Cari Blog Ini

Senin, 06 Maret 2017

Kelompok Intoleran di Indonesia Beraksi, Raja Salman Membalasnya dengan Tamparan Keras



Agama apapun di dunia ini selalu mengajarkan tentang kebaikan. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan perilaku jahat kepada para pemeluknya. Kebaikan yang diajarkan di dalam agama-agama itu tidak muncul dari tempat lain melainkan bersumber dari Tuhan sendiri; sebab Tuhan adalah sosok yang Mahabaik dan Mahabijaksana. Tuhan yang Mahabaik dan Mahabijaksana itu menghendaki supaya manusia berbuat baik kepada sesamanya, bukan sebaliknya, melakukan perilaku jahat. Tidak mungkinlah sesuatu yang jahat datang dari Tuhan.
Sayangnya, tidak sedikit juga orang mengenakan jubah agama untuk tujuan yang lain. Demi tujuan yang tidak kita ketahui itu, mereka tega mengumbar kebencian atas nama Tuhan dan agama. Mereka lupa atau secara sengaja melupakan bahwa semua orang sama di mata Tuhan. Padahal, Tuhan tidak mempersoalkan apa agama kita. Asalkan kita bisa melakukan perbuatan baik, kita sudah bisa menyenangkan hati Tuhan.
Itulah yang terjadi di negara kita. Kita sudah sering menerima beragam fitnah, ujaran kebencian, dan tindak kekerasan atas nama Tuhan dan agama. Kenyataan yang pahit itu membuat banyak orang bertanya-tanya, “Kok bisa-bisanya orang beragama melakukan perilaku tidak terpuji itu atas nama Tuhan dan agama? Bukankah Tuhan melalui agama mengajarkan kebaikan?”
Orang-orang yang terjebak pada fanatisme sempit seperti itu menjamur ke mana-mana, bahkan mungkin mereka ada di sekitar kita. Mereka anti terhadap segala kemajemukan di masyarakat. Jika kita melihat kembali kejadian demi kejadian yang muncul belakangan ini, misalnya, tampak sekali bahwa ada orang-orang yang merasa terganggu dengan keberagaman di negara kita. Hal seperti itu jelas mencederai kebhinnekaan yang ada di negeri ini. Padahal, kita tahu bahwa sikap yang seharusnya muncul dari dalam diri kita berhadapan dengan kemajemukan yang ada di masyarakat tidak lain adalah sikap toleransi.
Jangan lupa bahwa Indonesia ini dibangun oleh banyak orang dari berbagai latarbelakang suku, agama, dan ras. Maka dari itu, saya berpikir bahwa merupakan suatu kemunduran jika kita mulai mempersoalkan perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat kita.
Syukurlah, kedatangan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia dalam beberapa hari ini membawa suatu wawasan baru bagi banyak orang di Indonesia, terutama bagi mereka yang selama ini berkoar-koar melawan segala kemajemukan di Indonesia.
Seperti kita ketahui bahwa hari ini Raja ketujuh Arab Saudi itu bertemu dengan tokoh-tokoh lintas agama. Di depan mereka, ia mengapresiasi keberagaman yang ada di Indonesia. Pertemuan Raja Salman dengan tokoh-tokoh agama itu jelas merupakan suatu tamparan keras bagi kelompok intoleran di Indonesia. Bahwasanya, seorang Penjaga Dua Kota Suci agama Islam saja tidak anti terhadap adanya perbedaan agama di masyarakat.
Jika Raja Arab saja mau menghargai perbedaan yang ada di masyarakat kita bahkan bersedia mengapresiasi terhadap keberagaman itu, mengapa kita yang ada di Indonesia justru bertindak intoleran terhadap sesama kita hanya karena mereka tidak seagama dengan kita?
Apakah hidup keagamaan dan pemahaman agama Anda jauh lebih baik dari Raja Salman? Jika Anda menjawab YA, saya hanya bisa bilang bahwa Anda sungguh terlalu. Apakah Anda berani mengatakan bahwa Raja Salman itu patut dianggap kafir karena ia menerima perbedaan? Sekali lagi, jika Anda menjawab YA, saya hanya bisa bilang bahwa Anda sungguh terlalu.
Seharusnya, sikap Pemimpin Wangsa Saud itu membuat Anda yang selama ini bersikap intoleran merasa malu. Bayangkan, Raja Salman saja mau menerima perbedaan, padahal ia berasal dari negara Arab yang notabene tempat lahirnya agama Islam, masa Anda yang hanya bertingkah mirip orang Arab sok anti terhadap perbedaan agama? Semoga saja sikap yang ditunjukkan oleh Raja Arab terhadap kemajemukan di Indonesia patut dicontoh oleh setiap orang di Indonesia. Salam sehati-sejiwa.

0 komentar:

Posting Komentar