Di dunia ini ada dua doktrin besar dalam
menggenjot pertumbuhan ekonomi. Yang pertama adalah pertumbuhan ekonomi
yang didasari doktrin kapitalistik yang berpusat pada sektor swasta.
Pada sistem ekonomi ini, negara tidak banyak ikut campur dalam
pergerakan ekonomi masyarakat. Negara memberikan kemudahan
sebesar-besarnya bagi sektor swasta untuk melakukan bisnis dan sebisa
mungkin tidak memberikan hambatan apapun terhadap pengusaha dan sektor
swasta, baik itu dari sisi regulasi, perpajakan dan lain sebagainya.
Doktrin ekonomi seperti ini banyak
diterapkan di negara-negara industri-maju seperti Amerika Serikat,
Singapura, Korea Selatan, Hong-Kong, Selandia Baru, Inggris dan lain
sebagainya. Sekilas, jika kita melihat contoh negara-negara yang
menggunakan doktrin ini, bisa dibilang memang ini adalah resep utama
paling ampuh dalam memajukan suatu negara. Jika demikian, kenapa
Indonesia tidak serta-merta menerapkan sistem ekonomi kapitalistik
seperti ini? Jawabannya akan saya sebutkan nanti.
Doktrin ekonomi yang banyak diterapkan
berikutnya adalah doktrin ekonomi sosialistik. Doktrin ekonomi
sosialistik menekankan perlunya negara melakukan berbagai macam upaya
untuk memperkecil jurang kemiskinan. Pada doktrin ini, negara akan
meregulasi secara besar-besaran berbagai perusahaan dan memajaki para
pengusaha dan orang-orang kaya sebesar besarnya agar perusahaan tidak
bisa mempermainkan masyarakat dan uang pajak tersebut bisa digunakan
untuk berbagai program “pro-rakyat”.
Doktrin ekonomi seperti inilah yang
menjadi dambaan sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya dan
sebagian besar masyarakat di negara-negara berkembang pada umumnya.
Sehingga masyarakat di negara-negara berkembang sangat mudah terbuai dan
memilih politikus yang menjanjikan “Jika saya terpilih, sembako akan
murah, BBM akan murah, Listrik akan murah, pendidikan gratis, kesehatan
gratis, ini itu murah, ini itu gratis”. Doktrin ekonomi seperti ini
merusak mental rakyat sampai ke akar-akarnya karena mengikis mental
juang masyarakat dan menyebabkan masyarakat menjadi pemalas serta hanya
menunggu bantuan dari negara. ciri-ciri negara yang menerapkan doktrin
ekonomi seperti ini bisa dilihat dari masyarakatnya, jika anda banyak
bertemu orang yang ekonominya terbelakang lalu dia menyalah-nyalahkan
pemerintah, pengusaha, orang-orang kaya dan sebagainya atas
kemiskinannya, bisa dipastikan negara tersebut pasti menggunakan doktrin
ekonomi sosialistik.
Doktrin ekonomi sosialistik telah terbukti
gagal dan menghancurkan. Contohnya bisa kita lihat di negara-negara
amerika latin seperti Venezuela, Brazil, Argentina dan sebagainya yang
terus menerus dilanda kerusuhan dan krisis ekonomi.
Walaupun doktrin ekonomi ini gagal dan
terbukti merusak, tetapi tetap saja banyak negara yang menerapkannya,
kenapa? karena politikus yang menjanjikan “Jika saya terpilih, sembako
akan murah, BBM akan murah, Listrik akan murah, pendidikan gratis,
kesehatan gratis, ini itu murah, ini itu gratis” akan lebih dipilih oleh
masyarakat dibandingkan politikus yang mengajak “ayo kita semua kerja
keras, nasib kita adalah tanggung jawab diri kita sendiri”. Inilah
lingkaran kebusukan dan pembusukan yang tidak ada habisnya sebelum
masyarakat sendiri menyadarinya.
Dimanakah posisi Indonesia pra Jokowi?
Bisa dibilang kita tidak di dua-duanya, Bung Karno jelas sangat anti
kapitalisme, Soeharto mewariskan “kapitalisme kroni” yang tidak kalah
merusak, dan presiden-presiden di era reformasi bisa dibilang kebanyakan
jalan ditempat ataupun belum sempat menunjukkan corak pemerintahannya
karena berkuasa terlalu singkat.
Disinilah uniknya Jokowi, Jokowi sangat
menekankan dan mengusahakan pencabutan subsidi yang tidak penting,
masuknya investasi dan kemudahan dalam berbisnis. tiga hal ini merupakan
kunci dari kapitalisme “putih” yang diterapkan di berbagai negara maju.
dari segi ini bisa dibilang Jokowi menyerap aspek positif dari
kapitalisme.
Tapi tunggu dulu, Jokowi juga menggalakkan
program KIP, KIS, BPJS, Perumahan murah, sertifikasi tanah, pembangunan
infrastruktur yang merata dan penguatan BUMN. hal-hal ini tidak akan
kita temui pada negara-negara yang menganut kapitalisme murni. Jadi bisa
dibilang Jokowi juga menyerap sisi positif dari sosialisme.
Investasi
http://economy.okezone.com/read/2017/04/26/320/1676544/jokowi-kita-fokus-infrastruktur-dan-investasi
http://katadata.co.id/berita/2017/05/29/jokowi-sebut-perizinan-masih-menghambat-investasi
https://tirto.id/jokowi-yakinkan-pemodal-hongkong-agar-investasi-di-indonesia-cnQp
http://poskotanews.com/2017/05/12/jokowi-dan-presiden-chile-sepakati-kerja-sama-dagang-dan-investasi/
http://finansial.bisnis.com/read/20170315/9/637391/jokowi-minta-pertumbuhan-investasi-capai-8
Jika kita menuliskan keyword “Jokowi
Investasi” di Google, beritanya ada banyak dan tidak habis-habis. bagi
orang keterbelakangan intelektual yang tidak faham ekonomi (baca =
haters), Investasi mereka anggap sebagai “menjual negara”. Ini merupakan
pemikiran sesat, dua analogi yang akan saya tuliskan dibawah ini akan
menjelaskan investasi ala pemerintahan Jokowi
- Udin merupakan orang kaya yang hartanya milyaran tetapi hanya ditumpuk di bawah tempat tidurnya, Agus merupakan orang susah yang rajin dan pandai berdagang tetapi tidak memiliki modal untuk membuka usaha, Udin lalu meminjamkan uang kepada Agus untuk modal usaha dengan syarat keuntungannya dibagi 70% untuk agus dan 30% untuk udin. Ini adalah contoh paling sederhana dalam investasi, dalam kasus ini, apakah Agus dirugikan? atau ini merupakan solusi yang sama-sama menyenangkan bagi Agus dan Udin?
- Desa Lembah Hijau merupakan daerah yang subur dan sangat cocok untuk menanam wortel berkualitas ekspor, tetapi karena desa tersebut terisolasi, masyarakat tidak bisa menjual hasil perkebunannya sehingga banyak yang membusuk dan terbuang sia-sia. pada suatu ketika, Pak Haji Banjari seorang kaya raya dari Jakarta ingin memodali pembuatan rel kereta api untuk angkutan orang dan barang. Penduduk desa Lembah Hijau perekonomiannya meningkat karena sekarang mereka bisa menjual hasil panen mereka keluar wilayah dan Haji Banjari menjadi semakin kaya karena tiket kereta apinya laku keras. apakah ada yang dirugikan dalam transaksi ini?
Selama pemerintah tidak gegabah dan tetap
mengawasi dengan ketat, investasi merupakan motor penggerak ekonomi yang
sangat ampuh sehingga diperebutkan oleh berbagai negara. Mirisnya, di
Indonesia banyak misinformasi yang sengaja dihembuskan ditengah-tengah
masyarakat oleh para politikus gagal move-on dan dikoar-koarkan oleh
para haters bahwa investasi itu merusak dan berbahaya.
Tidak perlu diragukan lagi pemerintahan
Joko Widodo telah banyak menarik investasi “putih” untuk masuk dan
menjadi penggerak ekonomi Indonesia.
http://www.jawapos.com/read/2016/07/30/42136/pecah-rekor-realisasi-investasi
Kemudahan dalam berbisnis
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/01/17/153445826/bank.dunia.naikkan.peringkat.kemudahan.berbisnis.indonesia
Peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia
mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah, mencatatkan lompatan
tertinggi dan merupakan satu diantara negara dengan lompatan peringkat
paling signifikan di Dunia, Semua itu terjadi di era pemerintahan Joko
Widodo.
Peringkat kemudahan dalam berbisnis ini
sangatlah krusial karena semakin mudah orang bisa memulai dan
mengembangkan bisnisnya di Indonesia, maka akan semakin banyak lapangan
kerja yang terbuka bagi masyarakat luas. Peringkat kemudahan berbisnis
ini juga bisa dibilang menjadi penanda maju tidaknya suatu negara,
silahkan lihat di berbagai ranking “ease of doing business”, bisa
dipastikan negara-negara yang masuk 20 besar pastilah negara maju
ataupun negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang menakjubkan.
walaupun saat ini Indonesia masih bertengger di posisi 91, itu sudah
merupakan prestasi luar biasa karena selama ini kita selalu berada di
posisi diatas 100. Dari semua presiden, baru Joko Widodo saja presiden
yang benar-benar berfokus memperbaiki aspek ini untuk kemajuan
Indonesia. Presiden-presiden sebelumnya, menyebut saja rasa-rasanya
tidak pernah.
melihat dua contoh diatas, bisa dikatakan
presiden Jokowi menyerap aspek-aspek positif dari kapitalisme.
Berikutnya saya akan menjawab pertanyaan yang belum terjawab diatas.
Mengapa Indonesia tidak menerapkan kapitalisme seutuhnya?
Mental, ya inilah alasan utama kita tidak bisa secara mendadak merubah arah ekonomi kita.
Indonesia yang menyerap kapitalisme dan pasar bebas bulat-bulat akan menjadi pasar dan pekerja kasar bagi negara-negara lain.
Oleh karena itu, selain memperbaiki
perekonomian dari atas, Pemerintahan Joko Widodo juga berusaha
mati-matian mengangkat kualitas hidup golongan terlemah dari bangsa
Indonesia.
Pembangunan infrastruktur
https://news.detik.com/berita/d-3503776/bertemu-pemred-media-jokowi-bahas-pembangunan-infrastruktur
Pembangunan infrastruktur merupakan kunci
kemajuan suatu negara, karena dapat membuka akses bagi suatu wilayah
untuk terkoneksi dengan wilayah lainnya sehingga dapat meningkatkan
perdagangan yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
masyarakat.
Selain itu, pada pembangunan
infrastruktur, tenaga kerja yang diserap adalah benar benar mayoritas
dari kalangan menengah kebawah sehingga golongan tersebut terbebas dari
keadaan menganggur dan mendapatkan penghasilan yang dapat digunakan
untuk membiayai pendidikan dan makan yang layak bagi anak-anaknya yang
akan menjadi penerus bangsa. ini merupakan strategi jitu dari presiden
Jokowi untuk menggerakkan ekonomi dari bawah.
KIP, KIS, BPJS dsb,
https://www.tempo.co/topik/masalah/3365/kartu-indonesia-sehat-kis-kartu-indonesia-pintar-kip-bpjs-jkn-kartu-keluarga-sejahtera-kks
Dengan berbagai program tepat sasaran ini,
pemerintah mengupayakan secara maksimal untuk meningkatkan “kualitas”
masyarakat Indonesia sehingga bisa bersaing di kancah nasional maupun
internasional.
Walaupun belum sempurna (dan wajar saja
belum sempurna) pendidikan di Indonesia sudah semakin merata dan
dirasakan oleh berbagai golongan, begitu juga kesehatan yang semakin
murah dan mudah diakses dengan adanya KIS dan BPJS sehingga masyarakat
bisa mengalihkan uang yang mereka dapatkan untuk hal-hal yang lebih
penting seperti membeli makanan yang bergizi dan lain-lain.
Inilah resep ekonomi Jokowi yang memperbaiki perekonomian Indonesia dari bawah dan atas sekaligus.
Kesimpulannya, walaupun belum sempurna
(wajar saja setelah negara kita dirusak ratusan tahun oleh penjajah
asing dan dirusak puluhan tahun oleh kesalahan manajemen), pemerintahan
Jokowi telah sekuat tenaga mengembalikan negara ini kepada rel yang
mengarah kepada kemakmuran dan kesejahteraan bagi sebanyak-banyaknya
anak bangsa Indonesia. Hanya tukang mimpi yang mabuk lem aibon yang
menuntut dan menyalah-nyalahkan Jokowi yang baru memerintah selama 3
tahun atas berbagai permasalahan yang ada di Indonesia. saya yakin
siapapun yang memerintah, permasalahan di Indonesia yang telah mengakar
selama 400 tahun lebih tidak akan bisa diselesaikan seluruhnya dalam
waktu singkat.
Setidaknya, ditangan presiden Joko Widodo perbaikan itu nyata dan terasa.
Dari sudut gerbang utama negara ini saya bercurah pendapat…
0 komentar:
Posting Komentar