Cari Blog Ini

Senin, 06 Maret 2017

Raja Salman Datang, Gerombolan Anti Jokowi Harusnya Segera Insaf



Kedatangan raja Arab Saudi, Raja Salman bin Abdul Azis, yang sangat dihormati umat Islam seluruh dunia, ke tanah Indonesia nampaknya cukup membuat pemerintah RI kerepotan. Tapi nggak masalah, kerepotan tersebut  sama dengan repotnya orang tua saat menyelenggarakan resepsi pernikahan anaknya yang meskipun melelahkan dan menghabiskan banyak biaya, semua dijalani dengan senang hati dan penuh kegembiraan.
Melalui informasi dari berbagai media, pemerintah terlihat nampak menikmati setiap proses tersebut. Itu terjadi karena pemerintah kita yakin, bahwa kelelahan Paskhas TNI AU dan pasukan Khusus lainnya mengamankan bandara, kesibukan Korp Lalu Lintas POLRI merekayasa arus lalu lintas dan beragam kesibukan lainnya akan sepadan dengan hasil yang nanti akan diperoleh Republik Indonesia, di mana kemungkinan besar juga akan dinikmati oleh anak bangsa Indonesia ini. Cepat atau lambat, kerepotan tersebut akan turut berperan serta menuntun jalan bagi masa depan bangsa Indonesia.
Itu adalah target jangka panjang, sedangkan keuntungan jangka pendeknya-salah satunya- bagi Indonesia terutama Bali yakni langsung menerima uang dari Raja Salman beserta rombongan.
Di luar itu semua, saya juga berharap kedatangan Raja Salman akan membawa pengaruh positif bagi kelompok anti Presiden Jokowi terutama yang kerap menyalahkan langkah Jokowi. Saya berharap mereka akan segera insaf dari perbuatan. Misalnya ketika Presiden dirisak oleh mereka saat Presiden menunaikan ibadah Salat dengan tetap mengenakan kaus kaki. Nyatanya, Raja Salman justru “menantang” mereka untuk juga merisaknya sebagaimana mereka merisak Presiden. Raja Salman menunaikan salat bukan hanya mengenakan kaus kaki, melainkan lebih dari itu, mengenakan sepatu. Dan sampai sekarang belum terdengar suara yang berani merisak Raja Salman sekeras ketika merisak seorang Presiden.
Untuk itulah sebaiknya kelompok Anti Jokowi segera Insaf karena segala fitnah dan celaan yang mereka lontarkan pada presiden hanyalah fitnah penuh kedengkian. Raja Salman telah menunjukkan pada rakyat Indonesia bahwa tidak ada yang salah dengan apa yang dilakukan Presiden. Raja Salman telah menunjukkan bahwa boleh saja salat pakai kaus kaki, bahkan pakai sepatu pun boleh.
Semua itu membuat kelompok Anti Jokowi mendadak senyap berjamaah. Mereka tidak menduga bahwa Kedatangan Raja Salman justru mengKO kelompok Anti Jokowi.
Banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa Raja Salman telah mematahkan kebohongan-kebohongan yang disebarkan oleh kelompok Anti Jokowi. Ini adalah kegembiraan bagi para pecinta negeri, paling tidak kita bisa senyum-senyum menyaksikan kelompok Anti Jokowi hanya bisa mengumpat dalam hati menyaksikan kenyataan takdir yang tidak berpihak pada mereka.
Di bawah ini merupakan beberapa langkah yang dilakukan pemerintah yang dianggap salah oleh kelompok anti Jokowi, namun justru dilakukan oleh Raja Salman.
Pemerintah Jokowi bekerja sama dengan  Cina, otomatis Membuat RI Ketularan Komunis
Inilah isu yang digemari kelompok  Anti Jokowi. Karena kerjasama dengan Tiongkok, mereka menuduh Jokowi itu antek Tiongkok. Lalu karena Tiongkok itu komunis maka otomatis, Negara Pancasila ini tiba-tiba ketularan menjadi negara komunis.
Fitnah itu tentu saja itu tidak masuk akal. Masak iya, gara-gara beli HP China, pemiliknya otomatis menjadi Komunis.
Meskipun demikian, mereka tetap saja akan terus memfitnah pemerintahan Jokowi telah ketularan ideologi komunis Tiongkok. Karena memang hanya itu yang bisa mereka lakukan memfitnah dan memfitnah.
Nah, berbarengan dengan kedatangan Raja Arab, tersiar kabar, bukan hanya Republik Indonesia yang bekerja sama dengan Tiongkok, melainkan Kerajaan Islam Arab Saudi juga melakukan hal yang sama. pada tahun 2015, Kerajaan Arab Saudi juga bekerja sama dengan Tiongkok. Bahkan, Tiongkok tercatat sebagai mitra dagang terbesar Arab Saudi dengan nilai mencapai US$ 51,83 miliar atau setara dengan 712 Triliun Rupiah.
Sementara itu, nilai perdagangan antara Arab Saudi dan Indonesia jauh di bawah Arab Saudi dan Tiongkok, yakni masih di bawah 10 miliar dollar Amerika serikat.
Kenyataan ini tentu membuat gerombolan Anti Jokowi megap-megap, bagaimana mungkin Kerajaan Islam Arab Saudi bekerja sama dengan Tiongkok yang komunis.
Mereka seharusnya curiga, jangan-jangan Arab Saudi juga ketularan Komunis.
Apakah Arab Saudi otomatis menjadi komunis ? Silakan gerombolan Anti Jokowi, cari bukti di Arab Saudi sana.
Informasi ini seharusnya membuat mereka segera insaf dan menghentikan fitnah komunis terhadap Jokowi, namun saya tidak yakin, sebab kesombongan mereka telah membutakan mata hati untuk melihat kebenaran.
Densus 88 itu Anti Islam ?
Detasemen khusus 88 (Densus 88) merupakan satuan khusus POLRI untuk penanggulangan terorisme di Indonesia. Dalam aksinya, anggota Densus terpaksa melakukan penyergapan dan penyerangan bersenjata terhadap mereka yang diduga terlibat terorisme yang berupaya untuk menggerogoti keamanan di Republik Indonesia.
Para terduga teroris tersebut ada yang ditangkap hidup-hidup, namun tak jarang ada juga yang terpaksa dilumpuhkan dengan senjata. Dalam kesehariannya, para terduga teroris tersebut kerap berpenampilan menyerupai agama tertentu, mereka bertindak seperti tokoh agama. Akibatnya, stigma yang muncul di kalangan gerombolan Anti Jokowi, Densus 88 dituduh memusuhi umat beragama Islam.
Meskipun berusaha keras menjelaskan, bahwa yang dimusuhi Densus 88 itu bukan Islam, melainkan oknum teroris. Akan tetapi percuma saja, gerombolan Anti Jokowi tetap keukeuh meyakini bahwa Densus 88 itu menzalimi umat Islam.
Mungkin atas alasan itulah, Raja Salman terpaksa harus turun tangan membantu Densus 88 menjelaskan kepada umat Islam Indonesia bahwa Densus 88 itu sama sekali tidak anti terhadap Islam. Caranya adalah dengan memberikan hadiah naik haji gratis bagi keluarga Densus 88 yang terluka hingga tewas saat bertugas. 
Arab Saudi bahkan menganggap bahwa anggota Densus 88 yang meninggal dunia itu dianggap syuhada.  Kabar ini pastinya sangat menggembirakan anggota Densus 88, mereka bisa lebih bersemangat untuk berjihad. Sayangnya, di seberang sana, orang-orang yang tergabung dalam kelompok Anti Jokowi terpaksa gigit jari, karena bahan fitnah anti Islam yang sering mereka lontarkan Densus 88 sudah tidak berlaku lagi.
Dan satu lagi kabar yang menyesakkan dada mereka, KAPOLRI baru saja menerima pedang emas dari Raja Arab Saudi. Pedang tersebut merupakan simbol agar Republik Indonesia dan Arab Saudi bisa saling menjaga keamanan dan pertahanan negara. Ini seolah merupakan harapan dari kerajaan Arab Saudi agar POLRI tidak ragu dalam menegakkan hukum terhadap para pelanggar hukum termasuk ormas radikal.
Dua hal tersebut di atas menambah lagi kabar buruk bagi gerombolan Anti Jokowi. Mau tidak mau, untuk sementara mereka terpaksa tiarap dulu, menunggu Raja Salman kembali ke Arab Saudi. Setelah Raja Salman kembali ke Arab Saudi, mudah-mudahan mereka segera insaf dan tobat.

0 komentar:

Posting Komentar