Cari Blog Ini

Selasa, 14 Maret 2017

Kali Ini, NU yang menampar FPI, FUI, GNPF-MUI, Anies

Akhirnya NU membuka suara terkait polemik boleh tidaknya memilih pemimpin non-muslim. Pernyataan NU cukup mengejutkan cenderung berbeda dengan FPI, MUI, FUI, dan ormas yang lain.
Forum bahtsul masail atau forum diskusi keagamaan kiai muda Nahdatul Ulama (NU) memutuskan, seorang muslim diperbolehkan untuk memilih pemimpin nonmuslim.
Bendahara Lembaga Bahtsul Masail NU, Najib Bukhori mengatakan, keterpilihan pemimpin nonmuslim untuk mengemban amanah kenegaraan bersifat sah dan mengikat, baik secara konstitusi maupun agama.
“Terpilihnya nonmuslim di dalam kontes politik berdasarkan konstitusi adalah sah jika seseorang nonmuslim terpilih sebagai kepala daerah,” ujar Najib saat menyampaikan hasil bahtsul masail di Kantor Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Jakarta, Minggu (12/3).
Forum Bahtsul Masail Kiai Muda yang digelar PP GP Ansor dengan tema “Kepemimpinan Non-Muslim di Indonesia” itu diikuti sekitar 100 kiai muda dari berbagai pondok pesantren se-Indonesia dan berlangsung sejak kemarin. Narasumber yang hadir adalah Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Penasihat GP Ansor Dr KH As’ad Said Ali, dan perumus KH Abdul Ghofur Maimoen Zubair.
Oleh karena itu, ia berkata, hasil bahtsul masail itu akan disosialisasikan ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. “Akibat situasi politik di Jakarta yang makin tidak terkontrol dan cenderung ganas, bukan tidak mungkin dapat menyebar di daerah lain,” ujar Yaqut.Najib memaparkan, konstitusi telah secara jelas mengatakan setiap warga negara boleh memilih pemimpin tanpa melihat latar belakang agama yang dianutnya. Penolakan untuk tidak memilih nonmuslim bersifat pribadi.
“Seorang warga negara, dalam ranah pribadi, dapat memilih atau tidak memilih non-Muslim sebagai pemimpin formal pemerintahan,” ujarnya, dikutip dari Antara.
Sementara itu, Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengimbau, umat Islam di Indonesia untuk meredakan ketegangan pada setiap konstelasi politik. Karena hal tersebut dapat berpotensi memecah belah umat Islam, sebagaimana terjadi di Jakarta.
Ia mencontohkan, pemasangan spanduk larangan mensalatkan jenazah umat Muslim lantaran memilih pemimpin nomuslim merupakan bukti perpecahan internal. Ia khawatir, perpecahan sesama umat Muslim akan menular jika tidak disikapi dengan serius.
 
GP Ansor menilai bahwa melibatkan agama untuk kepentingan politik merupakan tindakan yang tidak etis, terlebih dengan mengorbankan umat, seperti menolak menyalatkan jenazah karena beda pandangan politik.
Yaqut menganggap, saat ini percampuran antara pandangan agama dan politik sudah sangat keterlaluan.
“Dalam Islam, menyalatkan jenazah seorang Muslim itu termasuk wajib, meski bukan individual, atau dalam istilah agama fardhu kifayah,” kata Yaqut usai membuka ‘Bahtsul Masail Kiai Muda’, Sabtu (11/3).
Belakangan memang marak beredar spanduk ancaman menolak mengurus jenazah dari kalangan tertentu. Spanduk itu dipasang di sejumlah musala dan masjid di Jakarta.
Ancaman dalam spanduk tersebut utamanya ditujukan kepada warga atau umat Islam yang mendukung atau memilih pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat di Pilkada DKI Jakarta. Ahok, sapaan Basuki, saat ini menyandang status terdakwa kasus penistaan agama.
Berdasarkan hasil penyelidikan Kementerian Agama, pemasangan spanduk ini dilakukan oleh para takmir masjid dan musala. Mereka melakukan secara independen tanpa dukungan dari pihak lain.
Tamparan Untuk FPI dan Anies
Saya pikir sudah semakin jelas bahwa isu agama merupakan isu murahan dan murni kepentingan politik. Simpel saja ! Agama hanya dijadikan alat pembenaran agar Ahok tidak dipilih.
NU adalah ormas terbesar di Indonesia. NU diisi oleh orang-orang yang keilmuannya sudah tidak bisa diragukan. NU jauh di atas FPI, FUI, dan yang sekubu dengannya. Tidak mungkin NU memberikan keputusan ini dengan asal-asalan dan main-main.
Hasil bahtsul masail ini tentu menjadi serangan telak untuk FPI dkk. Hasil bahtsul masail ini sekaligus membalikkan status tentang siapa yang menistakan agama dan siapa yang membela agama.
Penista agama sesungguhnya adalah orang yang menggunakan ayat yang suci untuk kepentingan politik. Ahok justru sedang memberi tahu kepada masyarakat bahwa ada sekelompok orang yang telah menggunakan ayat al-Qur’an untuk kepentingan politik. Ahok justru sedang membela kesucian ayat al-Qur’an agar tidak digunakan untuk alat membohongi masyarakat.
Saya rasa Anies menjadi orang yang paling panik dengan adanya fatwa dari NU ini. Setelah Anies panik karena pendukungnya melakukan blunder terkait spanduk penolakan jenazah, fatwa dari NU ini jelas membuatnya semakin tidak bisa tidur.
Anies terancam untuk kalah di putaran dua. Masyarakat yang selama ini memilih Anies sangat mungkin akan berpaling ke Ahok karena NU telah membolehkan memilih pemimpin non-muslim. Apalagi pemilih Anies rata-rata bukan karena faktor Anies, namun karena takut memilih pemimpin non-muslim, sehingga dengan terpaksa akan memilih Anies. Fenomena ‘asal bukan Ahok’ juga akan lenyap. Mereka tidak akan takut lagi memilih Ahok.
 

0 komentar:

Posting Komentar