Cari Blog Ini

Senin, 13 Maret 2017

Fadli Zon : Pendukung Bapak Basuki Bani Serbet, Pengamat Politik : Fadli Zon Bani Adam Yang Harus Disembelih

Salam Untuk Bapak Fadli Zon

Begini Bapak Fadli Zon, masih banyak orang di negeri ini yang tendensi amarahnya mudah memuncak dan bertindak dengan kekerasan, sumpah serapah dan ajang balas dendam. Kalau anda yang berlevel Dewan Perwakilan Rakyat mengata-ngatai pendukung Bapak Basuki dengan kata Bani Serbet, bagaimana dengan rakyat jelata ?

Di tulisan saya @salammenjadiontdansapiuntukbapakfadlidanbapakfahri sebenarnya saya ingin mengakhirinya dengan kata seperti ini. “Beberapa rakyat jelata hanya bisa mencium bau sate tanpa bisa melahapnya, anda berdua mau disate oleh mereka-mereka ?” Saya urungkan mengingat anda juga mempunyai keluarga yang sekurang apapun kepribadian anda mereka tidak akan rela anda dicemooh. Persis sama halnya ketika anda mengirim surat kepada KBRI Amerika untuk memfasilitasi anak anda yang bepergian ke Amerika dan dicemooh habis-habisan oleh netizen.

Saran ini bukan hanya untuk masa depan anda di DPR, namun juga sebagai pendewasaan bersama. Tua bukanlah jaminan untuk dewasa dan bijaksana, selalulah lebih baik dari hari ke hari Bapak Fadli Zon. Saya sedang sakit kepala dan pilek hari ini, tapi itu tidak penting, saya sempatkan menulis karya ini untuk anda. Titip salam untuk keluarga. Jadilah ayah tauladan bagi mereka.

Fadli Zon Adalah Bani Adam yang Harus Disembelih

Kata bahwa anda adalah Bani Adam yang harus disembelih adalah seperti halnya nabi Irbrahim yang diperintah Allah swt untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail. Pembuktian bahwa Nabi Ibrahim mematuhi perintah Tuhan sekalipun anaknya dikorbankan. Analoginya dengan anda ialah penyembelihan karakter nyinyir, sebagai pembuktian bahwa Anda di DPR benar-benar bisa mewakili suara rakyat. Menjadi penyambung suara rakyat. Berusaha memahami bahwa dengan tendensi Pilkada DKI yang tinggi, sebagai DPR haruslah menetralkan suasana. Men-tweet perihal saran kemajuan dalam berpolitik.

Kita semua Bani Adam. Manusia biasa yang tidak benar-benar mempunyai apa-apa. Hanya ilmu dan tindakan kebaikan yang mencerminkan itulah milik kita. Diketahui dari sikap dan tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari. Bapak Fadli Zon, jadilah DPR yang berintegritas. Sudahi berkata-kata dengan tidak validnya data. Bukankah anda mengatakan penguasa berusaha menjegal Anies-Sandi ? Sekaliber DPR seharusnya mengatakan secara blak-blakan dan bukti yang dipunya bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Hujan Yang Turun di Sore Hari

Saya menjadi teringat dengan konsep Bapak Joko Widodo yang menerima tamu negara di beranda Istana. Berdialog santai dengan tamu negara dan berbagi pemikiran untuk memajukan bangsa. DPR seyogyanya menanggapi pemikiran para warga dengan perundingan secara bersama di gedung DPR.

Bapak Fadli Zon, hujan Tuhan turunkan agar bumi yang setiap hari terkena matahari ini menjadi sejuk dan tanaman-tanaman menjadi hidup. Seorang Fadli Zon tentu mempunyai capaian karir bagus yang diibaratkan seperti air, menjadikan seorang Fadli Zon yang lebih berkualitas.  Sering-seringlah menyirami Fadli Zon dengan evaluasi dan perbaikan. Kalau tidak disiram bisa mati dan apabila ada hujan dadakan bisa tenggelam.

Apakah seorang Fadli Zon membutuhkan seorang teman ? Saran saya, mintalah pendapat dan masukan keluarga baik istri ataupun anak. Sempatkan berkumpul dan bercanda tawa dengan mereka. Di dunia ini, tak ada manusia yang sempurna. Begitu pula dengan Bapak Jokowi-JK dan Bapak Basuki. Bapak Fadli Zon, berikanlah sumbangan pemikiran, mengingatkan dan membantu efektifnya pencapaian program kerja bagi sesiapa yang aktif melayani warga. Mak Ifani bilang ;
“Jika kalian tidak bisa membantu banyak orang, maka tegarlah untuk mendukung sesiapa yang bermanfaat bagi banyak orang ”

Catatan

Tak banyak torehan jasa yang tersisa dari politisi Indonesia selain kisah tentang korupsi. Keabu-abuan cerita tentang penindakan Antashari Azhar vs Aulia Pohan vs SBY membuka mata dan telinga, banyak rahasia setan yang dipendam dalam-dalam. Tentang kisah SBY yang seringkali men-tweet lalu terdiam seribu kata. Mengapa Aulia Pohan tidak mengklarifikasi ?

Menjelang pemilihan Pilkada, banyak elemen yang bersuara. DPR mengajukan UU Revisi KPK, KPK membongkar kolusi E-KTP dan 99 Ulama sejati NU akan berkumpul di Pondok Pesantren Al-Anwar, Rembang, hari Kamis (16/3), terkait Islam Nusantara.

Apakah pemerintah harus bersuara perihal hukuman bagi para koruptor ?

Hukum seumur hidup para koruptor dan penerima suap, ikat di Monas dan biarkan warga melemparinya dengan batu-batu. Agar mereka tahu dan merasakan, tentang kesakitan dan kesusahan, menyadari bahwa banyak warga Indonesia yang pontang-panting berjuang untuk hidup yang lebih layak dan melihat anak-anaknya berkecukupan. Haruskan mereka dihukum mati ?

0 komentar:

Posting Komentar