Cari Blog Ini

Senin, 20 Maret 2017

Isu SARA Hanya Berlaku untuk Ahok, Tidak Ada yang Ribut Saat Kevin/Gideon Juara All England

Foto: badmintonindonesia.org
Momen yang begitu mengharukan kita semua ketika pemain bulutangkis Indonesia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Gideon Fernaldi berhasil memenangkan gelar juara All England 2017 kemarin 12 Maret 2017 (Waktu Indonesia menuju tanggal 13 Maret 2017). Momen yang akan selalu diingat oleh seluruh lapisan bangsa Indonesia ini cukup unik, karena terjadi di masa-masa dimana negara ini sedang ribut tentang isu suku, ras, agama dan antargolongan (SARA) karena seorang Ahok.
Pertandingan yang disiarkan oleh Kompas TV ini begitu menegangkan kemarin malam. Pukulan demi pukulan, sorakan demi sorakan menemani malam hari saya yang mana sebenarnya perlu saya isi dengan persiapan interview kerja hari ini. Demi mendukung atlet Indonesia, saya mengorbankan waktu, jam tidur dan tenaga saya. Karena saya mencintai negara ini, saya bangga menjadi putra Ibu Pertiwi dan saya terharu atas kemenangan atlet Indonesia.
Kevin/Gideon, demikian singkatan yang biasa digunakan oleh para badminton lovers (BL) Indonesia, dua-duanya merupakan pemain yang berdarah Tionghoa dan bukan penganut agama Islam. Tapi uniknya, tidak ada yang melihat itu semua ketika mereka juara dini hari tadi. Isu SARA seolah-olah tertutupi oleh kebanggaan rakyat Indonesia atas prestasi yang mereka torehkan di ajang turnamen tertua di dunia tersebut.
Alasan kenapa saya membandingkan Kevin/Gideon dengan Ahok adalah untuk menggarisbawahi bahwa politik adalah biang keroknya. Kenapa saya tidak membandingkan Ahok dengan Hary Tanoe yang orang politik? Jawabannya gampang saja lah, memangnya Hary Tanoe ada prestasi apa yang dibanggakan seluruh rakyat Indonesia?
Uniknya, mulai dari Sandiaga Uno hingga Presiden Jokowi pun ikut mencuitkan perasaan mereka tentang kemenangan Kevin/Gideon. Artinya orang-orang besar ini turut bangga atas prestasi mereka, dan Indonesia turut terharu atas kemenangan mereka. Berikut beberapa bunyi cuitan orang-orang penting di negeri ini di akun Twitter mereka masing-masing.
“Selamat kepada Marcus & Kevin atas kemenangannya utk Indonesia. Semangat & terus berjaya! @INABadminton #AllEngland #AllEnglandKompasTV”-Sandiaga Uno.
“Alhamdulillah Juaraaa !! Kevin / Marcus #AllEnglandKompasTV -IN-“-Menpora Imam Nahrawi.
“Indonesia bangga! Ganda putra Indonesia Marcus Gideon/Kevin Sanjaya menjuarai #AllEngland usai mengalahkan pasangan China -Jkw”-Joko Widodo.
Olahraga Mempersatukan Bangsa Ini
Yang patut kita perhatikan dan garis bawahi adalah tidak ada yang meributkan tentang unsur primordial yang melekat pada diri Kevin/Gideon. Keduanya berkulit putih, bermata sipit dan sangat jelas merupakan WNI keturunan Tionghoa. Tapi kenapa tidak ada kaum haters yang meributkan segala ini ketika mereka juara?
Bukankah saat Susy Susanti memenangkan medali emas Olimpiade Barcelona 1992 tidak ada rakyat Indonesia yang mempermasalahkan bahwa Susi adalah keturunan Tionghoa dan menganggap kemenangan itu bukan kemenangan Indonesia?
Pada saat Hendra Setiawan bersama Markis Kido memenangkan medali emas Olimpiade Beijing 2008 dan ketika Liliyana Natsir merebut medali emas Olimpiade Rio 2016 juga, apakah ada yang mengatakan bahwa Hendra atau Liliyana bermata sipit, bukan beragama Islam jadi bukan orang Indonesia? Beberapa fakta ini membuktikan bahwa olahraga adalah pemersatu bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama dan ras ini.
Saya tidak asal ngomong ya. Saya memiliki fan page, akun media sosial dan website bulutangkis yang saya bangun dari nol bersama beberapa teman lain atas dasar rasa cinta saya kepada Indonesia. Saya kemarin sangat memperhatikan di semua media sosial yang saya kelola, tidak ada satu pun terlihat suara miring yang mempermasalahkan agama dan ras yang melekat pada diri Kevin/Gideon.
Ketika atlet kita juara, unsur SARA pun dilupakan. Karena kemenangan mereka adalah kemenangan bangsa Indonesia, bukan kemenangan suku dan agama tertentu. Mereka adalah kita, mereka adalah Indonesia. Ketika mereka menang, seluruh elemen bangsa ini turut bangga. Karena nama Indonesia diangkat di kancah internasional, dan martabat negeri kita ditempatkan di tempat yang tertinggi ketika mereka juara.
Manusia itu punya hati nurani, jadi semua orang baik suku dan agama apapun sesungguhnya dapat melihat dunia luar diri mereka dengan hati nurani. Kita dapat melihat Merah Putih dalam diri mereka, kita dapat merasakan rasa cinta mereka kepada bangsa Indonesia. Maka dari itu kita tidak mempermasalahkan apa suku dan agama mereka, karena mereka sungguh-sungguh adalah orang Indonesia sejati yang mengharumkan nama bangsa ini. Lalu kita ini apa?
Isu SARA Hanya untuk Ahok
Saya sangat sedih kalau membandingkan dengan apa yang harus dijalani oleh Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ahok adalah gubernur yang juga penuh prestasi di daerah yang ia pimpin. Bukan hanya itu, nama Ahok sudah juga tersohor ke seluruh penjuru dunia ketika sikap anti-korupsi dan perubahan-perubahan positif untuk warga Indonesia telah benar-benar ia wujudkan dan tunjukkan, bukan hanya janji-janji belaka.
Namun sayangnya, isu SARA pun harus menghantam Ahok. Menilik hasil dari putaran pertama Pilkada DKI 2017, prestasi dan kebanggaan yang telah diberikan Ahok kepada bangsa Indonesia pada faktanya tidak begitu saja diterima dan diapresiasi oleh rakyat di negeri ini. Bukan lagi prestasi yang membanggakan, tapi perbedaan warna kulit dan agama lah yang dijadikan alasan utama bagi sebagian warga negara ini untuk tidak mendukung Ahok.
Kasihan sekali Anda Pak Ahok, saya sungguh sedih. Bangsa Indonesia ini pilih kasih. Padahal Anda adalah orang baik yang juga mengharumkan nama bangsa ini ke seluruh pelosok bola bumi ini Pak. Tapi dengan dalih tafsiran tertentu atas ayat suci Al-Quran, sebagian dari rakyat negeri ini tidak mendukung Anda dan bahkan begitu membenci Anda.
Jangan juga kamu bilang ini gara-gara mulut Ahok atau gara-gara Ahok yang membawa-bawa isu agama duluan, karena itu hanyalah pembelaanmu yang konyol. Saya ingatkan ya, jauh sebelum ada kasus Al-Maidah 51 ini, Ahok sudah ditolak dan isu SARA sudah digunakan untuk menjatuhkannya. Jadi bukan karena mulut Ahok, tapi karena hati nurani kaum bumi datar yang sudah mati dan menggunakan isu SARA hanya untuk Ahok!
Penutup
Kulit mereka mungkin putih, mata mereka mungkin sipit, tapi hati mereka Indonesia.
Agama mereka mungkin bukan Islam dan nenek moyang mereka mungkin bukan berasal dari Indonesia, tapi mereka lahir dan tumbuh besar di negeri ini, mereka itu orang Indonesia juga.
Ketika mereka berprestasi, bendera Merah Putih lah yang dinaikkan ke tempat tertinggi dan lagu Indonesia Raya lah yang dikumandangkan di negeri orang. Mereka itu pahlawan olahraga Indonesia.
Begitulah bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Yang turut bangga atas prestasi putra-putri terbaik Ibu Pertiwi tanpa mempermasalahkan unsur-unsur primordial yang dimiliki mereka.
Disayangkan sekali mengapa isu SARA hanya berlaku untuk Ahok. Jika Ahok harus kalah di putaran kedua Pilkada DKI kali ini, Ahok bukan kalah dari Anies. Tapi Ahok kalah dari isu SARA yang telah menggerogoti hati nurani banyak orang di negeri ini.
Padahal, Kevin/Gideon juga adalah double minority seperti Ahok. Politik oh politik. Anda begitu kejam. Karena Anda telah membunuh hati nurani jutaan manusia di bumi ini. Anda telah menghabisi nyawa Pancasila yang sebenarnya telah ditanamkan kepada diri kami sejak kami terlahir di negeri Bhinneka Tunggal Ika ini.
 

0 komentar:

Posting Komentar