Aktivis yang tergabung dalam Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) membentangkan poster yang berisi penolakan penyebaran berita bohong (hoax) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (22/1). Aksi tersebut digelar untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar berhati-hati dan menyaring informasi yang tidak benar atau hoax. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma) |
"Ingat !!! radikalisme muncul bukan
karena uang, tetapi karena tidak punya pekerjaan. Itu salah satu
penyebab seseorang bergabung menjadi bagian dari radikalisme," tegas
Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Laksamana Madya TNI Didit Herdiawan saat
membuka Rapat Koordinasi (Rakor) intelijen, teritorial dan penerangan
TNI Tahun 2017,di Aula Gatot Subroto, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin.
Menurut dia, masifnya penggunaan media
sosial (medsos) menjadi "medan pertempuran" baru oleh sekelompok
masyarakat untuk mencapai tujuan, salah satunya dalam penyebaran
informasi masih banyak terdapat berita bohong (hoax).
Untuk menangkal berita hoax
tersebut komunitas intelijen, teritorial dan penerangan tidak boleh
bekerja sendiri-sendiri, namun harus bekerja sama, tergantung situasi
yang ada.
"Komunitas intelijen, teritorial dan penerangan harus memiliki kemampuan untuk mengcounter informasi hoax tersebut," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kasum TNI mengharapkan jajaran intelijen, teritorial dan penerangan agar dapat memberikan pemahaman kepada jajaran dibawahnya untuk dapat memberikan informasi yang positif kepada pimpinan sebelum menyampaikan pernyataan, sehingga berita negatif dapat dinetralisasi secara maksimal menjadi berita positif.
"Jajaran Penerangan TNI tidak boleh
ketinggalan dalam mengakses informasi secara langsung sebelum dilakukan
evaluasi atau analisis," katanya.
Kasum TNI menyampaikan bahwa rapat koordinasi yang dilaksanakan di tingkat Mabes TNI
merupakan wahana silaturahim dalam suatu komunitas intelijen,
teritorial dan penerangan untuk mengakses evaluasi pelaksanaan Program
Kerja Tahun Anggaran 2016.
"Pelaksanaan program-program kerja yang
telah digulirkan dari hasil tersebut, maka penyempurnaan berbagai
kegiatan wajib hukumnya untuk dilaksanakan," jelasnya.
Kepada seluruh peserta rakor, Kasum TNI
Laksdya TNI Didit Herdiawan memberikan beberapa penekanan untuk
dipedomani dalam pelaksanaannya, diantaranya manfaatkan dengan baik
rakor terpadu ini sebagai sarana koordinasi dan komunikasi antara
komuniti, baik itu insan intelijen, teritorial dan penerangan TNI.
"Tingkatkan kepekaan deteksi dan cegah
dini terhadap setiap perkembangan situasi yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat dalam rangka mengantisipasi timbulnya berbagai permasalahan
sosial," katanya.
Serta perlu mewaspadai dan antisipasi
secara bersama-sama, baik di tingkat atas sampai dengan tingkat bawah
terkait pelaksanaan kegiatan Pilkada serentak, dan jajaran penerangan
tidak boleh ketinggalan informasi yang mengakibatkan keterlambatan dalam
pengambilan keputusan.
"Insan penerangan harus menguasai media sosial agar dapat membangun opini publik," ujarnya. seperti dikutip dari antara
Rakor intelijen, teritorial dan
penerangan TNI Tahun 2017, diikuti oleh 448 peserta, terdiri atas 140
peserta rakor intelijen, 188 peserta rakor teritorial dan 120 peserta
rakor penerangan TNI.
Rapat koordinasi tersebut bertujuan
menyampaikan evaluasi program kerja tahun anggaran tahun anggaran 2016
serta penyampaian program kerja tahun 2017, khususnya hal-hal menonjol
terkait dengan kebijakan Panglima TNI Bidang Intelijen, Teritorial dan Penerangan TNI.
0 komentar:
Posting Komentar