafalkan atau lantunkan kata TUHAN berulang tanpa henti di depan kaca: “TU HAN TU HAN TU HAN tu han tu han tu han tu HAN TU HAN TU HAN tu han tu, dan seterusnya dan seterusnya.” Wajib melafalkan dengan berbagai intonasi. Mulai dari penyembahan, permohonan, sampai teriak seperti orang ketakutan atau kesurupan. Lebih bagus kalau cahaya lampu remang-remang. Hasilnya? Silahkan coba terlebih dulu. Pasti akan beroleh jawaban: “Hanya manusia yang mampu membuat batasan atara TUHAN dengan hantu jadi teramat tipis.
Itu baru dari sebuah puisi. Bagaimana dengan kata dan perilaku?
“Hebatnya” Manusia Indonesia (3)
Sebagai negara yang mengaku agamis, TUHAN mendapat tempat khusus dalam asas berbangsa dan bernegara. Sila Pertama Pancasila adalah Ke-TUHAN-nan yang maha esa. Bukan “ke-hantu-an” yang maha esa. Penyembahan hanya kepada dan untuk TUHAN, bukan hantu. Harapannya, dengan menyembah TUHAN, manusia-manusia Indonesia akan hidup berlandaskan ajaran, perintah, dan hukum TUHAN. Niscaya akan terwujud NKRI yang penuh damai, bahagia, dan sejahtera.
Tragisnya, dalam praksis, justru rayuan maut dan godaan hantu yang menang. Ajaran, perintah, dan hukum TUHAN relatif cuma sebagai simbol ber-TUHAN dan beragama. Berikut beberapa contoh:
  • Tengok perilaku pengendara kendaraan bermotor. Sumpah serapah dan makian kasar adalah pemandangan sehari-hari di jalan raya. Padahal TUHAN mengajarkan untuk bersabar dan disiplin;
  • Tengok KDRT yang terjadi di banyak rumahtangga. Padahal TUHAN mengajarkan untuk saling mengasihi. Sayangnya karena budaya malu teramat kental, hal ini menjadi aib sehingga belum terekspose maksimal. ;
  • Tengok bejatnya orang dewasa terhadap kaum anak-anak. Sangking kebelet nafsu menyimpang, praktek peodofil banyak terjadi di Indonesia. Beruntung belum lama ini sindikat peodofil “Loly Candy’s” berhasil terungkap. Bayangkan kalau tidak? Akan berapa banyak lagi anak-anak Indonesia yang menjadi korban? Padahal TUHAN mengajarkan agar para orang tua menjaga dan mendidik anak-anak dengan penuh cinta “agape” atau paling tidak cinta “philia;”
  • Tengok ormas anti keberagaman. Keberagaman harus dibasmi berganti seragam dalam segala hal. Termasuk dalam cara berpikir. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan antara akal dan budi atau nurani. Jadinya, dengan gampang merasa diri paling benar, suci, dan kudus. Orang lain kafir dan layak diperlakukan semena-mena. Padahal TUHAN pencinta keberagaman. Dan mengajarkan agar satu sama lain saling menghormati dan menghargai dalam keberagaman.
  • Tengok salah satu Paslon di Pilkada DKI Jakarta yaitu Paslon No. 3 Anies-Sandi. Segala cara dihalalkan. Dengan satu tujuan, yaitu menang di Pilkada DKI Jakarta Putaran Ke-2. Sudah terlalu banyak berita tentang hal ini. Gambaran bermuka sejuk penuh kasih TUHAN berganti dengan “genderuwo” yang mengerikan. Padahal TUHAN mengajarkan setiap manusia Indonesia untuk berjiwa kesatria dan menjunjung tinggi sportifitas yang jujur dan tulus.
Hebatnya, ketika jam ibadah tiba, tidak lupa beribadah. Apalagi kalau hari raya agama. Berbondong-bondong merayakan sambil tidak lupa menyerbu tempat-tempat ibadah sesuai agama masing-masing. Usai ibadah? Pasca hari raya agama? Saling memaki penuh sumpah serapah kembali hadir. KDRT kembali hadir di banyak rumah tangga Indonesia. Praktek “biadab” peodofil kembali hadir dengan cara mengendap-mengendap mencari mangsa baru. Praktek anti keberagaman kembali hadir. Peng-halal-an segala cara agar menang juga kembali hadir. Semua yang bertentangan dengan ajaran, perintah, dan hukum TUHAN kembali mewarnai tutur kata dan perilaku banyak manusia Indonesia.
Duhhh, malang benar nasib TUHAN. Sebaliknya hantu pasti berbangga diri dan kian “jumawa.” Sebab kian hari kian bertambah banyak manusia Indonesia yang tergoda menjadi pengikutnya. Khususnya yang berasal dari penghuni bumi datar bersama segelintir elite.
TU HAN TU HAN TU HAN tu han tu han tu han tu HAN TU HAN TU HAN TU HAN TU HAN TU HAN tu han tu han tu han tu han tu!
Akhir kata, “mumpung” masih beroleh nafas hidup dan akal-budi masih berfungsi normal, mari kita semua manusia indonesia bertobat!
Ever Onward No Retreat. GOD Bless NKRI tercinta always & more!
 

0 komentar:

Posting Komentar