Sebelumnya saya menulis tentang Kekalahan Setan Di Indonesia Setan sang penguasa kejahatan dikalahkan oleh sekelompok orang yang melakukan kejahatan lebih hebat dari setan. Ada banyak penyebab setan kalah dari sekelompok manusia di Indonesia. Salah satunya karena manusia bisa meyakinkan manusia lain bahwa kejahatan adalah suatu keharusan dan kebenaran.
Dalam konteks politik Indonesia akhir –
akhir ini, ternyata bukan hanya setan yang dikalahkan manusia. Tuhan
sang pencipta alam semesta pun dikalahkan oleh sekelompok manusia. Tuhan
kalah karena manusia menjadikan dirinya melebihi Tuhan itu sendiri.
Kita ingat saat ramai-ramainya konstelasi Pilkada DKI Jakarta muncul sekelompok orang yang berkuasa melebihi Tuhan. Kelompok manusia itu mendahului Tuhan untuk menentukan siapa yang masuk surga dan siapa yang akan menjadi penghuni neraka. Kelompok manusia ini mengkapling surga seperti sedang mengadakan pembagian tanah di bumi ini.
Hebatnya penentuan masuk surga atau neraka bukanlah karena perbuatan baik atau buruk tetapi tergantung pada ketaatan manusia pada kelompok orang tertentu dalam menentukan pilihan politik. Sebagaimana kita sering dengar, bagi sekelompok orang Ahok adalah pintu menuju neraka. Memilih Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta, berarti memilih masuk dalam kerajaan setan. Sementara memilih calon selain Ahok berarti membuka pintu kerajaan surga.
Dalam Pilkada DKI Jakarta, Tuhan yang mahakuasa itu dilucuti kekuasaannya. Takhtahnya diambil alih oleh para pimpinan dunia bumi datar. Segala perkataan penguasa bumi datar adalah perintah yang melampaui perintah Tuhan. Tuhan pun ditundukkan pada seruan pemimpin bumi datar.
Melawan perintah para penguasa bumi datar berarti akan mendapatkan imbalan kerajaan setan. Surga hanya diperuntukkan bagi para pengikut setia penguasa bumi datar. Para pengikut bumi datar pun harus memilih pemimpin sesuai perintah pemimpin bumi datar. Seberapa pun buruk dan tidak berintegritasnya calon yang diusung pemimpin bumi datar, masyarakat bumi datar wajib memilihnya.
Semuanya demi kerajaan surga.
Sementara para pemimpin bumi datar hanya memiliki prinsip asal bukan Ahok, masyarakatnya pun wajib menaati sang pemimpin bumi datar. Intinya bukan Ahok yang dipilih karena memilih Ahok berarti memilih kerajaan setan di neraka ketujuh. Tak ada pengampunan bagi orang yang memilih Ahok.
Jika Tuhan yang dikenal mahabaik itu
dengan mudah mengampuni orang yang berbuat salah, tidak demikian dengan
para penguasa bumi datar yang telah mengambil alih takhtah Tuhan.
Pengampunan bagi penguasa bumi datar adalah hanya bagi para pengikutnya
yang berbuat jahat asal tidak memilih Ahok. Memilih Ahok berarti tidak
ada pengampunan.
Tidak heran himbauan para penguasa bumi
datar agar tidak mendoakan jenasah para pemilih Ahok menjadi perintah
wajib yang diikuti oleh masyarakat bumi datar. Tak ada ampun bagi
pendukung Ahok. Ampun hanya untuk pelaku kejahatan yang menolak bahkan
membunuh Ahok. “Darah Ahok halal”.
Bahkan mereka yang korup dan memiskinkan
rakyat kebanyakan lebih mendapat tempat istimewa dalam kerajaan surga
bumi datar selama mereka bukanlah golongan kafir dan tidak mendukung
Ahok. Korupsi bukanlah masalah untuk masuk dalam kerajaan surga bumi
datar. Karena itu dalam masyarakat bumi datar, korupsi itu sah-sah saja
bahkan dipandang sebagai oli pembangunan. Tanpa korupsi, pembangunan
tidak mungkin terjadi.
Tuhan yang berkuasa itu tak ada apa-apanya
di hadapan para pemimpin bumi datar. Urusan surga yang tak kelihatan
bagi manusia di bumi ini tidak lagi menjadi wilayah kekuasaan Tuhan.
Surga adalah milik penguasa bumi datar. Kunci untuk masuk ke dalam
kerajaan surga itu hanya satu yaitu tidak memilih pemimpin kafir apalagi
Ahok.
Surga milik para penghuni bumi datar
adalah surga dimana orang-orang yang masuk ke dalamnya akan ditemani
oleh tujuh puluh bidadari cantik. Daya tari surga seperti ini sangat
luar biasa sehingga banyak orang pun ikut seruan penguasa bumi datar.
Kini bukan hanya surga yang dikuasai para
penguasa bumi datar, tetapi juga neraka. Para penguasa bumi datarlah
yang akan menentukan siapa saja yang akan masuk ke dalam surga dan
ditemani tujuh puluh bidadari cantik. Demikian pun para penguasa bumi
datarlah yang akan menentukan siapa yang akan menderita dalam neraka.
Kunci untuk dua kerajaandalam dunia akhirat itu ada pada Ahok. Memilih
Ahok berarti neraka, menolak Ahok berarti disambut tujuh puluh bidadari
cantik masuk dalam surga.
0 komentar:
Posting Komentar