Cari Blog Ini

Jumat, 24 Maret 2017

Mendoakan Buruk Bagi Para Pendukung Ahok, Berarti Habib Rizieq Tidak Mencontoh Rasulullah Saw


Seorang pemuka agama –apapun agamanya- adalah panutan bagi umatnya. Umat melihat, mendengar, dan mencontoh perilakunya sehari-hari untuk kemudian mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apa jadinya jika seorang pemuka agama justru mencontohkan perilaku yang jauh dari tuntunan dan ajaran agamanya ?
Sayangnya, inilah yang sedang dipertontonkan Habib Rizieq dewasa ini. Dalam sebuah video yang diunggah ke dalam youtube.com, diperlihatkan ketika Habib Rizieq menyumpahi dan mendoakan buruk para pendukung Ahok. Dalam video tersebut, Anda berkata Bib, “kalau tetap memilih orang kafir sebagai pemimpin, maka persulit hidupnya, jangan sembuhkan penyakitnya, tambah penyakitnya lebih keras lagi, jangan kasih obatnya, sempitin rezekinya, susahkan urusannya, hancurkan kehidupannya, jangan kasih kebahagiaan di dunia dan akhirat !”
Mendengar kata-kata Sang Habib, saya jadi bertanya-tanya, adakah contoh dari junjungan kita mengutuki, dan mendoakan buruk semacam ini ? Apalagi yang kita hadapi adalah saudara sebangsa, saudara seagama. Saya yakin, banyak para pendukung Ahok adalah muslim tulen, seperti Anda juga Bib. Apakah kata-kata yang keluar dari mulut Anda adalah kata-kata terpilih dari seorang Ulama, seorang Habib, zuriat (keturunan) Rasulullah Saw?
Maafkan, ketidakmengertian saya, Bib. Soal agama mungkin Anda sudah paham sampai tulang sumsum. Tapi, baik Anda maupun saya mempunyai junjungan yang sama. Apakah Rasulullah Saw pernah mencontohkan berbicara kasar ? Bahkan kepada musuh bebuyutannya Rasulullah Saw bersikap sangat lembut. Bahkan, kepada orang-orang yang melemparinya dengan batu dan kotoran Beliau Saw sangat pemaaf dan malah mendoakan mereka. Pastinya Anda ingat betul cerita Nabi Saw ketika di Thaif ? Saya nukil sedikit ya. Siapa tahu Anda lupa Bib. Oh, iya, cerita ini saya nukil dari tulisan KH.Jalaluddin Rakhmat.
Diriwayatkan bahwa ketika Rasul berdakwah di Thaif, Rasul dilempari batu sehingga tubuhnya berdarah. Kemudian Rasul ber­lindung di kebun Uthbah bin Rabi’ah. Rasul berdo’a dengan do’a yang sangat mengharu­kan. Rasul memanggil Allah dengan ucapan,
“Wahai yang melindungi orang-orang yang tertindas, kepada siapa Engkau akan serah­kan aku, kepada saudara jauh yang mengusir aku?”
Kemudian datang malaikat Jibril as seraya berkata: “Ya Muhammad, ini Tuhanmu menyampaikan salam kepadamu. Dan ini malaikat yang mengurus gunung-gunung, diperintah Allah untuk mematuhi seluruh perintahmu. Dan dia tidak akan melakukan apapun kecuali atas perintahmu.
Lalu malaikat dan gunung berkata kepada Nabi, “Allah memerintahkan aku untuk berkhidmat kepadamu. Jika engkau mau, biarlah aku jatuhkan gunung itu kepada mereka.”
Namun Nabi berucap, “Hai malaikat dan gunung, aku datang kepada mereka karena aku berharap mudah-mudahan akan keluar dari keturunan mereka orang-orang yang mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh.”
Nabi tidak mau menurunkan azab kepada mereka. Nabi berharap kalau pun mereka tidak beriman, keturunan mereka nanti akan beriman. Kemudian berkata para malaikat dan gunung, “Engkau seperti disebut oleh Tuhanmu, sangat penyantun dan penyayang.”
Sosok Beliau Saw adalah sesempurna-sempurnanya manusia. Sir William Muir, seorang Orientalis Barat menulis dalam bukunya “ The Life of Mahomet “ tentang sosok Beliau Saw :
“ Di kala kekuatan dan kekuasaan sudah sampai ke puncaknya, Muhammad (Saw) tetap adil dan sederhana. Perlakuan lemah lembut terhadap musuh-musuh juga beliau tidak menguranginya sedikitpun, sehingga mereka pun dengan senang hati menerima dakwah beliau.”
Berikutnya Sang Orientalis  menulis : “Kejahatan dan penganiayaan penduduk Mekkah secara terus menerus terhadap Beliau (Saw) sampai waktu yang sangat panjang. Di waktu terjadi Fatah Mekkah menghendaki agar pembalasan terhadap mereka secara berdarah berhak dilakukan. Akan tetapi, selain beberapa pelaku kejahatan, semua penduduk Mekkah telah dimaafkan olehMuhammad (Saw). Dan semua kejahatan yang telah berlaku terhadap beliau di masa lampau telah dilupakannya. Sekalipun pelaku-pelaku penghinaan, caci maki dan pengkhianatan itu, bahkan orang-orang yang sangat keras memusuhi beliau juga telah diperlakukan dengan pertimbangan yang sangat baik.”
Dalam hal toleransi, Rasulullah Muhammad Saw adalah suri tauladan utama. Beliau Saw memberikan contoh-contoh yang sangat tinggi dalam urusan ini. Diceritakan, suatu kali perutusan suku Kristen dari Najran menghadap kepada Beliau Saw di Medinah untuk bertukar pikiran mengenai masalah-masalah keagamaan. Di Dalam rombongan itu terdapat tokoh-tokoh gereja. Percakapan diadakan di dalam mesjid dan berjalan selama beberapa jam. Pada suatu saat, perutusan itu meminta izin meninggalkan mesjid dan mengadakan upacara kebaktian di suatu tempat yang tenang. Rasulullah Saw bersabda bahwa mereka tidak perlu meninggalkan mesjid yang memang merupakan tempat khusus untuk kebaktian kepada Tuhan dan mereka pun melakukan ibadah mereka di dalam mesjid (Zurqani).
Mengenai toleransi, dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda, “Agama yang paling dicintai Allah adalah ajaran yang lurus-toleran.”( HR. Ibnu Abi Syaybah dan Bukhari). Dari contoh-contoh yang telah dipaparkan, jelas, sejatinya, ajaran Islam yang dibawa Rasulullah Saw menghapuskan segala bentuk penindasan, kekerasan, teror, atas nama apapun.
Itulah sekelumit contoh dan uswah yang diajarkan junjungan kita, Bib. Tahun 2016 mungkin tahun keemasanmu, Bib. Sebagian kalangan menobatkanmu sebagai “Man of the year.” Hebatnya lagi, sebagian kalangan ingin mengangkatmu sebagai Imam Besar Umat Islam. Sebuah predikat yang terdengar hebat, namun tidak pernah ditemukan rujukannya dalam ranah Islam “ahlu sunnah wal jamaah.” Tahun 2016 adalah tahun yang melambungkanmu ke atas panggung. Kau berhasil menarik perhatian jutaan umat Islam tanah air.
Namun, mendengar ceramahmu, mendengar khutbahmu saya jadi miris. Inikah yang digadang-gadang sebagai Imam Besar ? Bagaimana seorang Imam Besar dapat berkata demikian kepada saudara-saudara muslim lainnya lantaran pilihan politik mereka yang berbeda dengan Anda, Bib ?

0 komentar:

Posting Komentar