Cari Blog Ini

Rabu, 01 Maret 2017

Memfilter Isu Hoax/Informasi Palsu melalui Literasi Media

 
 
Di era yang semakin canggih ini setiap orang mampu mengakses setiap informasi dengan cepat apalagi dengan hadirnya internet sebagai penyokong akses berbagai informasi yang ada. Informasi baik itu hiburan, olahraga, politik, sosial, ekonomi, kesehatan dan lain – lain. Setiap informasi yang dibutuhkan, diinginkan atau hanya sekedar disukai karena selera bisa didapatkan dengan mudah. Namun sayangnya jika tidak diimbangi dengan pengetahuan yang bagus dan bijak dalam mengakses informasi tersebut, tentunya ini akan menjadi sia – sia saja.
Permasalahan saat ini yang sering ditemukan adalah banyak orang yang menerima informasi palsu dalam bentuk apapun baik melalui media cetak atau elektronik yang ternyata informasi tersebut tidak kredibel, valid, akurat, manipulatif dan tentunya palsu atau hoax alias tidak ada fakta atau kebenaran yang mendukung informasi tersebut. Jika dibiarkan tentunya akan terjadi misinformasi atau pesan informasi yang salah dalam penyampaiannya dan juga banyaknya informasi yang hadir akan membuat ruwet arus informasi dan membuat semakin abu – abu atau tidak jelas mana informasi yang benar dan mana yang salah ini akan berimbas pada kebingungan publik karena tidak bisa membedakan mana yang asli dan mana yang bukan karena keruwetan arus informasi itu tadi.
Berbagai media akan memberitakan kejadian yang sama namun isi beritanya berbeda, gambar yang sama dalam sebuah kejadian namun isi beritanya berbeda antara satu dengan yang lain, informasi tentang suatu hal yang dibutuhkan masyarakat namun belum terjamin apakah itu benar seperti itu  dan sudah ada uji coba atau data penelitiannya berdasarkan lembaga terkait seperti lembaga kesehatan seperti informasi seputar tips kesehatan yang hadir di sosial media, di sisi lain pula ada berbagai pihak yang menggunakan media sebagai alat penyebar luas gerakan atas kepentingannya sekaligus alat pelaksana dari kepentingan itu dimana akan menggunakan informasi hoax sebagai penyokong gerakan mereka, dimana yang hoax terkadang di faktakan, dan yang fakta akan dihoaxkan atau memputar balikkan fakta. Jika lebih parah bahkan informasi hoax ini akan menjadi alat provokasi penyebar kenbencian atas unsur SARA atau kepentingan politik diantara masyarakat dan mungkin bisa berimbas pada sikap masyarakat yang takut dan curiga satu sama lain hingga menyebabkan konflik.
Informasi palsu atau hoax bisa menimbulkan potensi yang tidak terlalu merusak namun juga ada yang dapat sangat merusak. Yang tidak terlalu merusak itu seperti informasi tentang informasi heboh hewan jadi – jadian, air yang tiba – tiba keluar lantai di sebuah perumahan secara mistis atau sebuah makam yang keluar asap, yang ternyata banyak sekali unsur hoax ditambah kepercayaan akan hal yang tak masuk akal, imbasnya ini hanya akan membuat manusia menjadi mundur dan tidak bisa berpikir secara ilmiah dan cerdas, padahal informasi tersebut belum tentu seperti itu kejadiannya karena bisa saja ada penjelasan ilmiah terkait hal itu misalnya hewan jadi – jadian yang ternyata itu hewan ke spesifikasi langka atau informasi menakutkan tentang makam yang keluar asap yang ternyata itu hanya bagian dari set pembuatan film yang disalah tangkap oleh audiens pembaca atau pendengar yang disebar oleh penyebar hoax agar situs webnya dikunjungi atau postingan di sosial media banyak yang ngelike dan share. Sedangkan yang kedua adalah yang dapat sangat merusak dalam artian bisa menimbulkan kekacauan bahkan konflik.
Salah satu bentuk informasi ini sering hadir terkait isu agama dan politik, ada informasi yang kurang benar yang tersebar melalu media elektronik seperti lewat handphone melalui aplikasi Chat, SMS atau internet atau lewat laptop atau komputer melalui internet seperti situs sosial media, Blogspot dan lain – lain seperti website portal berita yang ditelan mentah – mentah oleh audiens karena hilangnya sikap kritis dan dewasa, dan mengedepankan emosi semata hanya karena jengkel dan kena hasutan kebencian oleh sang penyebar hoax dengan kemasan provokatifnya. Kombinasi hoax dan kemasan provokatif dalam penyebaran informasi ini sangat berbahaya jika dibiarkan misalnya seperti kasus di Sumatra beberapa waktu yang lalu dimana ada pembakaran tempat ibadah tertentu hanya karena oknum – oknum yang kena hasut dan tidak mengkroscek kebenaran berita, dan tidak mengedepankan kedewasaan dalam menanggapi sebuah permasalahan sosial. Dua hal tadi tentubya juga dibiarkan juga akan berimbas buruk pada sikap dan perilaku manusia karena mungkin karena informasi tersebut kita mudah terhasut, curiga, takut, dan percaya dengan hal yang tidak masuk akal yang akibatnya bisa membuat masyarakat semakin mundur dan bisa menimbulkan kekacauan dan konflik.
Lalu apa solusinya? Salah satu yang didengungkan sejak dulu adalah gerakan literasi media. Literasi media merupakan gerakan melek media sebagai pemahaman sumber dan teknologi dari komunikasi, kode yang digunakan, pesan yang diproduksi dan pemilihan, penafsiran serta dampak dari pesan tersebut. Selain itu juga merupakan kemampuan untuk memahami, menganalisis dan mendekontruksi pencitraan media.
Kaitannya dengan hal ini adalah dengan literasi media audiens atau para masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan seputar informasi, media penyebarannya, atau bahkan tujuan dan dampak dari penyebaran informasi itu. Dengan adanya literasi media juga dapat meminimalisir efek buruk yang ada seperti kebingungan dalam mengakses informasi, konflik yang terjadi akibat informasi hoax dan provokatif atau berpikir sempit dalam menanggapi setiap isu yang ada. Selain masyarakat bisa mendapatkan pegangan yang baik misal ketika ketemu informasi hoax, misalnya saja ada informasi heboh dan membuat cemas warga karena isi pesannya memperingatkan ada banyak perampok di jalan raya. Dari sini kita bisa menggunakan literasi media misal dari komunikator atau penyampai pesan, apakah dia orang biasa, orang yang tidak jelas identitasnya atau dari pihak resmi terkait, tentunya informasi kredibel selalu berasal dari pihak resmi terkait, sedangkan dadi media penyebarannya apakah melalui aplikasi Chat , SMS atau melalui situs – situs internet atau postingan di sosial media, tentunya informasi kredibel berasal dari pihak resmi dan pihak resmi punya media komunikasi khusus.
 

0 komentar:

Posting Komentar