MATARAM, MetroNTB.com
– Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTB dan Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB) NTB mengutuk keras pelaku bom di Halte Transjakarta Terminal Bus
Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5) malam.
Kedua lembaga ini menilai tindakan tersebut sangat tidak berprikemanusiaan dan jauh dari nilai-nilai agama.
Ketua MUI NTB Prof. Saiful Muslim, mengatakan siapa pun pelakunya
mereka adalah manusia yang sudah kehilangan nilai kemanusiaannya.
Menurutnya, dengan dalih dan motif apapun tindakan pelaku bom tidak dapat dibenarkan. Apalagi jika motif bom karena motif agama.
“Orang yang melakukan itu belajar agama tidak benar. Artinya membunuh
orang, saudara sendiri, menyakiti orang lain dengan bom, menakuti
orang, semua itu di luar ketentuan agama,” jelas Saiful Muslim melalui
rilis yang diterima MetroNTB.com, Selasa (30/5/2017)
Dikatannya, peristiwa ini membuktikan gerakan terorisme di Indonesia
masih sangat kuat dan perlu mendapatkan perhatian serius dari semua
pihak, khususnya aparat keamanan, tokoh agama dan masyarakat. Karena
terorisme adalah musuh negara.
Selain itu, aksi teror berakibat pada terganggunya perekonomian masyarakat. Orang jadi takut keluar beraktifitas.
“Sedang bagi investor, tentunya akan takut menanamkan modalnya di
daerah yang terkena bom, sehingga berakibat pada matinya perekonomian
daerah. Karena bagaimana mungkin investor menanamkan modalnya jika
keamanan daerah terganggu,” ujarnya.
Selain itu perbuatan terorisme dalam pandangan MUI adalah haram
hukumnya. Untuk hal tersebut meminta kepada aparat keamanan untuk
menangkap para aktor aksi biadab itu dan mengusut tuntas sampai ke
akar-akarnya.
“Seluruh masyarakat untuk tetap tenang dan memberikan kepercayaan
sepenuhnya kepada aparat keamanan untuk mengambil langkah yang
diperlukan,” tandasnya.
Senada, Ketua FKUB NTB, Syahdan Ilyas menyatakan keperihatinan
mendalam. Dirinya mengutuk keras segala bentuk tindakan kekerasan maupun
teror mengatasnamakan agama tertentu. Karena menurutnya, di agama
manapun tidak mengajarkan kekerasan sebagaimana yang ditunjukkan
akhir-akhir ini.
“Pada prinsipnya kekerasan tidak dapat menyelsaikan masalah, tidak
ada pembenaran di agama manapun. Kalau tidak cocok dengan faham dan
pikiran, ada saluran diskusi tanpa harus gunakan cara-cara kekerasan,”
imbuhnya.
Selain itu, FKUB meminta seluruh lapisan masyarakat NTB untuk tidak
terprovokasi di samping juga harus tetap waspada adanya gerakan seperti
itu di NTB.
“Kita kutuk kita menginginkan suasana aman, harmonis, di NTB harus
tetap terjaga kondusif. Kita kompak di NTB tolak segala kekerasan,”
pungkasnya. (MN)
0 komentar:
Posting Komentar