Cari Blog Ini

Sabtu, 11 Maret 2017

Dhani Harus Paham Sila Pertama, Sebelum Menggunakannya



Ahmad Dhani sang Presiden Republik Cinta kembali berulah, setelah diduga terlibat dalam kasus makar beberapa waktu lalu kini Dhani kembali berulah dengan melontarkan cuitan di media sosial (medsos) twitter. Cuitan tersebut dianggap menghina pendukung pasangan calon (paslon) Gubernur DKI Jakarta yang lolos putaran kedua Basuki Tjhajaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat (suara.com, 2017).

Meski dalam cuitan tersebut tidak disebutakan langsung nama paslon nomor urut dua tersebut, namun pendukung Ahok-Djarot yakin bahwa yang dimaksud oleh Dhani adalah Ahok. Ini dikarenakan Dhani menulis “penista agama jadi gubernur”, yang dianggap secara tersirat mengarah pada Ahok.. Dalam cuitannya tersebut Dhani menilai para pendukung Ahok-Djarot dianggap tidak waras, karena mendukung Ahok yang menjadi terdakwa penista agama (citypost.id, 2017).

Dhani juga menyinggung sila pertama dari ideologi Pancasila dalam cuitannya itu, ia mengutarakan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa tapi penista agama jadi gubernur. Dhani menganggap bahwa pendukung Ahok-Djarot harusnya melihat dan menyadari sila pertama, dan setelah itu jangan memilih penista agama tersebut. Cuitan Dhani ini hanya baik menurut prespektif pribadinya, dan mungkin merupakan ungkapan sakit hatinya terhadap Ahok sang penista agama. Itu hal yang wajar dan manusiawi namun saran saya jika Dhani itu memang ingin menyampaikan hal tersebut baiknya jangan melalui cuitan di medsos saja, akan tetapi bisa langsung diutarakan kepada para pendukung Ahok-Djarot.

Terkait singunggannya mengenai sila pertama, saya kurang sepakat dengan sang Presiden Republik Cinta tersebut. Dalam sila pertama para pendiri bangsa menggunakan kata “Ketuhanan” dan bukan mengunakan kata “Keagamaan”. Menurut saya secara pribadi Ketuhanan dan Keagamaan adalah dua hal yang berbeda. Jika kita berbicara Tuhan, Ia adalah yang menciptakan seisi bumi dan seluruh alam raya ini. Agama adalah salah satu produk yang diturunkan oleh Tuhan kepada salah satu ciptaan Tuhan yang diberi akal melebihi mahluk lainnya, yaitu manusia. Menurut konsep agama-agama samawi (Yahudi, Nasrani, dan Islam) agama diturunkan Tuhan melalui wahyu kepada manusia yang dipilihnya yaitu Nabi dan Rasul. Agama diturunkan Tuhan untuk mengatur umat-Nya, dan untuk mendekatkan mahluk dengan Sang Khalik.

Dalam konsep sila pertama tentang Ketuhanan, menurut saya Dhani keliru dalam memahami sila tersebut. DR.Ir. Soekarno (Bung Karno) yang merupakan penggali dari pancasila tersebut dan juga peletak dasar negara Pancasila tersebut sangat dalam mengali Pancasila. Bahkan menurut saya Pancasila itu digali oleh Bung Karno pada masa manusia di bumi Nusantara ini belum mengenal agama yang diimport dari luar melalui asimilasi budaya.

Dalam buku Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno beliau berkata ada sekelompok kalangan Islam yang mengatakan bahwa beliau menggali Pancasila itu kurang dalam, jika beliau menggali lebih dalam beliau akan menemukan galiannya itu adalah Islam. Namun Bung Karno membantah hal tersebut, dan beliau menegaskan beliau adalah seorang Islam. Bung Karno menggali Pancasila dari dalam jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia (Ir.Soekarno, 2016).

Dalam menggali Pancasila Bung Karno telah menggali sangat dalam, bahkan beliau menggali sampai pada masa sebelum manusia di atas bumi Nusantara belum mengenal agama atau masa pra-Hindu. Bung Karno menggali mulai dari manusia masih mengagumi alam, dan menjadikan alam sebagai pusat penyembahan. Bung Karno menggali Pancasila dari zaman pra Hindu-Budha atau pra sejarah di Indonesia, dari sejak manusia masih tinggal di gua-gua dan hidup dengan cara berburu hingga ajaran agama-agama Samawi masuk ke Nusantara. Zaman ketika manusia mewujudkan Tuhan dalam bentuk alam sebagai pusat pnyembahan, lalau benda-benda tertentu, perwujudan manusia, hingga manusia menggap Tuhan itu adalah suatu Zat yang tidak kelihatan atau Tuhan dalam sebuah ide dalam fikiran manusia (Ir.Soekarno, 2016).

Jadi jelas Ketuhanan dalam sila pertama telah ada sebelum manusia di bumi Nusantara mengenal agama-agama modern seperti yang sekarang kita kenal. Bangsa Indonesia telah melaksanakan praktek Ketuhanan dengan membuat baginya suatu objek untuk disemba dan dipuji dan merupakan wujud dari Tuhan itu sendiri, hal ini masih dilakukan hingga saat ini oleh suku-suku tertentu di Indonesia.

Jadi jika Ahmad Dhani beragapan bahwa Ketuhanan dengan Keagamaan adalah sama, saya kurang setuju dengan pendapatnya. Namun jika dikatakan Keagamaan itu turunan dari Ketuhanan yang ada pada sila pertama, saya sependapat. Dhani mengatakan penista agama melanggar sila pertama, namun apa yang dia lakukan secara tidak disadari mungkin mengancam sila ketiga. Sila ketiga yang sangat dijunjung di negara kita sama seperti keempat sila lainnya yaitu “persatuan Indonesia”.

Jadi baiknya sang Presiden Republik Cinta tersebut dan juga tokoh-tokoh publik lainnya bisa mengendalikan diri dan tetap menjaga persatuan, dan jangan justru menjadi penyebab konflik yang mengancam kesatuan dan persatuan bangsa. Untuk para pendukung Ahok-Djarot ataupun Anis-Sandi, bolehlah kita mencintai paslon yang kita usung, tapi harus tetap ingat kita harus lebih mencintai bangsa dan negara kita Indonesia tercinta. Siapapun yang menjadi Gubernur DKI Jakarta, dia adalah pilihan warga Jakarta dan kita harus sama-sama mendukung. Namun jika mereka melakukan hal yang menyakiti hati rakyat, ayo kita sama-sama mengungat mereka untuk diturunkan.

0 komentar:

Posting Komentar