Fanatisme keagamaan yang
berlebihan dan cenderung brutal hanya akan mendatangkan malapetaka.
Pembelaan membabibuta tanpa alasan yang cukup terhadap agama nyata-nyata
adalah sebuah sikap lebay nan lucu. Apalagi bila narasi bela agama atau bela Tuhan konon hanya demi nafsu kedagingan dan nafsu berkuasa semata.
Agama dan Tuhan sesungguhnya tidak perlu
dibela seakan-akan mereka lemah dan tak berdaya. Perlakuan pembelaan
seperti itu sangat tidak perlu. Apalagi, dalam suasana dan situasi sama
sekali tidak ada ancaman terhadap agama dan Tuhan, untuk apa dibela-bela
bak telah terjadi sebuah peristiwa maha darurat yang sementara
mengancam agama dan Tuhan? Apakah jangan-jangan keselamatan Tuhan lagi
terancam?
Weleh…weleh…..Hari ini yang
justru sangat terancam adalah persatuan bangsa dan kemanusiaan, bukan
yang lain. Itu dulu yang diberesi segera bila kita ingin hidup lebih
lama lagi di negeri ini dan bukannya mati konyol di tangan para
radikalis yang kemungkinan otaknya sudah pindah ke dengkul. Bukan malah
membuat-buat tagline ambigu tak jelas seperti ‘bela agama’, ‘bela
Tuhan’, ‘bela ulama’.
Lihatlah
dan belajarlah dari sejarah. Tentang bagaimana agama ternyata oleh
sebab ulah para pemeluknya justru bisa ‘dipakai’ oleh Iblis sebagai alat
merekayasa lalu menciptakan peperangan antar manusia. Antar sesama
pemeluk agama. Membuat sesama manusia saling serang dan saling bunuh.
Itu sebabnya, atas nama agama bom diledakkan di London, di Amerika, di
Colombo, di Pakistan, di Afghanistan, di Perancis di Indonesia, di
Kampung Melayu, dan dimana-mana. Itu pekerjaan iblis. Saya bisa pastikan
itu.
Atas nama agama pula, orang dikejar-kejar,
dikutuk, difitnah, dipenjarakan. Atas nama agama Gereja dan Mesjid
dilempar, dirusak dan dibakar. Agama, oleh para pemeluknya
perlahan-lahan tanpa sadar telah menjadi kekuatan yang demonis, kekuatan
yang dapat digerakkan oleh Iblis. Orang siap membunuh atas nama agama.
Mengerikan. Tak usah heran banyak orang di dunia ini yang memilih untuk
tidak beragama.
Agama memang penting. Sangat penting.
Tetapi yang harus kita pikirkan bersama bahwa betapapun pentingnya agama
itu, ia cuma alat bukan tujuan. Jadikanlah alat tetap sebagai alat, dan
tujuan sebagai tujuan, jangan dibolak balik cara berpikirnya. Tak
bosan-bosannya saya mengatakan ini: Agama untuk manusia bukan manusia untuk agama! Tuhan menciptakan manusia jauh sebelum agama apapun didirikan atau dibangun di muka bumi ini.
ISIS, cuci otak, dan Keinginan Menguasai Dunia
Rupanya keinginan menguasai dunia bukan
baru lahir abad ini, atau hari ini di sini. Kelakuan rakus dan serakah
ingin menguasai segalanya sudah ada sejak jaman kuda gigit besi.
Jamannya nenek buyut kita punya nenek buyut punya nenek buyut pangkat
tujuh buyut. Sudah ada sejak jauh sebelum kita lahir.
Untuk memberi beberapa contoh saja, mari
kita buka mata terhadap sejarah. Orang-orang Persia menginvasi Eropa
dalam upaya menaklukkan orang-orang Yunani sudah dimulia sejak abad
kelima Sebelum Masehi. Orang Yunani bernama Alexander Agung bahkan
berusaha menaklukkan seluruh Asia, sampai ke India, pada sekitar abad
keempat Sebelum Masehi. Semua itu terjadi tentu dengan pertumpahan
darah.
Baik orang Persia di timur dan orang-orang
Yunani di barat mendirikan kerajaan kolonial yang didirikan melalui
sebuah tindakan penaklukan militer berdarah-darah. Lalu ada juga orang
Romawi yang didirikan atas sebuah penaklukan militer berdarah di
Mesopotamia, Arab barat laut, dan di Asyur pada sekitar abad kedua
Sebelum Masehi.
Perang dunia pertama dan kedua juga
terjadi adalah karena keinginan kuasai menguasai yang tak mudah pupus
dalam diri para penguasa zaman itu.
Lalu bagaimana dengan ISIS? Sama. Rencana
utama ISIS adalah mengambil alih tanggung jawab, kontrol, kepemimpinan
seluruh populasi Muslim dunia meskipun harus dengan menghalalkan segala
cara, jika perlu dengan paksaan, intimidasi dan pencabutan nyawa.
Kisah-kisah kampanye ISIS yang mengerikan
di seluruh Irak dan Suriah secara konsisten disebarluaskan oleh mereka
sendiri, tak pernah lepas dari tindakan penganiayaan dan pembunuhan
sadis. Potong jari, potong tangan, potong leher semudah potong bebek
angsa. Mereka masih manusia atau sudah jadi binatang sih?
ISIS tidak pernah satu kalipun merahasiakan ambisi utamanya yaitu keinginan untuk menciptakan Khilafah Global. Itu tujuan mereka. Dilakukan dengan penuh strategi busuk nan licik.
ISIS memulai perjuangan mereka untuk
mengganti semua yang mereka anggap salah atau keliru. Mulai dari
menghancurkan patung sampai kepada menghancurkan sistem pemerintahan
yang tidak sesuai keinginan mereka.
Kemudian dimulai dari Timur Tengah, mereka
berusaha mengambil alih semua peperangan atas nama Islam. Setiap ada
peperangan maupun peledakan bom akan langsung diklaim oleh ISIS.
Mengakui bahwa merekalah pelakunya. Mengambil kredit poin dari setiap
kejadian.
Mereka juga menyasar Eropa dan Amerika.
Tak sampai di situ, Asia dan Indonesia pun dijadikan sasaran. Sebelum
akhirnya mewujudkan upaya besar mereka untuk memimpin umat Islam seluruh
dunia. Membawa umat yang dipimpin kepada sebuah pertempuran suci,
pertarungan apokaliptik melawan “orang-orang kafir”.
Jalan menuju Khilafah Global ini adalah
jalan berdarah-darah. Mereka membunuh, menganiaya, memotong leher orang
lain secara sadis tanpa rasa bersalah. Mendirikan khilafah adalah jalan
besar yang kontroversial. Paham ini telah menyesatkan banyak orang.
Kebanyakan Muslim moderat yang masih punya
akal sehat tentu tidak akan serta merta tunduk pada interpretasi bodoh
ala bossnya ISIS si al-Baghdadi yang sangat brutal terhadap Islam dan
agama lain itu. Sikap ISIS terhadap orang-orang kafir, baik Muslim
maupun non-Muslim sungguh amat keterlaluan, sangat jelas bunyinya: Bunuh
lalu masuk sorga atau terbunuh.
Hari ini gelagat kaum radikal yang ingin
segera menguasai ‘pangsa pasar’ Indonesia sudah terbaca. Maka
bermunculanlah pertentangan dan perlawanan terhadap ISIS dan semua
antek-anteknya berbasis ormas radikal. Perlawanan muncul tidak hanya di
dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Salah satu benih perlawanan
dunia maya itu adalah dengan lahirnya Seword, media opini yang kini
tumbuh sebagai yang paling terkemuka dan mutakhir di Indonesia.
Tentu para radikalis akan terus nyinyir, ngeyel, dan ketar-ketir
menyikapi bentuk-bentuk perlawanan yang terus bermunculan. Saking putus
asanya mereka, lalu diturunkanlah bala tentara dunia maya berupa robot,
dan virus-virus busuk yang senantiasa ‘menempel’ setiap tulisan
perlawanan terhadap radikalisme.
Tak ada sedikitpun keraguan dalam hati
saya mereka juga akan segera menempel di tulisan ini dengan sumpah
serapah, fitnah, hoax, spam, dan yang sejenisnya begitu tulisan ini
tayang. Ah, emang gue pikirin. Ogah lah.
ISIS Punya Cara Rekrut Melalui Cuci Otak yang Luarbiasa Radikal
Anda mungkin masih ingat kisah Dian Yulia
Novi, wanita Indonesia pertama yang terang-terangan siap berjihad lewat
bom bunuh diri? Aksi perdananya saat itu berhasil digagalkan Densus 88
di depan Istana. Perempuan muda ini mau melakukan itu adalah oleh karena
hasil cuci otak kaum radikal semacam ISIS. Mana ada orang muda
perempuan lagi yang mau menghancurkan dirinya berkeping-keping
meninggalkan keluarganya bila tidak ada cuci otak.
Ketika diwawancarai Tempo, wanita ini
menunjukkan sikap yang sangat tenang. Tetapi ketika berbicara soal
jihad, ia menjadi sangat tegas. Apalagi ketika dipertanyakan soal amaliyah (pengorbanan). Dian mengatakan melakukan jihad oleh karena mencari berkat Tuhan, ingin menerima kebajikan dari Tuhan.
Mari kita telisik kembali beberapa potongan hasil interview untuk lebih jelas melihat latar belakang dan motivasi Dian serta bagaimana otaknya berhasil dicuci oleh para kaum radikal.Apa yang memotivasi Anda?Pertama, itu karena kita penasaran. Mengapa harus ada pembunuhan, mengapa harus tangan dipotong? Semuanya terlihat begitu garis keras. Saya sangat menentang ini dan berdebat dengan akun jihad di Facebook. Saya melawan mereka selama berbulan-bulan. Mereka berkata: “Saudari, jika Anda diperkosa, keluarga Anda (anggota) diperkosa, apa yang akan Anda lakukan? Anda akan marah, bukan?” Saya setuju.
Lalu, apa yang akan Anda lakukan?Tentu saja saya akan membalas dendam. Dalam Islam, kita adalah satu tubuh. Jika sesama orang percaya tertindas, bagaimana perasaan kita? Tentu ada rasa sakit. Di sinilah saya mulai menjadi tertarik. Ada sesuatu yang benar dalam hal itu. Tapi (saya tanya), di media dikatakan bahwa ini dan itu tidak diperbolehkan? Mereka berkata, “Saudari, media apa yang kamu lihat? Media Islam, atau media sekuler?”
Bisakah anda memberi contoh akun jihadi?Ulama Binti Gulam. Mereka bilang dia ada di Syria. Dia adalah wanita yang sering menjelaskan banyak hal. Jika saya tidak mengerti sesuatu, dia akan menjelaskannya.
Meskipun Anda tidak tahu siapa di balik akun ini?Bukan itu masalahnya. Jika mereka mata-mata, akhirnya mereka akan menemukannya. Kita akan tahu apakah itu nyata atau tidak dari komentar mereka. Untuk memastikan, saya bertanya sekitar itu.
Sudah berapa lama kamu mengikuti akun jihadi ini?Sepanjang tahun lalu.
Kapan Anda tertarik untuk masuk lebih dalam ke dalam ajaran Islam?Sejak saya bekerja di Taiwan. Di sana, ponsel bisa digunakan dengan bebas. Saat istirahat bekerja di rumah untuk orang tua, saya akan mencari informasi lainnya. Saat itu saya tidak memikirkan jihad. Saya berpikir bahwa hukum yang dibuat oleh manusia harus diganti dengan hukum seperti yang ditemukan dalam Al Qur’an.
Mengapa Anda mencari informasi religi di media sosial?Sulit untuk melakukannya di dunia nyata. Orang lebih tertutup, mereka mungkin berpikir bahwa Anda adalah mata-mata. Mereka juga takut terdeteksi, jadi lebih aman di media sosial. Saya bertanya-tanya mengapa mereka harus membunuh dan melakukan pemboman. Apakah tidak ada cara lain?Lalu datanglah niatmu untuk melakukan amaliyah?Kembali dari Taiwan, tidak ada niat seperti itu. Namun, setelah semakin dalam, niat itu tumbuh. Ada jalan masuk, insyaallah saya sudah siap.Bahan bacaan terkait: http://time.com/4689714/indonesia-isis-terrorism-jihad-extremism-dian-yulia-novi-fpi/
Fanatisme agama yang berlebihan menjadikan kita super kerdil dalam berpikir dan mengambil keputusan.
Ketika kita sudah lebih mementingkan agama daripada sesama kita
manusia, tamatlah kita. Ketika demi hukum dan peraturan agama, kita
menutup hati dan menutup mata bagi orang lain. Orang lain kita lihat
sebagai musuh, hanya karena agamanya berbeda.
Mencintai agama yang kita anut itu sangat baik. Tetapi jangan lalu kemudian kita menjadi ekstrim.
Membunuh, menganiaya, merusak dengan cara mengerahkan massa untuk
membela Tuhan? Ini semua adalah sikap-sikap keliru dalam mencintai
agama. Apalagi bila Tuhan atau agama mau dibela dengan cara membenci
orang yang berlainan keyakinan. Sikap ini jelas menghujat Tuhan dan
bukan membelaNya.
Kalau kita punya pemahaman yang benar
tentang agama kita masing-masing, sangat pasti kita tidak akan mudah
dihasut oleh siapapun dan dalam bentuk apapun, apalagi dicuciotak. Kita
dijauhkan dari sikap terlalu fanatik terhadap agama (chauvinisme religious), atau cinta buta terhadap agama. Bukankah kita itu nggak boleh terlalu cinta buta pada pacar kita, nah begitu juga pada agama kita. Saya sih nggak mau. Bagaimana dengan Anda?
0 komentar:
Posting Komentar