Cari Blog Ini

Minggu, 26 Maret 2017

Cuci Otak Ala Spanduk Provokatif : Teknik Copywriting

 
Spanduk-spanduk berisikan kata-kata yang provokatif seringkali dipandang sebelah mata oleh kaum bumi bulat. Padahal keberadaannya tidak bisa diabaikan. Penyampaian pesan melalui teknik softsell memiliki efek mematikan jangka panjang. Keberhasilan pesan-pesan softsell memiliki daya hidup sangat lama, karena tertanam jauh di benak target audience-nya. Kalau melihat regenerasi ormas-ormas radikal, bisa dipastikan target audience dari pesan-pesan provokasi tersebut adalah generasi yang akan datang. Generasi tersebut jelas tidak mengalami apa yang dialami generasi sebelumnya, sehingga mereka tidak memiliki referensi yang utuh akan apa yang pernah terjadi. Cuci otak lewat spanduk provokasi adalah cara mempengaruhi secara perlahan, namun sangat pasti memberikan hasil seperti yang diharapkan. Dibutuhkan kesabaran dan perencanaan yang matang untuk menjalankan teknik softsell ini.
Pada artikel terdahulu, kita telah membahas tentang teknik softsell dan hardsell dalam mempengaruhi orang. Teknik softsell adalah sebuah teknik mempengaruhi yang berjalan sangat lambat, namun konsisten dan terus-menerus dengan memasukkan pesan pada benak setiap orang.
Dalam artikel hari ini, kita akan membahas teknik copywriting di spanduk-spanduk provokatif.
Copywriting adalah kemampuan creative advertising dalam mengolah kata dan menciptakan naskah periklanan yang menggabungkan kerja intelektual dan seni untuk memenuhi pesan penjualan.  Copywriting merupakan tulisan dengan aneka gaya dan pendekatan yang dihasilkan melalui strategi, perencanaan dan kerjasama antara client, account executive dan tim creative dalam advertising agency (http://zaki-adverthink.blogspot.co.id/2009/11/pengertian-copywriting-dalam-periklanan.html).
Artinya secara harafiah, copywriting adalah sebuah cara untuk menjual suatu produk atau ide melalui kata-kata yang mempengaruhi pembacanya atau pendengarnya. Copywriting adalah seni menjual lewat kata. Seorang copywriter harus mampu menarik perhatian target audience melalui kata-katanya, mempengaruhi keinginan audience, memberikan keyakinan akan pesan yang ditawarkan, sehingga  terjadi purchasing atau pembelian terhadap produk yang ditawarkan baik jasa maupun barang. Dalam hal ini melakukan sebuah tindakan seperti yang diharapkan oleh pemesan iklan tersebut.
Seorang copywriter harus mampu menyimpulkan sebuah pesan panjang dalam sebuah kalimat pendek, namun tajam dan tepat sasaran. Kata-kata yang dipilih haruslah kata-kata yang biasa dipakai oleh target audience. Hal ini dilakukan supaya tidak ada energi yang terbuang percuma untuk menyampaikan sebuah pesan. Kadang-kadang bahasa daerah atau bahasa Inggris dipakai untuk mempermudah mendekati target audience.  
 
Sebagai contoh ketika lampu Phillips hendak menyampaikan pesan bahwa lewat teknologi terbarunya, kemampuan lampunya menyala sangat lama. Phillips tidak terang-terangan menuliskan bahwa: Phllip menyala paling lama, karena teknologi bla bla mereka yang terbaru. Seorang copywriter harus mampu membungkus pesan yang sama namun menggunakan kalimat-kalimat yang komprehensif, menarik perhatian, mudah diingat dan yang terutama, harus unik. 
Istilahnya Never Seen Before. Keunikan ini akan menjadi unique selling point tersendiri untuk produk tersebut. Sehingga tagline yang diambil oleh Phillip adalah : “Terus Terang Phillip Terang Terus”.
Contoh lain bagaimana seorang copywriter mempengaruhi audience-nya adalah melalui cara mengeneralisir. Masih ingat iklan Teh Botol Sosro dengan tagline : “Apa pun Makanannya, Minumannya Teh Botol Sosro”?. Secara keseluruhan Teh Botol Sosro menanamkan di benak konsumen bahwa apa pun jenis makanan yang Anda makan itu belum sempurna kalau belum ditutup dengan Teh Botol Sosro.
Kemampuan seorang copywriter  dalam mengolah kata, harus dibantu dengan massive-nya media placement atau penempatan media. Kita jelas tidak bisa mempengaruhi target audience kita hanya dengan sekali, dua kali, atau tiga kali tampil. Untuk mempengaruhi audience dalam melakukan tindakan seperti yang kita inginkan, kita harus mengulang-ulang pesan tersebut. Di sinilah peran media placement. Penempatan pesan-pesan di lokasi-lokasi strategis, jam-jam tayang tertentu dan durasi tayang tertentu menjadi salah satu kunci keberhasilan sebuah pesan.
Spanduk-spanduk provokatif yang banyak bertebaran di jalan-jalan kota atau di kompleks-kompleks perumahan, memiliki beberapa pesan yang rata-rata sama, namun dibungkus dengan beberapa kalimat yang berbeda. Di sinilah peran seorang copywriter : bagaimana menyampaikan pesannya sama dalam kalimat yang berbeda, sederhana, namun mampu menggerakan atau call to action. Untuk Pilkada DKI pesannya adalah Pemimpin Muslim. Pesan kewajiban memilih pemimpin Muslim ini disampaikan dengan gaya yang berbeda-beda, seperti mengingatkan tentang Al Maidah, maupun dengan cara mengancam yang sangat kasar lewat penolakan menshalatkan jenazah. Namun tujuan dari pesan ini hanya satu: Jakarta Harus Dipimpin Oleh Pemimpin Muslim.
Pesan-pesan tersebut diulang-ulang dalam spanduk-spanduk yang berbeda, dengan rangkaian kata-kata yang berbeda, dengan foto-foto yang berbeda, namun pesan intinya tidak pernah berubah. Jika spanduk-spanduk seperti ini dibiarkan, bersiaplah akan lahirnya generasi baru yang radikal, intoleran, dan siap mati demi membela idealisme yang dipaksakan. Siapa pun copywriter pesan-pesan tersebut, dia bertanggungjawab atas lahirnya generasi-generasi baru radikal.
 

0 komentar:

Posting Komentar