Cari Blog Ini

Jumat, 03 Maret 2017

Arab Asli Saja ‘Gak Gitu-Gitu Amat’ Kok

Tahun 2015 Raja Salman mendapat penghargaan atas kontribusinya dalam menyebarkan Qur’an. Beliau didaulat sebagai “Islamic Personality of the Year” oleh Holy Qur’an International Memorization Organization, yang berafiliasi dengan Muslim World League (MWL) Makkah-Based
Tahun 2017 ini, Raja Salman mengatakan bahwa memelihara identitas Arab dan Islam adalah prioritas utama bagi pihak kerajaan. Beliau juga menambahkan ” Mempromosikan nilai-nilai hidup berdampingan dalam keragaman, kebersamaan dan patriotisme serta memelihara identitas Arab dan Islam termasuk juga warisan, budaya, yang mengakar dengan kuat merupakan prioritas utaman kami (kerajaan).
Jadi sebagai Raja di Kerajaan Saudi Arabia, Raja Salman sudah  tentu dapat kita anggap sebagai representasi budaya Arab dan bagi sebagian orang juga sebagai representasi Islam. Bahkan beliau berpidato bahwa menjaga budaya Arab dan Islam adalah prioritas. Jadi kalau mau lihat seperti apa itu Arab dan Islam, ya lihat saja Raja Salman, kurang lebih begitulah. Apalagi penduduk bumi datar kerap menyanjung Arab dan Raja Salman, memuji beliau setinggi langit tapi merendahkan Jokowi, Presidennya sendiri.
Nah lucunya di Indonesia banyak sekali Arab KW, muka melayu tapi baju gurun pasir ya itu salah  kostum namanya. Belum lagi penggunaan panggilan ikhwan, akhwat, ukhti, akhi dan ana. Sebenarnya sih kalau mau mengikuti budaya luar ya silahkan-silahkan saja tapi yang bikin “gemes biji” itu adalah mereka merasa paling Islami kalau sudah kearab-araban. Pengikutnya pun menilai dari penampilan, bersorban, berjubah, bisa kutip-kutip ayat sedikit langsung disebut ulama. Udah gitu banyak juga lebih “Arab” dari orang Arab itu sendiri.
Lalu bagaimana Raja Salman yang jelas-jelas asli Arab? Ternyata berbeda, dalam pidato diatas saja dapat kita lihat bagaimana Raja Salman menekankan toleransi dan nasionalisme serta menghargai perbedaan.
Apakah pembaca Seword pria pernah mau bersalaman dengan seorang wanita lalu si wanita tersebut menarik tangannya, enggan bersentuhan? Bagi yang pernah pasti jadi awkward moment tentunya, pasti bingung mesti gimana. Memang ada beberapa kelompok yang menganggap bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya tidak boleh. Saya hargai pendapat mereka tapi jadi pertanyaan tentunya, kok Raja Salman mau bersentuhan dengan Puan Maharani?
Dulu jagat media sosial pernah ramai dengan pendapat seorang Tionghoa yang mualaf dan mendadak melejit jadi ustad. Tentu kita semua tahu siapa dia. Pendapat kontroversial tersebut mengharamkan selfie dan tentunya juga wefie, lah sendiri aja gak boleh apalagi rame-rame? Takabur rame-rame itu namanya. Tapi ternyata Raja Salman terlihat senang ketika ber-wefie bersama-sama Megawati dan Puan Maharani sambil berdempetan padahal bukan muhrim loh.
Tentu kita pernah lihat kaum cingkrang di tempat-tempat keramaian. Pendapat yang juga kontroversial karena sebagian umat Islam mengatakan celana tidak boleh diatas mata kaki. Celana yang dipotong diatas mata kaki mereka tafsirkan apa adanya,  langsung, plek, tanpa dilihat secara keseluruhan dan juga konteksnya. Padahal menurut beberapa ulama inti dari hadist tersebut adalah jangan sombong.
Lalu mari kita lihat bagaimana bagian bawah pakaian Raja Salman saat turun dari pesawat. Ternyata….menutup mata kaki, yang terguncang harap pegangan.
Nah yang menarik lainnya adalah jidat Raja Salman. Gak hitam, mulus banget beda sekali dengan beberapa umat Islam disini yang begitu bangga dengan jidat hitamnya karena dianggap rajin sholat. Apa Raja Salman jarang sholat? Tentu beliau rajin sholat. Jadi tanda sholat itu bukan tanda kapalan hitam dijidat mungkin tanda hitam itu adalah tanda waktunya ganti alas sholat. Selain kening Raja Salman yang mulus, jenggotnya pun dicukur rapih tidak berantakan dan terlalu panjang.
Lalu bagaimana soal hijab? Karena sudah pasti Raja Salman tidak menggunakan hijab, jadi mari kita lihat bagaimana putri-putri kerajaan Arab. Salah satunya adalah Princess Ameerah Al-Taweel, kita bisa lihat kecantikan beliau dengan penampilan santai menggunakan jeans dan t-shirt. Beliau tidak menggunakan hijab ala ninja (meminjam istilah Pak Mahfud MD). Juga saat mengenakan hijab pun terlihat santai saja, mungkin saat itu sedang ada acara keagamaan (foto kanan).
Bukti bahwa Seword bukan media opini hoax saya sertakan sumber foto diatas yang saya ambil dari  https://maldivesfinest.com/most-beautiful-woman-ever-visited-maldives. Jadi kalau bilang saya bohong silahkan protes ke sumbernya.
Waduh Ust Felix gimana nih? Ente kan sering kultwit tentang hijab yah, coba itu Putri Arab diceramahi juga, suruh follow akun ente. Mana pakai hijabnya pun bukan yang syar’i pula. Coba tawarin hijab syar’i produksi istri ente, denger-denger istri ente bisnis hijab bukan?
Dan terakhir, yang paling kontroversial bagi penduduk bumi datar. Momen paling menyakitkan para penduduk bumi datar,
Raja Salman bersalaman dengan Ahok…..
Sampai-sampai mereka tolak kenyataan tersebut dan memilih realita yang lain demi menghibur hatinya. Sama seperti menolak realita bumi itu bulat dan lebih memilih dongeng bumi itu datar hanya karena kata “hamparan”.
Apa pesannya? Ahok adalah simbol penganiaya umat Islam, Ahok adalah musuh Islam, Ahok adalah penista agama Islam. Itulah image Ahok yang ada dalam kepala penduduk bumi datar. Image yang telah ditanam sejak dulu oleh media-media tukang fitnah. Tidak mungkin Raja Salman tidak mengetahui gejolak di Indonesia, dan tidak mengetahui isu-isu tentang Ahok. Tidak mungkin beliau tidak mengetahui kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Ahok karena sudah menjadi wacana internasional. Kasus Ahok diliput oleh banyak media termasuk media internasional seperti Daily Mail. Jadi pasti Raja Salman tahu kasus tersebut dan tahu mengenai Ahok.
Lalu Raja Salman turun dari pesawat dan menyalami Ahok? Wow! ini adalah kode keras bagi penduduk bumi datar. Mungkin ada yang berpikiran, ah itu kan protokoler saja, atau ah Raja Salman hanya ingin menghargai saja. Lah bagaimana mungkin, beliau adalah Raja Salman “Islamic Personality of the Year, 2015″ yang menolak memukul bedug di mesjid Istiqlal karena dianggap Bid’ah. Jika Ahok beliau anggap sebagai penista Qur’an, apa mau beliau bersalaman hanya demi menghargai tuan rumah? Saya rasa tidak.
Silahkan penduduk bumi datar kejang-kejang lagi….
Setelah selesai dari kejang-kejangnya pasti mereka menuduh kami anti Arab, dan kok sekarang bela Arab? Lah sejak kapan kita anti Arab? Mana, ada tulisan yang jelas tanpa ambigu bahwa kita anti Arab? Kritik sih iya tapi anti? Lah itu Jonru sering “kritik” Jokowi, apa artinya dia juga anti Indonesia? Ya nggak lah.
Kok lalu sekarang bela Arab?
Mau bagaimana pun beliau adalah tamu dari jauh jadi harus diperlakukan dengan baik, dan itu ada dalam Islam. Lagi pula melihat impian dan dongeng-dongeng warga penduduk bumi datar hancur berantakan tentu momen yang sangat sayang untuk dilewatkan dan sayang untuk tidak dibahas beramai-ramai.

0 komentar:

Posting Komentar